REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA — Konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) DIY mendorong agar kebutuhan tenaga kerja dapat terpenuhi sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerah. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ada tiga sektor yang memiliki potensi besar dan membutuhkan tenaga kerja yang lebih.
Mulai dari sektor pariwisata, sektor pertanian, dan sektor industri pengolahan. Untuk itu, Konsorsium PTV DIY mendorong agar pemenuhan tenaga kerja di DIY disesuaikan dengan tiga sektor unggulan tersebut.
Upaya ini dilakukan melalui Program Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah di DIY. Salah satu kegiatannya yakni digelarnya diseminasi hasil kajian Workforce Planning dan Innovation Planning DIY sebagai luaran (output) dari program tersebut, Selasa (30/7/2024).
Program Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah DIY merupakan program Kemendikbud yang di dIY diampu oleh tiga perwakilan perguruan tinggi vokasi. Mulai dari Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM), Fakultas Vokasi UNY, dan Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni dan Budaya Yogyakarta.
“Di Yogya kan ada pariwisata, tapi (sektor unggulannya) tidak hanya itu. Setelah kita gali, itu sektornya ada di pertanian dan industri pengolahan juga. Itu diselaraskan dengan sekolah vokasi, dan perguruan tinggi vokasi juga harusnya bergerak di tiga sektor unggulan itu,” kata Tim Pakar Direktorat Kemitraan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) Kemendikbudristek, Dewi Yanti Liliana saat ditemui di sela-sela acara di Hotel Khas Tugu Yogyakarta, Selasa (30/7/22024).
Dewi menuturkan, yang terjadi saat ini di daerah masih ada kesenjangan antara lulusan pendidikan vokasi dengan kebutuhan tenaga kerja yang harus disiapkan untuk dunia usaha dan dunia industri. Termasuk di DIY, dimana kebutuhan tenaga kerja di tiga sektor unggulan masih belum terpenuhi.
“Yang terjadi itu gap antara pendidikan itu kan, apa yang menjadi popular dan (itu menjadi) apa yang diminati saja, seperti bidang IT. Padahal kebutuhan lulusan di tiga sektor itu. Jadi strateginya, promosi untuk pemenuhan SDM di tiga sektor tadi (harus diperkuat) dari sisi SMK, dan perguruan tinggi vokasinya,” ucap Dewi.
Pihaknya bersama Konsorsium PTV DIY menggunakan metodologi foresight untuk menghasilkan strategi-strategi dalam rangka menguatkan tiga sektor unggulan di DIY melalui program yang dijalankan. Hasil dari program tersebut yakni dengan menghasilkan policy paper yang diserahkan ke pemerintah daerah dalam hal ini Pemda DIY.
“Menggunakan metodologi namanya foresight, dari situ dihasilkan strategi bagaimana menguatkan tiga sektor utama di Yogya ini. Mulai dări penyiapan tenaga kerjanya, sampai inovasi-inovasinya. Jadi ada strategi-strategi yang itu dituangkan dalam policy paper yang sudah diserahkan konsorsium kepada pemerintah,” jelasnya.
Ketua Pengampu Konsorsium DIY, Wiryanta mengatakan, dari program yang dijalankan tidak hanya untuk membentuk tenaga kerja. Namun, juga dalam rangka membentuk tenaga kerja yang siap bekerja.
“Juga bagaimana kontribusi industri bisa memberikan aliran informasi dan kesempatan untuk melakukan aktualisasi sesuai kompetensi masing-masing,” kata Wiryanta yang juga Wakil Dekan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat SV UGM tersebut.
Dikatakan bahwa perkembangan yang cepat di dunia industri saat ini lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia vokasi itu sendiri. Hal ini juga dialami oleh DIY, dimana didorong oleh revolusi industri 4.0 dan society 5.0.
Untuk itu, ada dua output yang dihasilkan dari Program Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah DIY yakni workforce planning dan innovation planning. Dua output ini yang juga menjadi policy paper untuk diserahkan ke pemda.
“Workforce planning berisi tentang seperti apa tenaga kerja yang harus kita sediakan. Kemudian innovation planning adalah apa-apa inovasi yang harus dilakukan sesuai dengan potensi yang ada di DIY,” ucap Wiryanta.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY, Aria Nugrahadi mengatakan, secara umum ada fitur yang berbeda antara pendidikan vokasi dan dunia kerja. Di dunia pendidikan ada kaitannya dengan pengembangan keilmuan, namun di dunia kerja lebih bersifat praktis dan pragmatis.
Meski begitu, keduanya didorong untuk bisa menciptakan sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja untuk menjadikan Indonesia lebih baik. “Kalau kita lihat di dunia kerja mendorong untuk mencetak hanya kerah biru saja atau pekerja kasar saja, sering kali juga dimaknai mencetak robot. Di satu sisi tidak juga. Makanya saya sampaikan, secara fitrah (vokasi dan dunia kerja) ini entitas yang sedikit berbeda, tapi ada yang harus kita rajut bersama demi sebuah harapan, tujuan untuk SDM Indonesia lebih baik. Ada memang yang sifatnya praktis, dan ada yang sifatnya pengembangan keilmuan,” kata Aria.