Oleh : Erik Hadi Saputra*
REJOGJA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, tahukah Anda bahwa penduduk Finlandia dinyatakan sebagai penduduk paling bahagia di dunia berdasarkan World Happiness Report 2022? Mungkin di awal tahun 2023 Anda sudah pernah membaca ulasan dari berbagai media.
Itu seperti halnya penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang juga dinobatkan sebagai penduduk paling bahagia di Indonesia. Walaupun ada laporan juga yang mengatakan kalau penduduk di DIY adalah yang termiskin di Pulau Jawa. Perhitungannya didasarkan atas pengeluaran rata-rata perkapita per bulan.
Walaupun sebenarnya ketika tinggal di Yogyakarta, Anda akan melihat sisi positif lain dari kehidupan yang ada. Banyak orang yang berpuasa sunah rutin. Banyak orang yang ketika mereka memiliki uang pun, tetap saja kebutuhan konsumsi makanan mereka tidak banyak berubah.
Ketika memiliki uang berlebih makanannya tetaplah seperti biasanya mereka makan. Tidak lantas berubah pada saat memiliki uang berlebih. Merasa merasa cukup dan itu membuat semuanya menjadi lebih mudah dan bahagia.
Bagaimana dengan penduduk Finlandia yang bahagia itu? Apa hal yang membuat mereka bisa menjadi sangat bahagia di dunia? Banyak sekali ulasan namun paling tidak ada tiga alasan yang dikemukakan Frank Martela, seorang filsuf dan peneliti psikologi, mengenai masyarakat Finlandia mempertahankan kualitas hidup
Pertama adalah tidak membandingkan diri mereka dengan orang lain. Bisa dikatakan bahwa mereka tidak tertarik untuk mengomentari kehidupan tetangganya. Fokus pada kehidupan keluarga sendiri.
Tidak mengurusi kehidupan keluarga orang lain. Kita ketahui terkadang di Indonesia, masih ada saja orang yang mengurusi keluarga orang lain. Memberi penilaian terhadap yang dilakukan keluarga tetangganya. Bahkan ada saja seorang mahasiswa yang bercita-cita meraih keberhasilan demi membantah perkataan negatif tetangganya.
Kedua adalah bersahabat dengan alam. Ketika masa libur maka orang di Finlandia lebih memilih liburan bersama keluarga di pedesaan. Mereka menikmati suasana di alam terbuka.
Menurut laporan survei Sitra di tahun 2021, sebagian besar masyarakat Finlandia mengungkapkan bahwa alam itu berperan penting pada kehidupan mereka dikarenakan dapat memberikan relaksasi, ketenangan pikiran, dan energi. Teringat kutipan lirik lagu 'Berita Kepada Kawan' yang dinyanyikan Ebiet G Ade.
"Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan. Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan. Banyak cerita yang mestinya kau saksikan. Di tanah kering bebatuan. Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan. Hati tergetar menampak kering rerumputan. Perjalanan ini pun seperti jadi saksi. Gembala kecil menangis sedih. Kawan coba dengar apa jawabnya. Ketika ia kutanya mengapa. Bapak ibunya telah lama mati. Ditelan bencana tanah ini. Sesampainya di laut kukabarkan semuanya. Kepada karang kepada ombak kepada matahari. Tetapi semua diam tetapi semua bisu. Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit. Barangkali di sana ada jawabnya. Mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita. Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang."
Pembaca yang kreatif, ketiga adalah kejujuran. Melanjutkan penjelasan Martela, bahwa orang-orang Finlandia itu cenderung saling mempercayai dan menghargai suatu kejujuran. Misalnya jika ada barang berharga yang tertinggal di tempat umum maka hampir dipastikan barang itu akan kembali kepada yang punya. Bahkan orang tidak akan tertarik mengambil barang yang sengaja ditinggalkan sementara oleh pemiliknya.
Pembaca yang kreatif, keberlangsungan yang panjang atas kebahagiaan penduduk Finlandia adalah ketika mereka tidak membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain. Hidup rukun bertetangga dan menjaga privasi orang lain.
Berikutnya bersahabat dengan alam. Ketika liburan tiba mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk menikmati suasana alam, dan melatih relaksasi diri agar bisa lebih tenang dalam menghadapi persoalan.
Ditutup dengan kejujuran menjadi hal utama dalam interaksi mereka dengan orang lain. Termasuk jujur mengakui keberadaan dirinya. Tidak menjadi pribadi yang gila atas keberhasilan yang hanya tampak dipermukaan namun ternyata kosong di dalam.
Menerima diri dan memaksimalkannya menjadi potensi diri menjadi kejujuran tersendiri. Sehat dan teruslah terinspirasi.
*Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta