REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) menggelar Pengajian Ramadan 1446 Hijriyah bertema "Transformasi Kader untuk Kemakmuran Bangsa". Acara ini menjadi ajang refleksi dan penguatan bagi pimpinan, kader, hingga Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan zaman serta berkontribusi bagi kesejahteraan umat dan bangsa.
Pengajian yang berlangsung di Amphitarium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 8-9 Maret 2025 ini dihadiri oleh pimpinan lembaga, amal usaha Muhammadiyah (AUM), serta kader Muhammadiyah se-DIY. Kegiatan ini bertujuan untuk meneguhkan peran Muhammadiyah dalam membangun bangsa, khususnya dalam aspek pendidikan, ekonomi, sosial, dan kebangsaan.
Ketua MPKSDI PWM DIY, Andi Putra Wijaya menegaskan bahwa tema yang digagas merupakan refleksi bagi Muhammadiyah, khususnya di DIY. Sebagai gerakan dakwah dan tajdid, Muhammadiyah telah banyak berkontribusi dalam berbagai bidang, mulai dari sosial, ekonomi, hingga budaya. Namun, tantangan zaman terus berkembang, terutama dalam menghadapi era globalisasi dan modernisasi.
"Transformasi ini bukan sekadar perubahan fisik, tetapi juga perubahan cara berpikir, bertindak, dan memperkuat nilai Islam dalam masyarakat. Maka, kader harus memiliki kompetensi, di antaranya kepemimpinan, wawasan luas, pemikiran maju, serta mampu menjadi pemimpin berintegritas dalam berbagai sektor kehidupan," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya spirit inovasi dan kemandirian agar Muhammadiyah semakin solid dan tidak mudah tergopoh-gopoh dalam menghadapi perubahan zaman. Selain itu, komitmen terhadap nilai Islam Berkemajuan harus terus dijaga dan dikembangkan, menjadikan Islam sebagai solusi dalam berbagai permasalahan umat.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PWM DIY, M. Ikhwan Akhada menegaskan bahwa transformasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menempatkan kader Muhammadiyah di berbagai lini kehidupan, agar dakwah semakin meluas. Menurutnya, transformasi kader memiliki tiga makna utama yakni Kesadaran dan pengembangan diri, Menghadirkan perubahan untuk masa depan. Diharapkan ke depan ada lompatan besar, sejalan dengan pesan Prof. Haedar Nashir setelah Musywil PWM DIY bahwa bahwa PWM DIY harus menjadi miniatur dan oase Muhammadiyah, Mempersiapkan masa depan. Agar kader mampu menghadapi tantangan kehidupan dengan strategi dan aksi nyata.
Ikhwan Akhada juga menyoroti kemakmuran sebagai aspek penting dalam transformasi kader. Meskipun Muhammadiyah telah berdiri lama, masih terdapat tantangan dalam kemandirian ekonomi AUM.
"Ketika kita membaca data BUMM dan AUM, 60 persen di antaranya masih kesulitan menghidupi dirinya sendiri. Ini menjadi bukti bahwa keunggulan AUM kita masih berada di wilayah tertentu," jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa angka ketimpangan ekonomi di DIY yang masih tinggi harus menjadi perhatian. Termasuk dalam masalah khusus tentang kesejahteraan guru.
"Islam yang kita bawa seharusnya menjadi solusi, tetapi realitasnya masih bertolak belakang," kata Ikhwan.
Sementara itu Rektor UAD, Prof Mukhlas, dalam sambutannya menegaskan komitmen UAD untuk terus menyediakan venue bagi Pengajian Ramadan setiap tahun.
"Venue ini kami dedikasikan untuk Pengajian Ramadan setiap tahun, sampai kiamat kurang sehari," ujarnya, disambut tawa para peserta.
Prof Mukhlas kemudian menjelaskan pentingnya tradisi keilmuan dalam membentuk kader-kader Muhammadiyah ke depan.
"Kita di Indonesia memiliki tradisi di bidang prakarya, dan ulama-ulama kita menyatukan ilmu agama dengan sains. Karena itu, UAD mengembangkan konsep unifikasi keilmuan, agar kader kita memiliki pengetahuan yang holistik," jelasnya.
Pengajian Ramadan PWM DIY tahun ini diharapkan menjadi momentum penting bagi kader Muhammadiyah untuk memperkuat peran strategisnya dalam kemajuan bangsa, sekaligus meneguhkan nilai-nilai Islam Berkemajuan sebagai solusi bagi berbagai tantangan umat dan bangsa.
Di akhir pembukaan, juga diluncurkan Sekolah Ideologi Muhammadiyah (SIM) yang digagas dan diperkenalkan oleh MPKSDI PWM DIY.
Pada amanat akhir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengatakan, langkah-langkah kaderisasi di Muhammadiyah harus dilakukan secara terstruktur dan berkesinambungan dan memiliki nilai lebih. Kaderisasi bukan sekedar rutinitas atau formalitas, tetapi sebuah strategis untuk mencetak kepemimpinan berintegritas yang saiap membangun peradaban.
“Semoga Muhammadiyah terus melahirkan kader-kader terbaik yang siap menghadapi tantangan zaman dan membawa kemakmuran bagi umat di masa depan," kata Haedar.