Rabu 18 Jun 2025 08:21 WIB
Lentera

Penguasaan Teknologi sebagai Kekuatan Pembeda dan Penggentar

Penguasaan Indonesia terhadap tiga teknologi strategis masih tertinggal.

Red: Fernan Rahadi
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)

REJOGJA.CO.ID, Kawasan Timur Tengah kembali memanas akibat pecahnya perang antara Israel dan Iran. Konflik ini dipicu oleh serangan Israel yang menargetkan sejumlah petinggi militer Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan peluru kendali ke wilayah Israel.

Ketegangan dan aksi saling serang antara kedua negara ini sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Pecahnya perang ini semakin menambah daftar konflik bersenjata antar negara di dunia.

Sebelumnya, ketegangan serupa juga terjadi antara India dan Pakistan yang saling mengirim pesawat tempur. Sementara itu, hingga kini, Rusia dan Ukraina masih terus melancarkan serangan menggunakan wahana nirawak (drone).

Perang hampir selalu membawa dampak buruk bagi semua pihak yang terlibat, bahkan berpotensi meluas dan menyeret negara lain ke dalam pusaran konflik. Namun di balik kehancuran yang ditimbulkan, perang juga menjadi ajang unjuk kekuatan dan kemajuan teknologi militer suatu negara.

Konflik antara Rusia dan Ukraina, misalnya, memperlihatkan peran strategis wahana nirawak (drone) sebagai senjata modern yang efektif. Sementara itu, perang singkat antara India dan Pakistan menekankan pentingnya kesiapan sumber daya manusia serta dukungan teknis dalam mengoperasikan pesawat tempur canggih. Adapun perang terbaru antara Iran dan Israel menggarisbawahi betapa krusialnya penguasaan teknologi roket sebagai bagian dari sistem pertahanan nasional.

Penguasaan Indonesia terhadap tiga teknologi strategis, yakni pesawat tempur, wahana nirawak (drone), dan roket masih tertinggal cukup jauh dibanding negara-negara maju. Penelitian dan pengembangan di bidang pertahanan, terutama yang dilakukan di perguruan tinggi, masih terbatas baik dari segi skala maupun dukungan sumber daya.

Dari ketiga teknologi tersebut, riset mengenai wahana nirawak relatif lebih berkembang, meskipun sebagian besar masih difokuskan untuk kepentingan sipil.

Salah satu perguruan tinggi yang menunjukkan komitmen dalam pengembangan teknologi ini adalah Universitas Amikom Yogyakarta. Kampus ini menjalin kerja sama dengan Frogs Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi wahana nirawak, dalam pengembangan dan pemanfaatan drone.

De depan, LPPM Universitas Amikom Yogyakarta juga telah merencanakan kolaborasi lanjutan bersama Frogs Indonesia dalam bidang kecerdasan artifisial dan integrasinya dengan teknologi wahana nirawak.

Sementara itu, riset dan pengembangan di bidang teknologi roket dan pesawat tempur masih belum menjadi fokus utama di sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia. Minimnya perhatian terhadap dua bidang ini tidak lepas dari tingginya kebutuhan akan sumber daya pendukung, baik dari segi infrastruktur maupun kompetensi teknis.

Pengembangan teknologi roket dan pesawat tempur memerlukan fasilitas laboratorium yang kompleks, ketersediaan bahan uji yang mahal, serta tenaga ahli yang terlatih dan berpengalaman, seluruhnya menjadi tantangan tersendiri yang memerlukan perencanaan jangka panjang.

Di tengah keterbatasan tersebut, keberadaan talenta muda yang memiliki minat dan potensi di bidang teknologi pertahanan perlu mendapatkan dukungan penuh. Upaya untuk membina, mengarahkan, dan mengapresiasi mereka sangat penting sebagai langkah awal dalam membangun kemandirian teknologi pertahanan nasional.

Salah satu contoh konkret dukungan terhadap minat di bidang teknologi roket ditunjukkan oleh Najwa Rashika Az-Zahra Raharema, anak kedua kami, yang berkesempatan menjadi pengamat dalam ajang International Rocket Engineering Competition (IREC) 2025. Kompetisi internasional antarmahasiswa ini diselenggarakan pada 9–14 Juni 2025 di Midland, Texas, Amerika Serikat. Keikutsertaannya sebagai pengamat merupakan bagian dari upaya awal dalam mempersiapkan partisipasi tim rocketry UKM Aksantara ITB pada kompetisi serupa di masa mendatang.

Kemajuan riset dan pengembangan di bidang teknologi pesawat tempur, wahana nirawak, dan roket tidak akan tercapai tanpa dukungan dari berbagai pihak. Dari terjadinya perang modern yang melibatkan berbagai teknologi canggih serta melihat kemajuan riset berbagai perguruan tinggi di kompetisi roket internasional, memberikan banyak pelajaran berharga.

Semua itu menunjukkan bahwa penguasaan teknologi strategis bukan hanya soal kemajuan riset, tetapi juga menyangkut posisi dan daya tawar suatu negara dalam percaturan global. Riset di bidang teknologi, terutama yang berkaitan dengan pertahanan, memiliki potensi besar untuk menjadi faktor pembeda, bahkan mampu membentuk efek penggentar dari suatu negara yang menentukan dalam menjaga kedaulatan dan keamanan nasional.

Ayat ke-60 dari Surat Al-Anfal mengingatkan kita akan pentingnya penguasaan teknologi sebagai kekuatan pembeda dan penggentar dalam menghadapi tantangan ini, “Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu tidak akan dizalimi.” Wallahu a’lam.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement