Jumat 23 May 2025 20:40 WIB

Mahasiswa UGM Didorong Memulai Misi Kewirausahaan Sedini Mungkin

UGM tidak hanya berpegang pada prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Red: Fernan Rahadi
Menteri Perdagangan Budi Susanto, saat memberikan paparan pada Studium Generale: Young Entrepreneurs Leadership di Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (23/5/2025).
Foto: Muhammad Andi
Menteri Perdagangan Budi Susanto, saat memberikan paparan pada Studium Generale: Young Entrepreneurs Leadership di Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (23/5/2025).

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Semangat kewirausahaan dan kepemimpinan berkobar dalam acara Studium Generale: Young Entrepreneurs Leadership di Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (23/5/2025). Prof Sang Kompiang dalam sambutannya mewakili rektorat menyambut antusias para mahasiswa dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka dalam forum penting yang bertujuan menumbuhkan jiwa wirausaha dan kepemimpinan di kalangan generasi muda.

Dalam presentasinya, Prof Sang Kompiang menekankan pentingnya bagi mahasiswa UGM untuk memiliki target kontribusi yang jelas melalui universitas. Ia menyampaikan bahwa melalui Direktorat Pengembangan Usaha dan Technopark UGM, mahasiswa diharapkan memiliki rekam jejak positif dan sumbangsih nyata bagi bangsa.

"Mahasiswa UGM harus memiliki target dan kontribusi bagi masyarakat, " ujar Prof Sang Kompiang.

Lebih lanjut, Prof Sang Kompiang menyoroti keseimbangan esensial antara kemampuan teknis dan manajerial bagi mahasiswa UGM sebagai calon pemimpin masa depan (future leaders) di tahun 2045. Menurutnya, mahasiswa tidak hanya perlu cakap dalam mengelola diri dan meninggalkan warisan positif, tetapi juga mampu memberdayakan orang-orang di sekitar mereka.

Para dosen dan civitas akademika UGM menaruh harapan besar agar para mahasiswa dididik untuk menjadi pemimpin yang handal, dengan menguasai kemampuan komunikasi dan berbagai keahlian lintas disiplin, yang diiringi dengan semangat kewirausahaan (entrepreneurship).

Prof Sang Kompiang menegaskan bahwa UGM tidak hanya berpegang pada prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi, tetapi juga mengintegrasikannya dengan semangat kewirausahaan. Reputasi UGM yang positif di masyarakat diharapkan dapat mendorong mahasiswanya menjadi problem solver yang handal. Filosofi warna hitam pada bangunan Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM pun dijelaskan, melambangkan perjuangan yang tak selalu terbuka namun efektif, serta merepresentasikan elegansi.

Prof Sang Kompiang menjelaskan bahwa Gelanggang Inovasi Kreatif (GIK) UGM secara ringkas melambangkan spirit entrepreneurship, leadership, sportif, yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dan budaya lokal seperti gotong royong. Beliau juga membedakan konsep entrepreneurship di lingkungan kampus yang berbasis pengetahuan (knowledge-based) dan berorientasi pada solusi tantangan industri (business-to-industry), berbeda dengan entrepreneurship bisnis ke konsumen (business-to-consumer) yang lebih fokus pada pemasaran.

Entrepreneurship di lingkungan universitas harus lebih terstruktur dan bukan hanya sekedar berjualan," kata Prof Sang Kompiang.

Lebih lanjut, Prof Sang Kompiang menjelaskan hubungan ekosistem antara GIK dan UGM Technopark. Universitas tidak hanya menghasilkan inovasi dalam bentuk konsep tertulis (skripsi, tesis), tetapi juga mewujudkannya dalam bentuk implementasi nyata yang menjawab kebutuhan masyarakat. Beliau mendorong mahasiswa untuk menjadi alumni yang memiliki semangat kepemimpinan dan kewirausahaan yang kuat. Pengembangan kedua aspek ini di UGM diharapkan mampu menciptakan kolaborasi strategis dalam ekosistem inovasi, mendukung program nasional, dan menjadikan Indonesia bangsa yang besar. Entrepreneurship juga dipandang sebagai penguat spirit UGM, yaitu merakyat, mandiri, dan berkelanjutan. Sebagai organisasi pembelajar (learning organization), UGM berupaya menyiapkan calon pemimpin masa depan yang menjadi rujukan handal.

“Jadi GIK di zona paling selatan adalah zona leadership. Jadi masuk di GIK wajah leadership itu harus muncul harus ada ada sport hall di sana dan olahraga mengajarkan kita leadership. Sportivitas harus kita junjung tinggi tidak boleh jemawa jika menang dan bisa mengakui kekalahan dan diakhiri dengan sportivitas," tutur Prof Sang Kompiang

Regional CEO Bank BRI, John Sarjono menyoroti temuan penelitian yang menunjukkan bahwa pendiri startup cenderung mencapai kesuksesan pada usia 40-50 tahun, sementara data BPS menunjukkan bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia memulai bisnis pada usia 35 tahun.

Ia pun mendorong mahasiswa untuk mengubah paradigma ini dan memulai misi kewirausahaan sedini mungkin. Literasi, inklusi keuangan, dan kepemimpinan dalam pengelolaan finansial juga ditekankan. John Sarjono juga mendorong mahasiswa untuk belajar dari pengalaman nyata di luar kampus dan memanfaatkan produk keuangan BRI, seperti platform Brilian yang sukses mengembangkan pariwisata di Desa Parakan, Temanggung.

"Saat ini mahasiswa tak perlu khawatir dengan sistem skema keuangan yang diberikan oleh bank. Seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan kemudahan yang kami bangun saya yakin mahasiswa tak perlu khawatir," ujar John Sarjono.

Manajer Pemasaran Apotek K-24 Burhan Bariton juga berbagi kunci sukses bisnis, yaitu memiliki visi jangka panjang, membangun merek yang kuat, membentuk tim yang solid, dan mengelola keuangan dengan tepat. Hal ini menjadi alasan ekspansi pesat Apotek K-24.

"Sebagai pengusaha kita harus berani memiliki pandangan kedepan, kita ingin bisnis kita seperti apa. Dan perencanaan visi ini harus mulai kita buat ketika awal merintis sebuah usaha," kata Burhan Bariton.

Senada, Direktur Marketing Roti Ropi, Arief Munandar, menekankan pentingnya visi-misi jangka panjang, meskipun prosesnya tidak mudah. Pengalaman Roti Ropi yang sempat mendapat respons negatif saat awal promosi, namun akhirnya berhasil menjalin kerjasama bisnis di Dubai, menjadi contoh ketekunan dan adaptasi.

“Saya selalu menyematkan kalimat tersebar 32 cabang di seluruh dunia. Pada awalnya saya di-bully di medsos namun beberapa bulan kemudian kami bisa mendapatkan investor dari Dubai," ujar Arief Munandar.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Budi Susanto, dalam pemaparannya, mendorong mahasiswa dengan semangat entrepreneurship, leadership, dan bonus demografi yang ada untuk menjadi pencetak lapangan kerja baru.

"Dengan bonus demografi yang bagus dan spirit entrepreneurship mahasiswa harus bis menciptakan lapangan kerja baru," tutur Budi.

Acara Studium Generale ini diharapkan dapat menginspirasi dan membekali mahasiswa UGM dengan pengetahuan serta motivasi yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin dan wirausahawan sukses di masa depan, berkontribusi positif bagi bangsa dan negara.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement