Rumah bersalin itu berlokasi tidak jauh dari Pos Ronda RT 34/RW 09 Kampung Demakan Baru. Antara rumah bersalin dan pos ronda, hanya dibatasi oleh satu rumah.
Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa terjadi transaksi jual beli bayi di klinik tersebut. Sebab, berdasarkan keterangan polisi, kedua bidan yang sudah ditetapkan jadi tersangka, ternyata sudah melakukan aksinya sejak 2010 lalu.
Artinya, aksi keduanya sudah dilakukan lebih dari 10 tahun hingga akhirnya ditangkap pada Desember 2024 ini. “Biasanya (rumah bersalinnya) dibuka seperti biasa, cuma sekarang ditutup,” kata seorang ibu tukang rongsok yang biasa mengambil rongsokan di sekitar kawasan tersebut.
Ibu tukang rongsok yang tidak mau disebutkan namanya itu mengaku sudah mengetahui lama terkait keberadaan rumah bersalin itu. Meski, ia mengaku tidak selalu melihat banyak pasien yang ada di rumah bersalin tersebut.
“Tahu itu tempatnya Bu Sri, panggilnya (bidan yang punya rumah bersalin) itu Bu Sri, yang bidannya itu,” ucap ibu tersebut sembari membawa barang rongsokan yang baru saja diambilnya dari tempat sampah yang tidak jauh dari lokasi Rumah Bersalin Sarbini Dewi.
Meski sudah beberapa kali melewati rumah bersalin tersebut, dan mencari rongsokan di kawasan Demakan Baru, ia tidak mengira rumah bersalin itu menjadi tempat transaksi jual beli bayi. Ia mengaku baru mengetahui dua bidan itu menjual belikan bayi dari berita, dan omongan warga setempat.
“Temen-temen (bilang) kana bar di grebek polisi (di sana habis digrebeg polisi). Kae lho sing kerep kok lewati kae (itu loh yang sering kamu lewati itu),” ungkapnya menirukan omongan warga kepada dirinya saat menginformasikan terkait kasus tersebut.
Ibu rongsokan yang berusia sudah di atas 50 tahun itu tidak tinggal di kawasan Demakan Baru, namun di Kampung Badran, Kota Yogyakarta. Hanya saja, ia cukup sering mencari rongsokan hingga ke kawasan Demakan Baru.
“Saya dari Salatiga, tapi tinggalnya di tempat kakak saya di (Kampung) Badran, di sini (Demakan Baru) numpang ngrongsok, sering lewat sini,” jelasnya.
Republika mencoba menggali informasi lebih dari ibu tukang rongsok itu, namun ia enggan untuk memberikan lebih banyak informasi, dan terus mencoba menjauh ketika diajak berbicara. “Mari ya mba,” kata ibu tukang rongsok itu dengan terus berjalan menjauh dari Republika dan dari lokasi dekat Rumah Bersalin Sarbini Dewi itu.
Kawasan sekitar Rumah Bersalin Sarbini Dewi juga terlihat sepi, dan tidak ramai dengan warga yang beraktivitas, meski banyak rumah di kawasan itu. Hampir semua rumah yang ada di kawasan itu terlihat dalam kondisi pagar yang tertutup. Tidak terlihat warga yang saling berinteraksi, hanya rumah-rumah baik itu dengan satu lantai maupun dua lantai dengan kondisi pintu dan pagar yang tertutup.