Senin 14 Apr 2025 20:34 WIB

3 Warga Gunungkidul Positif Antraks Gara-Gara Sembelih Sapi Mati karena Sakit

Masyarakat diminta tidak menyembelih ternak yang sakit atau menjual ternak yang mati.

Red: Karta Raharja Ucu
Sapi terjangkit antraks di Gunungkidul, GIY.
Foto: Antara/Siswowidodo
Sapi terjangkit antraks di Gunungkidul, GIY.

REJOGJA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Tiga warga Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilaporkan positif antraks dengan ciri memiliki luka lesi di kulit. Dinas Kesehatan Gunungkidul menyebut tiga warga tersebut tidak dirawat di rumah sakit tetapi tetap dipantau petugas puskesmas terdekat. Dua warga yang suspek antraks dalam kondisi baik.

Bakteri penyakit ini memiliki masa inkubasi selama 60 hari. Kasus antraks muncul di Kalurahan Tileng, Kecamatan Girisubo dan Kalurahan Bohol, Kapanewon Rongkop. Dinas Kesehatan serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan penyelidikan epidemiologi dan skrening populasi berisiko untuk penanggulangan penyakit tersebut.

Dari laporan Dinkes Gunungkidul, awalnya, kasus antraks muncul di Kalurahan Tileng pada Februari 2025. Tak lama kasus antraks juga muncul di Kalurahan Bohol. Dua puluh ekor ternak dilaporkan mati.

Tiga warga yang positif antraks tertular karena menyembelih hewan ternak yang terkena antraks. Sebab, antraks masuk kategori zoonosis yang dapat menular dari hewan ke manusia, seperti darah dari penyembelihan bisa memicu penularan yang lebih banyak.

Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Kementan Imron Suandy menyampaikan kasus kematian ternak telah terjadi sejak 15 Februari hingga 27 Maret 2025, dengan total kematian sebanyak 23 ekor sapi dan tiga ekor kambing. Kasus itu tersebar di Kelurahan Bohol dan Petir (Kecamatan Rongkop), serta Kelurahan Tileng (Kecamatan Girisubo).

“Hasil pengujian laboratorium di Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates menunjukkan ternak yang mati terkonfirmasi positif antraks,” ujar Imron.

Sebagai tindak lanjut, tim Ditjen PKH bersama DPKH Gunung Kidul telah melakukan disinfeksi kandang dan lingkungan, penyuntikan antibiotik profilaksis, serta pemberian obat dan vitamin kepada ternak yang berada di zona merah, yaitu Kelurahan Bohol dan Tileng. "Sosialisasi juga digencarkan agar masyarakat tidak menyembelih ternak yang sakit atau menjual ternak yang mati, serta melaporkan gejala penyakit kepada petugas kesehatan hewan setempat," kata Imron.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement