Sabtu 05 Jul 2025 17:01 WIB

Sulitnya Mencari Toilet Umum di Malioboro, Kalaupun Ada Jorok

Keterbatasan lahan menjadi tantangan utama dalam penambahan fasilitas toilet.

Rep: Wulan Intandari/ KRU/ Red: Karta Raharja Ucu
Kawasan Malioboro yang dinilai masih minim terhadap fasilitas toilet umum.
Foto: Wulan Intandari./ Republika
Kawasan Malioboro yang dinilai masih minim terhadap fasilitas toilet umum.

REJOGJA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- Sebagai pusat wisata di Kota Yogyakarta, kawasan Malioboro ternyata belum maksimal dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan. Satu permasalahan yang paling mendasar adalah keberadaan toilet umum yang jumlahnya terbatas di sana sehingga menyulitkan wisatawan.

Saat Republika menelusuri kawasan Malioboro, toilet umum saat yang tersedia terbilang terbatas. Kalau pun ada kondisinya mengkhawatirkan.

Seperti sampaikan Faeyza, wisatawan asal Jakarta. Dia yang datang bersama keluarga ke Yogyakarta itu kesulitan ketika ingin menuntaskan hajatnya saat berkeliling di kawasan Malioboro. "Kalau pun ada kondisinya kurang baik, jorok," kata dia.

Di kawasan Malioboro hanya ada dua toilet umum. Keduanya berada di sisi timur jalan Maliboro, satu di sebelah selatan Gedung DPRD DIY dan satu lagi di dekat Tourism Information Center (TIC).

Selain wisatawan, keluhan juga disampaikan andong kesulitan saat ingin buang air. Ketua Koperasi Jasa Andong Wisata Yogyakarta, Rahmat Riyanto, mengataka dari sisi utara hingga selatan Malioboro, toilet umum masih sangat minim dan letaknya jauh dari tempat para kusir menunggu penumpang. Hal ini, menurutnya, menjadi persoalan serius yang menyulitkan mereka.

"Yang kurang fasilitas toilet untuk manusianya, karena kalau meninggalkan kuda jauh-jauh itu kudanya bisa bablas tekan ngendi-ngendi dan nabrak apa-apa,” ujar Rahmat belum lama ini.

Selama ini, kata Rahmat, para kusir justru sudah mandiri dalam menangani limbah dari kuda, termasuk dengan menyiram dan memberi pewangi setelah kuda buang kotoran. Namun, kebutuhan dasar untuk manusianya justru belum terpenuhi secara layak. Ia berharap pemerintah segera menambah toilet umum agar tidak ada lagi kusir yang terpaksa buang air sembarangan.

Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menyatakan toilet umum sudah tersedia di dua lokasi sisi timur dan barat Malioboro, serta satu lokasi di Kantor DPRD DIY. Meski begitu, Yetti mengakui keterbatasan lahan menjadi tantangan utama dalam penambahan fasilitas toilet.

"Sudah ada beberapa tetapi kami akan berkoordinasi dengan para pelaku usaha yang memungkinkan buka toilet umum," ucap Yetti, Jumat (4/7/2025).

Pernyataan Yetti turut ditanggapi oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, yang mengatakan pihaknya tengah menyiapkan solusi berupa toilet portable yang dapat diakses wisatawan maupun pelaku usaha. Penempatan toilet portabel ini nantinya akan mempertimbangkan tingkat kepadatan wisatawan di kawasan Malioboro, serta didorong juga agar pelaku usaha membuka toilet yang mudah diakses.

"Kita harus selalu membenahi, karena Malioboro sudah menjadi destinasi favorit. Kita harus melengkapi itu (dengan fasilitas toilet umum) dan itu sudah jadi agenda Pak Wali dan OPD terkait. Nanti akan coba dirumuskan tiga bulan, dan dua minggu ke depan ini untuk melengkapi amenitis," kata Wahyu.

Wahyu menambahkan, toilet mobile juga akan dikaitkan dengan pengembangan kampung wisata di sekitar Malioboro, yang berjumlah sekitar 45 kampung. Toilet mobile ini rencananya akan ditempatkan di beberapa titik strategis di sepanjang Malioboro dan sekitarnya. Sistem portabelnya memungkinkan unit digeser dan dibersihkan saat tangki penuh.

"Gambaran saya itu kita kerjasamakan dengan kampung wisata. Mungkin jadikan toilet mobile jadi kinerja teman-teman kampung wisata," ungkapnya.

"Tetap harus di Jalan Malioboro dan sirip-siripnya. Keunggulannya saat tangki penuh bisa digeser, dibersihkan dan diletakkan di titik-titik yang ramai,” kata Wahyu menambahkan.

Terkait ide ini, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengkritik respons dari kedua kepala dinas tersebut yang dinilai terlalu birokratis dan belum memberikan solusi nyata bagi kebutuhan mendesak di lapangan. Meski demikian, Hasto menyatakan dukungannya terhadap usulan penyediaan toilet portabel, yang dinilai sebagai langkah cepat dan efektif dalam mengatasi minimnya toilet di kawasan yang menjadi ikon wisata Yogyakarta ini.

"Itu bahasanya Pemerintah banget. Kalau bahasane Kulon Progo mbelgedes, komunikasi dan koordinasi kan hanya omon-omon,” kata Hasto.

"Tetapi usulan toilet portable saya kira masuk akal (bisa dipertimbangkan -red)," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement