REJOGJA.CO.ID, SOLO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menegaskan komitmennya untuk menjadi kampus berkelas dunia. Melalui proses akreditasi internasional Foundation for International Business Administration Accreditation (FIBAA), UMS menyiapkan lima program studi unggulan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sebagai garda terdepan internasionalisasi mutu pendidikan.
"FIBAA ini bukan hanya proses penilaian, tapi cerminan dari kultur mutu yang telah kami bangun. Ini adalah gerak bersama UMS untuk menggapai visi besar sebagai world class university tahun 2029," ujar Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof Anam Sutopo, Kamis (24/7/2025).
Proses akreditasi ini telah digarap sejak awal 2024 dengan pendekatan yang sistematis dan kolektif. UMS membentuk tim khusus untuk mengkaji instrumen FIBAA, menyusun Laporan Evaluasi Diri, dan mempersiapkan segala bentuk pendukung asesmen lapangan. “Kami tidak bekerja sendiri. Seluruh lini universitas terlibat, mulai dari rektorat, fakultas, hingga unit-unit pendukung seperti LPPM, LPIK, hingga keuangan," kata Anam.
Lima program studi yang diajukan Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Matematika, dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dipilih karena siap dan strategis untuk menjadi wajah internasional FKIP.
Sementara itu, Kepala Bidang Akreditasi Internasional UMS, Hepy Adityarini menambahkan bahwa proses ini menjadi pembuktian atas kekuatan koordinasi dan budaya mutu yang sudah mengakar di UMS. “Kami menyusun narasi lintas prodi dalam satu klaster, memadukan kekhasan masing-masing namun tetap satu visi. Ini bukan pekerjaan biasa, ini kerja integratif,” katanya.
Tak hanya pada tataran dokumen, UMS juga menggarap serius aspek-aspek teknis asesmen lapangan. Simulasi tur fasilitas dilakukan hingga tiga kali untuk memastikan kesiapan dan efisiensi. Bahkan tantangan seperti keterbatasan lift di gedung C dijawab dengan komitmen nyata akan inklusivitas. “Fasilitas difabel menjadi perhatian penting kami, dan itu diapresiasi oleh asesor,” ujar Hepy.
UMS juga menonjol dengan pendekatan pendidikan yang berpusat pada mahasiswa (student-based), sesuai dengan nilai yang dijunjung FIBAA. Semua aktivitas yang dipresentasikan kepada asesor, menurut Prof Anam, adalah refleksi dari pengalaman dan partisipasi aktif mahasiswa. “Inilah UMS menghidupkan pembelajaran dari, oleh, dan untuk mahasiswa," katanya menegaskan.
Proses ini juga menjadi tonggak sejarah bagi UMS karena menjadi akreditasi internasional pertama yang dilakukan secara luring dengan asesor asing. “Beban dan tantangannya besar, tapi kekompakan dan semangat gotong royong civitas academica UMS membuat semuanya bisa dilalui,” kata Hepy.
Lebih dari sekadar akreditasi, langkah ini menjadi afirmasi bahwa UMS siap bersaing di level global. Bahwa pendidikan bermutu bukan sekadar target administratif, tetapi merupakan panggilan nilai yang dihidupi oleh setiap insan akademik di Kampus Biru Muhammadiyah. UMS tidak sedang berjalan sendiri UMS sedang membuka pintu dunia.