Jumat 01 Aug 2025 11:10 WIB

Founder Redea Institute: Filosofi Pembelajaran Konstruktif Mampu Cetak SDM Berkualitas

Redea Institute menerapkan pendekatan progresif berbasis constructivist learning.

Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Mahasiswa
Foto: Republika/mgrol100
Ilustrasi Mahasiswa

REJOGJA.CO.ID, JAKARTA -- Persaingan di era global yang semakin ketat mendorong perusahaan untuk lebih selektif dalam memilih pekerja. Perusahaan tidak hanya menilai sumber daya manusia (SDM) berdasarkan nilai ijazah yang tinggi, namun juga menuntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, keterampilan praktis, dan mampu beradaptasi dengan cepat di dalam dinamika dunia kerja.

Hal ini menjadi tanggung jawab institusi pendidikan untuk melahirkan lulusan yang mampu memahami dan mengaplikasikan teori secara nyata. Research and Development for Advancement (Redea) Institute, yang merupakan lembaga pendidikan yang memiliki departemen Training, Research, & Development dan Service Quality Monitoring & Improvement, melalui Sekolah Highscope Indonesia, mengimplementasikan 178 Learning Framework, yang dibangun di atas filosofi pembelajaran konstruktif, mendorong anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri tentang dunia melalui pengalaman dan refleksi mereka sendiri. Sebagai sekolah yang berbasis Eco-Socio-Tech, Sekolah HighScope Indonesia berperan dalam mendukung dan memfasilitasi siswa-siswi yang merupakan para calon pemimpin masa depan, untuk terus menghadapi tantangan dunia saat ini dan di masa depan.

“Kami percaya bahwa konstruktivisme mendukung siswa dalam menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata, dalam membuat dan merenungkan keberhasilan serta kesalahan, juga dalam membangun pemahaman mereka

sendiri tentang dunia,” ujar Founder & CEO HighScope Indonesia dan Founder & CEO Redea Institute, Antarina S.F. Amir dalam keterangan pers kepada media.

Di Redea Institute, Antarina percaya bahwa siswa belajar dengan lebih baik ketika mereka termotivasi dari dalam dirinya sendiri. "Kami mendorong hal ini dengan secara konsisten menerapkan metode pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa dan didukung oleh riset, di mana para siswa mengambil peran aktif dalam proses pendidikan mereka, dengan bimbingan dari para pengajar,” katanya menambahkan.

Dengan menerapkan pendekatan progresif berbasis constructivist learning, Redea Institute terus berinovasi dalam metode pendidikan untuk merancang pengalaman belajar terbaik bagi siswa. Hal ini memastikan perkembangan mereka secara holistik, baik secara akademis, interpersonal, intrapersonal, fisik, maupun daya saing global.

Melalui Sekolah HighScope Indonesia (SHI), Redea Institute pun mencetak sejumlah lulusan yang menjadi sumber daya manusia terbaik di perusahaan nasional maupun internasional. Seperti Marcella Burhan, lulusan Sekolah HighScope Indonesia tahun 2010 yang melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan

mengambil gelar Master of Research in Genetic Medicine di Universitas Newcastle, Inggris.

Marcella mengatakan, keterampilan yang paling berguna saat kuliah adalah melakukan presentasi, berbicara di depan umum, serta kemampuan untuk mengatur waktu dan berpikir secara logis. Ketika sudah bekerja, penting sekali untuk memiliki kemampuan memimpin. “Di HighScope, kami banyak berlatih menjadi pemimpin saat ada diskusi kelompok," ujar Marcella yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Universitas Indonesia.

Hal senada juga diungkapkan Rayesha Ikram Hardono yang saat ini bekerja sebagai seorang pengacara di Jakarta, setelah lulus dari Rijksuniversiteit Groningen. Menurut dia, metode Making Good Choices sebuah pedoman yang sangat membantunya, apalagi sebagai seorang pengacara dalam industri yang dituntut serba cepat di mana dirinya harus mengerjakan beberapa proyek dan kasus sekaligus.

"Metode Making Good Choices yang ditanamkan dalam diri saya sejak masuk Sekolah HighScope Indonesia di kelas 1 SD dan sekarang sudah menjadi kebiasaan. Metode ini sangat berguna dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah,” ujar penerima beasiswa LPDP untuk program magisternya di Cornell Law School, Amerika Serikat.

Sedangkan menurut Edwin Piruli, orang tua dari tiga anak alumni SHI TB.Simatupang berpendapat. "Alasan kami memilih Sekolah HighScope Indonesia adalah karena fokus mereka pada Learner Outcomes, dan itulah yang paling menarik perhatian saya terhadap sekolah ini. Pendekatan belajar mereka sesuai untuk semua jenis anak dengan cara yang disesuaikan. Menurut saya programnya luar biasa. Putri-putri dan putra saya memiliki banyak teman yang beragam, dan yang paling mengesankan bagi saya adalah bagaimana program ini dapat sesuai untuk berbagai macam siswa. Ada sesuatu untuk setiap anak," katanya.

Redea Institute pun mencatat bahwa sejak awal berdiri Sekolah HighScope Indonesia - TB Simatupang telah mencetak banyak lulusan yang diterima di berbagai fakultas di Perguruan Tinggi Negeri. Adapun lulusan lainnya juga terdata diterima di sejumlah universitas luar negeri ternama di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Skotlandia, Belanda,

Australia, Selandia Baru serta di Asia

Menuju 30 tahun perjalanan, jaringan Sekolah HighScope Indonesia kini sudah mencapai hampir 4.500 siswa, dengan lebih dari 800 guru terlatih yang tersebar di berbagai kota; Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Bali, Medan, Bandung, Palembang, dan Bengkulu. Sekolah HighScope Indonesia juga sudah meluluskan alumni yang sudah meniti karir di berbagai bidang dan berkontribusi kepada bangsa, yang diterima di 351 universitas di 21 negara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement