REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lima mahasiswa UGM mengembangkan inovasi berupa alat sortasi buah salak pondoh dengan sensor pintar yang diberi nama SalaScan. Alat ini diciptakan guna mendukung peningkatan produktivitas, kualitas, dan ekonomi perusahaan petani salak di Turi, Kabupaten Sleman, DIY.
Pengembangan alat ini lahir dari ide kreatif mahasiswa dari Fakultas Sekolah Vokasi UGM angkatan 2022 yakni Azzahra Artamevia Arifni, Hanna Rizka, Innaiya Azkiya, Aminah Nurul Huda, dan Nasrul Fuad. Di bawah bimbingan Sang Norrma Lintang Asmara, kelimanya mengembangkan alat ini dengan pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) Kemendikbudristek 2024.
Azzahra yang akrab disapa Rara menjelaskan bahwa pengembangan alat ini berawal dari persoalan yang dihadapi oleh UMKM yang dijalankan petani salak, berupa packing house yang bernama CV Mitra Turindo, Imorejo, Wonokerto, Turi, Kabupaten Sleman, DIY.
CV Mitra Turindo merupakan industri legal yang berdiri sejak 2009 dan bergerak di bidang pangan sebagai supplier salak yang memiliki packing house. Perusahaan ini telah sukses mengekspor salak ke berbagai negara seperti Kamboja, Cina, Kanada, dan Taiwan. Untuk mencukupi kebutuhan salak, CV Mitra Turindo bermitra dengan 10 kelompok tani salak yang diberi nama Paguyuban Salak Turindo. Para petani ini memiliki lebih dari 60 hektare lahan yang sudah teregister.
Menurut ketua CV Mitra Turindo, Suroto, saat ini permintaan yang diterima cukup banyak namun proses sortasi masih dilakukan manual.
Pekerja harus mengelompokkan salak menjadi tiga kategori yaitu salak lolos sortasi, salak terlalu matang, dan salak yang terlalu besar atau terlalu kecil. Keterbatasan daya pekerja menyebabkan proses sortasi buah salak memakan waktu yang cukup lama, yaitu 2-3 hari, di mana para pekerja dapat bekerja hingga larut malam. Hal tersebut menimbulkan kelelahan yang cukup tinggi dan meningkatkan potensi human error.
Dilatarbelakangi hal tersebut, Rara bersama dengan keempat rekannya berinisiatif membuat alat sortasi salak pondoh untuk mempermudah mitra dalam melakukan sortasi buah salak pondoh.
Alat sortasi ini menggunakan sensor otomatis berupa kamera yang mendeteksi salak dan mengklasifikasikan tingkat kematangan salak berdasarkan ukuran dan warna. Kemudian, salak yang tidak sesuai standar akan dipisahkan secara otomatis melalui katup corong yang terbuka, sehingga salak jatuh ke bak penampungan salak defect. Dengan teknologi ini, proses sortasi yang sebelumnya dilakukan secara manual kini dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan akurat.
Rara memaparkan dengan penggunaan alat sortasi otomatis sangat membantu meningkatkan produktivitas perusahaan.
Pada awalnya pekerja harus menyortir salak dengan melihat dan meraba detail salak satu persatu dalam jangka waktu yang lama, dengan alat ini pekerja hanya perlu meletakkan salak di atas conveyor tanpa perlu berpikir dan mengamati salak satu persatu karena alat otomatis akan memisahkan salak yang tidak sesuai standar.
Penerapan alat ini memberikan dampak positif bagi industri, yaitu mempersingkat waktu proses sortasi, meningkatkan kapasitas produksi, dan meningkatkan ekonomi perusahaan melalui penghematan biaya listrik serta mengurangi tingkat kelelahan pekerja.
“Adanya alat sortasi otomatis ini juga meningkatkan kualitas salak dengan meminimalisir human error sehingga salak menjadi lebih seragam sesuai dengan keinginan konsumen," jelas Rara dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (16/8/2024).
Suroto pun mengaku sangat mengapresiasi kegiatan dan inovasi yang dilakukan oleh mahasiswa serta dukungan yang mereka berikan kepada mitra untuk mempermudah proses sortasi salak pondoh CV Mitra Turindo.