REJOGJA.CO.ID, WONOSARI -- Satu orang warga Padukuhan Semuluh Lor, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, dikonfirmasi positif antraks. Dengan ditemukannya warga positif antraks di dukuh tersebut, maka terdapat dua lokasi di Gunungkidul yang terkonfirmasi antraks.
Sebelumnya sebanyak 22 orang warga dukuh tersebut diambil sampel darahnya karena diduga terpapar bakteri antraks setelah ada warga yang menyembelih kambing sakit.
"Hasil yang positif hanya satu dari 22 orang," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul dr. Dewi Irawati kepada Republika, Rabu (26/7/2023).
Warga yang positif antraks tersebut memiliki gejala kulit, namun pengobatannya tidak perlu dirawat di rumah sakit. Kendati begitu, Dewi tidak mengungkap apakah sebanyak 22 orang tersebut mengkonsumsi daging atau hanya kontak dengan kambing sakit yang disembelih.
Sementara itu, Dinkes Gunungkidul juga melakukan pemeriksaan ulang pada kasus antraks yang terjadi sebelumnya di Padukuhan Jati, Kapanewon Semanu. Dari 158 sampel yang diambil, ditemukan 45 orang yang positif, sama dengan tes sebelumnya.
"Ulangan pemeriksaan, sampel diambil 158 yang masih positif 45 orang," kata Dewi.
Dengan terkonfirmasinya antraks di Padukuhan Semuluh Lor, maka saat ini terdapat dua padukuhan di Kapanewon yang sama yang terpapar antraks. Untuk itu, Dinkes lebih gencar melakukan sosialisasi dan surveilans mengenai hal ini.
Warga juga diimbau agar tidak mengkonsumsi daging hewan yang mati mendadak, ini merujuk pada tradisi mbrandu yang menyebabkan puluhan orang positif antraks di Padukuhan Jati.
"Untuk yang positif kami beri pengobatan. Lalu edukasi untuk makan daging dari ternak yang sehat. Kami juga surveilans kepada warga sekitar untuk melihat perkembangannya," katanya.
Sementara itu untuk sampel lingkungan tidak ditemukan spora bakteri antraks di Padukuhan Semuluh Lor. Kepala Bidang Kesehatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan, setelah diberi kabar adanya suspek antraks di Semuluh Lor, pihaknya telah melakukan antisipasi dengan menyiramkan formalin di lokasi penyembelihan kambing.
"Tanah yang ternodai darah kambing disembelih hasilnya negatif," ujar Retno.
Spora bakteri antraks diketahui dapat bertahan lama di dalam tanah, dan pencegahannya yakni dengan menyiramkan formalin ke tanah yang terkontaminasi. Dengan hasil negatif, maka dapat dipastikan ternak wilayah tersebut untuk saat ini aman dari penularan bakteri antraks dari kambing sakit tersebut.
Sebelumnya seorang warga di Padukuhan Jati dikabarkan meninggal setelah mengkonsumsi daging sapi yang sakit. Sebanyak lebih dari 150 warga di dukuh tersebut mengkonsumsi daging sapi yang sakit karena tradisi mbrandu. Tradisi ini memungkinkan warga melakukan urunan untuk membeli daging sapi sakit dengan harga murah. Hal ini dilakukan dengan tujuan meringankan kerugian pemilik ternak.