
Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)
REJOGJA.CO.ID, Setelah menjalani berbagai kegiatan selama kurang lebih dua pekan di Amerika Serikat, Najwa Rashika Az-zahra Raharema, mahasiswi Institut Teknologi Bandung (ITB) sekaligus anggota tim roket Aksantara, akhirnya kembali ke Tanah Air. Perjalanan pulangnya dimulai dari Bandara Internasional Jenderal Edward Lawrence Logan di Boston pada 18 Juni 2025 pukul 16.30 waktu setempat, menuju Bandara Internasional Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Menggunakan pesawat berbadan lebar Boeing 787-9 Dreamliner, Najwa tiba di Abu Dhabi pada 19 Juni 2025 pukul 13.08 waktu setempat. Di era teknologi digital seperti sekarang, informasi penerbangan komersial dapat dengan mudah dipantau melalui berbagai aplikasi dan situs web, seperti yang kami lakukan saat mengikuti rute pesawat yang ditumpangi Najwa.
Penerbangan dari Boston ke Abu Dhabi memakan waktu sekitar 12,5 jam dan melintasi kawasan Timur Tengah yang tengah dilanda konflik antara Iran dan Israel. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Dari laman pelacakan penerbangan, terlihat bahwa pesawat menyeberangi Samudra Atlantik Utara, melewati wilayah udara Spanyol, lalu melintas di atas Laut Mediterania. Selanjutnya, pesawat menyusuri perbatasan Mesir dan Israel, terbang di atas Kota Madinah Al Munawarah, serta melintasi beberapa kota di Arab Saudi sebelum akhirnya mendarat di Abu Dhabi.
Menyaksikan rute tersebut di tengah eskalasi situasi di kawasan, termasuk laporan mengenai peluncuran rudal dari Iran ke Israel, menjadi pengalaman yang cukup menegangkan namun juga membuka wawasan tentang realitas geopolitik yang berlangsung.
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar di berbagai bidang kehidupan. Kolaborasi lintas disiplin ilmu menjadi kunci dalam mendorong inovasi yang berdampak luas, mulai dari pesawat terbang yang kini mampu menjangkau jarak lebih jauh dengan kecepatan dan efisiensi tinggi, hingga roket yang sanggup mengangkut muatan besar ke luar angkasa.
Tak hanya itu, perkembangan teknologi informasi memungkinkan data dan informasi diperoleh secara real time, mempercepat proses pengambilan keputusan. Namun di balik kemajuan ini, dibutuhkan kekuatan sumber daya manusia, ketekunan dalam penelitian, serta pengawasan yang ketat agar teknologi terus berkembang secara aman dan sesuai harapan.
Ketersediaan sumber daya, terutama sumber daya manusia, merupakan faktor krusial dalam pengembangan dan pemeliharaan teknologi. Hal ini harus menjadi perhatian bersama, termasuk bagi institusi pendidikan tinggi. Universitas Amikom Yogyakarta, sebagai salah satu perguruan tinggi yang berfokus pada teknologi dan kreativitas, memikul tanggung jawab untuk berkontribusi dalam proses tersebut.
Salah satu wujud kontribusinya adalah melalui penerapan kecerdasan artifisial di berbagai bidang, seperti kesehatan, arsitektur, geografi, perfilman, dan lainnya. Seiring dengan arah baru kebijakan pendidikan tinggi, sains, dan teknologi di Indonesia yang diusung melalui jargon ‘Diktisaintek Berdampak’, momentum ini menjadi peluang strategis bagi Universitas Amikom Yogyakarta untuk terus melahirkan inovasi yang membawa dampak nyata bagi masyarakat.
Dosen, sebagai pelaksana Tri Dharma Perguruan Tinggi, memegang peran sentral dalam mewujudkan visi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak. Inovasi berbasis teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat seringkali berawal dari kegiatan penelitian, baik oleh dosen maupun mahasiswa, yang berada di hulu proses.
Penelitian ini membutuhkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan agar dapat berkembang menjadi produk nyata. Meski prosesnya panjang dan tidak jarang penuh tantangan, justru dari sinilah muncul riset-riset lanjutan yang memperkuat ekosistem inovasi. Oleh karena itu, keterlibatan seluruh elemen, mulai dari akademisi hingga pembuat kebijakan, merupakan syarat mutlak agar tujuan bersama dapat tercapai.
Masing-masing memiliki tanggung jawab yang harus dijalankan, meski kadang terasa berat. Dalam konteks ini, ayat ke-216 dari Surah Al-Baqarah dapat menjadi pengingat sekaligus penyemangat, “Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. Wallahu a’lam.