REJOGJA.CO.ID, SLEMAN -- Kemunculan Akun @aniesbubble dan @olpproject yang sempat meramaikan jagad media sosial X kala Pilpres 2024 lalu, diteliti oleh mahasiswa UGM yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH). Tim yang terdiri atas Cristopher Isac Wibowo, Elvira Chandra Dewi Ari Nanda, Jasmine Rizky El Yasinta, Kezia Aurora, serta Muhammad Ahsan Alhuda dengan bimbingan Dosen Ilmu Komunikasi UGM, Mashita Phitaloka Fandia tersebut mengangkat tajuk 'Politisasi Fandom: Crowdfunding dan Fan-Project dalam Kampanye Politik oleh Relawan Anies Baswedan'.
Akun @aniesbubble yang kerap dijuluki 'Abel' tersebut meramaikan media sosial X seusai debat capres pertama dengan mengunggah konten siaran langsung TikTok yang dilakukan oleh Anies Baswedan. Gaya komunikasi yang dilakukan oleh @aniesbubble banyak mengadopsi kultur budaya idol di Korea, seperti penggunaan emoji burung hantu sebagai simbol identitas, pemakaian huruf hangul, hingga pemilihan nama fandom, yakni 'Humanies'.
Tak lama setelah itu, muncul akun @olpproject yang kerap mengadakan berbagai projek dan melakukan penggalangan dana untuk mendukung Anies Baswedan. Fenomena semacam ini sangat umum dilakukan di kalangan penggemar K-pop yang dikenal dengan istilah fan-project dan crowdfunding fan-idol. Hal tersebut kemudian mendapat respons dan antusiasme yang sangat positif dari masyarakat Indonesia, terutama dari para penggemar idol Korea.
Dari hasil etnografi virtual yang dilakukan di media sosial X, keunikan budaya fandom menjadi hal yang paling menonjol dijumpai. Hal ini salah satunya terlihat dari banyaknya penggunaan terminologi K-Pop oleh pengguna media sosial X, seperti ahjussi, maknae, olpbbong (lightstick), dan lain sebagainya. Dalam wawancara yang dilakukan oleh tim PKM kepada inisiator akun @aniesbubble, dikatakan bahwa pesan yang disampaikan melalui unggahan di media sosial X dipercaya telah menjadi cara baru dalam mengkampanyekan figur politik yang dapat meningkatkan simpati publik.
"Dari hasil survei yang kami lakukan, cara kampanye semacam ini terbukti efektif dilakukan dengan indeks sebesar 4,16 dari 5," ungkap Jasmine Rizky El Yasinta, ketua tim PKM tersebut dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (24/6/2024).
"Survei kami juga telah membuktikan bahwa politisasi fandom berpengaruh signifikan terhadap pandangan Gen-Z terhadap seorang tokoh politik," imbuhnya.
Salah satu anggota PKM yang lain, Elvira Chandra Dewi Ari Nanda, juga berharap bahwa fenomena baru ini dapat menjadi sebuah inspirasi dan pendekatan baru yang dapat digunakan untuk mengkampanyekan seorang tokoh politik secara efektif kepada anak muda, khususnya kepada Gen-Z.