Sabtu 26 Jul 2025 00:35 WIB

Sultan HB X: Perjuangan Diponegoro di Perang Jawa Bukti Nilai Lokal Mampu Melawan Dominasi Asing

Perang Diponegoro mengajarkan tentang mahalnya harga sebuah kemerdekaan.

Red: Karta Raharja Ucu
Pengunjung mengamati karya seni dalam Pameran NYALA : 200 Tahun Perang Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa (22/7/2025). Pameran Nyala: 200 Tahun Perang Diponegoro, sebuah pameran seni dan sejarah yang mengangkat kembali makna perjuangan Diponegoro melalui perspektif visual, artistik dan interdisipliner. Pameran yang digelar hingga 15 September 2025 menghadirkan 33 karya dari 26 perupa yang dipilih dari berbagai daerah. Pameran ini menghadirkan karya seni yang berkaitan dengan Perang Diponegoro, berupa lukisan, patung, instalasi, sketsa, dan seni media (Imersif, Augmented Reality, Video). Selain itu, ada juga artefak berupa arsip, naskah, koin, dan buku-buku terkait Perang Diponegoro. Perang Diponegoro merupakan peristiwa monumental dalam perlawanan Nusantara terhadap pemerintah kolonial Belanda. Peristiwa perang ini menjadikan sebuah refleksi untuk merenungkan nilai-nilai kepahlawanan, nasionalisme, pentingnya menjaga martabat bangsa.
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung mengamati karya seni dalam Pameran NYALA : 200 Tahun Perang Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa (22/7/2025). Pameran Nyala: 200 Tahun Perang Diponegoro, sebuah pameran seni dan sejarah yang mengangkat kembali makna perjuangan Diponegoro melalui perspektif visual, artistik dan interdisipliner. Pameran yang digelar hingga 15 September 2025 menghadirkan 33 karya dari 26 perupa yang dipilih dari berbagai daerah. Pameran ini menghadirkan karya seni yang berkaitan dengan Perang Diponegoro, berupa lukisan, patung, instalasi, sketsa, dan seni media (Imersif, Augmented Reality, Video). Selain itu, ada juga artefak berupa arsip, naskah, koin, dan buku-buku terkait Perang Diponegoro. Perang Diponegoro merupakan peristiwa monumental dalam perlawanan Nusantara terhadap pemerintah kolonial Belanda. Peristiwa perang ini menjadikan sebuah refleksi untuk merenungkan nilai-nilai kepahlawanan, nasionalisme, pentingnya menjaga martabat bangsa.

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan Perang Diponegoro atau Perang Jawa yang berlangsung pada 1825-1830 merupakan upaya mempertahankan keberadaan bangsa yang juga melibatkan masyarakat hingga budaya. Selain itu Perang Diponegoro juga membuktikan nilai-nilai lokal dan religi dapat menjadi landasan kuat untuk melawan dominasi asing.

“Perang Diponegoro melibatkan berbagai lapisan masyarakat, bangsawan, ulama, petani, dan rakyat bersatu melawan penjajah. Menariknya, tradisi Jawa juga turut mewarnai cara berperang,” ujar Sri Sultan dalam webinar yang dipantau secara daring dari Jakarta, Jumat (24/7/2025).

Sri Sultan berkata, sejarawan mencatat adanya integrasi antara seni dan peperangan. Misalnya, untuk gamelan dan tarian perang yang mengobarkan semangat.

“Hal ini menunjukkan perpaduan budaya dengan keterampilan bela diri masyarakat Jawa,” ucap dia.

Selama lima tahun perang yang menguras sumber daya antara kedua belah pihak, Diponegoro dengan siasat gerilya dan kolonial menggunakan siasat licik untuk menangkap sang pahlawan. Meski ditangkap kolonial, catatan perjalanan pengasingan Diponegoro mengungkapkan kepribadiannya tetap teguh dan berwibawa.

Perjuangan Pangeran Diponegoro itu menurut Sri Sultan menjadi sebuah nilai yang tampak setelah jarak sejarah memisahkan. Ia juga menilai Perang Diponegoro meninggalkan nilai dan ajaran leluhur yang relevan yang menekankan tingkah laku seorang pemimpin agar senantiasa memelihara watak yang sabar menahan diri, teliti dan berhati-hati dan menjauhi sifat tercela.

“Seorang pemimpin dituntut mengendalikan hawa nafsunya, antara lain dengan mengurangi kemewahan, disiplin dalam makan dan tidur demi mencapai kejernihan batin,” katanya lagi.

Yogyakarta, lanjut dia, menjadi pusat kebudayaan Jawa yang hidup dan turut melestarikan tradisi-tradisi keraton, upacara adat, hingga karya-karya sastra klasik. “Seperti halnya perang besar lain di dunia yang meninggalkan memori sosial mendalam, perang Diponegoro juga membentuk cara pandang kita hingga hari ini yang mengajarkan tentang mahalnya harga sebuah kemerdekaan dan pentingnya persatuan,” kata Sultan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement