Oleh : Erik Hadi Saputra*
REJOGJA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, seorang peserta pelatihan kepemimpinan menitipkan satu pertanyaan kepada sahabat saya, Anandito Birowo. Pak Dito, panggilannya, adalah seorang manajer pada satu lembaga diklat kesehatan. Satu pernyataan yang ditanyakan dalam menentukan sifat kepemimpinan itu adalah sebagai berikut:
"Orang yang memimpin orang lain harus membina hubungan pribadi dengan mereka yang dipimpinnya. Apakah pernyataan itu bernilai benar atau salah?" Ternyata jawaban dari pernyataan ini adalah "Salah".
Munculah respons pertanyaan peserta tadi, "Ini kalau jawabannya salah kenapa kita pakai acara ngajakin makan bareng sama karyawan dalam hal negosiasi? Berarti kan kita harus membina hubungan pribadi dengan yang kita pimpin? Mohon koreksi jika saya salah."
Pembaca yang kreatif, acara makan dengan karyawan dalam hal negosiasi mengisyaratkan bahwa kita memiliki kepentingan atau kebutuhan dalam agenda itu. Bisa jadi agenda itu juga terdapat maksud (hidden agenda). Seperti keinginan agar dia mengikuti perintah, atau agar mereka mendukung program kita. Pada kenyataannya situasi itu akan berdampak dua hal.
Pertama berdampak secara komunikasi. Orang akan mengerti atau mengikuti atau mengingat pesan atau permintaan itu dalam masa tertentu. Sehingga memang dampak komunikasi itu secara implementasinya tidak untuk saat ini. Dibutuhkan kesabaran Anda untuk menunggu hingga saat yang tepat. Pertanyaannya kapan masa yang tepat itu?
Saya juga tidak begitu tahu. Namun kejadian terkadang memberikan pembelajaran. Testimoni atau kisah dari orang lain juga bisa memperkuat. Anda disarankan untuk terus menyampaikan pesan, melakukan repetisi, agar pesan itu tergores lebih dalam. Optimismenya adalah mereka akan tetap mengingat pesan yang pernah anda sampaikan.
Kedua berdampak langsung, yaitu menunjukkan respons langsung. Mengikuti perintah saat itu juga. Menyiapkan sesuatu dengan cepat jika memang dibutuhkan walaupun itu harus membelinya.
Pembaca yang kreatif, hubungan pribadi adalah hubungan yang melibatkan perasaan antara dua individu atau lebih. Hubungan jenis ini lebih intim dibandingkan dengan jenis hubungan yang lain. Ada cerita dari pengalaman yang saya pernah terlibat secara langsung. Salah satu teman direktur dengan salah satu staf dari bagian lain terlihat sangat dekat. Setiap waktu pada hari kerja mereka sering bertemu dalam smoking area. Kejadian itu berlangsung bertahun-tahun.
Tentu kegiatan itu berlanjut dalam banyak hal, seperti makan siang bersama, dan bisa juga menikmati kopi santai di siang atau sore hari. Kedekatan ini juga tentunya menjadikan mereka bisa berbicara apa pun. Singkat cerita, staf ini sering menempati meja kerja di ruangan temannya. Kebetulan meja kerja itu sedang kosong dikarenakan ada staf yang telah resign beberapa waktu lalu. Padahal sebenarnya meja kerja si staf ini berada di lantai atas.
Beberapa minggu kemudian ada karyawan baru yang ditugaskan menempati meja kerja itu. Ketika karyawan ini mau menempati meja kerjanya, dia melihat ternyata staf itu sudah sangat nyaman menempati meja kerja itu dan sambil mengatakan kepada sang karyawan baru agar menempati meja kerja yang berada di lantai atas. Maksudnya adalah bertukar ruangan kerja saja. Bagian HRD sudah menelepon dan meminta staf tersebut untuk pindah dan menempati meja kerjanya di lantai atas.
Ternyata respons dari permintaan itu, staf tadi meyakini bahwa dia boleh menempati meja kerja yang kosong ini. Hal itu sudah pernah disampaikannya ke direktur dan dinyatakan “boleh saja”. Kedekatan hubungan pribadi ini menyebabkan sang direktur pun tidak bisa berbuat banyak dikarenakan perasaan tidak enak. Ingatlah hubungan pribadi itu melibatkan perasaan. Sampai akhirnya saya menerima permintaan untuk meminta staf tersebut segera menempati meja kerjanya di lantai atas. Hehe.
Pembaca yang kreatif, conflict of interest akhirnya terjadi dikarenakan seseorang yang memiliki kepentingan pribadi dapat mempengaruhi kualitas kerja yang seharusnya. Contoh tadi mengaburkan soal perintah kerja. Merasa ada orang dalam (pimpinan) yang menjadi sohibnya.
Bagi karyawan yang bisa membedakan urusan pribadi dan kantor, tentu berkomitmen membawa diri atau menjaga nama baik institusi. Namun bagi karyawan yang merasa diuntungkan, dia akan memanfaatkan kedekatan hubungan personal ini. Kesempatan ini, akhirnya bisa menjadi tidak baik (suatu saat menjadi masalah) dikarenakan memanfaatkan kedekatan dengan pimpinannya untuk kepentingan pribadinya (ego) saja. Sehat dan teruslah terinspirasi.