Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)
REJOGJA.CO.ID, Pekan ini merupakan pekan terakhir di bulan Sya’ban atau disebut Ruwah dalam Bahasa Jawa. Bulan yang berada urutan ke-8 sebelum bulan Ramadhan atau Pasa di dalam kalender Hijriah dan Jawa. Mulai pekan depan umat Islam di seluruh dunia akan memulai ibadah puasa. Di Indonesia sendiri besar kemungkinan awal puasa tidak dapat dilakukan secara bersamaan oleh masyarakat Indonesia. Muhammadiyah sebagai salah organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia telah mengumumkan bahwa awal puasa akan dimulai pada tanggal 11 Maret 2024.
Pemerintah Indonesia sendiri melalui Kementerian Agama akan melakukan sidang Isbat penentuan awal bulan puasa pada hari Ahad, 10 Maret 2024. Para pengamat bidang astronomi dengan melakukan perhitungan kondisi dan posisi bulan pada saat matahari terbenam di tanggal 10 Maret 2024 tersebut memperkirakan akan terjadi perbedaan awal bulan Ramadhan pada tahun 2024 atau 1445 Hijriyah kali ini. Perbedaan kriteria, parameter, dan nilai rujukan yang digunakan oleh masing-masing pihak menjadikan munculnya penetapan yang berbeda dalam penentuan awal bulan Ramadhan. Munculnya perbedaan ini tampaknya semakin dapat disikapi secara bijak oleh berbagai kalangan termasuk masyarakat umum.
Pemahaman bahwa adanya perbedaan tersebut tidak bisa dihindari dengan alasan yang ada semakin bisa dimengerti dan dipahami. Hal ini tidak terlepas dari semakin mudahnya masyarakat menjangkau informasi yang bisa didapatkan melalui berbagai media, khususnya internet. Puasa sendiri merupakan ibadah yang dilakukan oleh berbagai umat agama dengan perbedaan mekanisme dan tata caranya masing-masing. Umat agama Buddha, Hindu, Katolik, Konghucu dan Yahudi juga mengenal puasa yang masing-masing memiliki syarat dan ketentuan tersendiri dalam pelaksanaannya.
Puasa yang dijalankan umat Islam merupakan ibadah spesial yang banyak disebut dalam ceramah keagamaan memiliki perbedaan dengan ibadah lain, seperti shalat, umrah, maupun haji. Salah satu yang sering disebut adalah puasa tidak berwujud, tidak seperti ibadah lainnya. Saat seorang Muslim menjalankan shalat, bersedekah, melaksanakan ibadah umrah atau haji dipastikan dapat melibatkan orang lain, sehingga dimengerti bahwa seseorang tersebut sedang menjalankan suatu ibadah. Namun tidak demikian dengan puasa, hanya pelaku ibadah puasa yang mengerti sebenarnya apakah dia menjalankan puasa atau tidak.
Tidak seperti ibadah lain, puasa memiliki rentang ibadah cukup panjang dari mulai terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Selama itulah kejujuran terhadap diri sendiri dalam menjalankan puasa diuji. Tentu dengan mudah seseorang makan dengan kenyang kemudian tetap berkata 'saya berpuasa', karena orang lain tidak mengetahui perbuatan tersebut. Kejujuran terhadap perilaku diri sendiri ini yang saat ini juga sangat dibutuhkan dalam dunia akademik. Tidak dimungkiri oleh karena berbagai alasan dapat dijumpai perilaku civitas academica yang berujung pada pencederaan integritas akademik.
Sebagai contoh beberapa waktu yang lalu sempat ramai di media sosial tentang bagaimana tips dan trik untuk bisa mendapatkan skor rendah dari aplikasi yang digunakan untuk mengecek plagiasi. Namun demikian tips dan trik yang dibagikan tersebut di dalamnya memuat cara yang mencederai perilaku akademik yang baik. Pencederaan norma akademik ini tidak dimungkiri bisa ditemui dari berbagai kalangan di lingkungan civitas academica, baik murid, mahasiswa, guru, maupun dosen. Berbagai dalih bisa disampaikan sebagai alasan yang menyebabkan tindakan tersebut, salah satu yang disebut adalah sistem yang ada.
Seperti syarat skor tertentu dalam pengukuran tingkat plagiasi, skor sebagai syarat pengajuan proposal hibah bagi dosen, nilai tertentu dalam pengajuan beban kerja dosen, dan lain sebagainya. Sistem penskoran ini disikapi dengan berbagai cara yang berbeda dalam pencapaiannya. Adanya efek panjang yang harus dihitung jika tidak mencapai skor yang ditetapkan terkadang pencapaian skor menjadi target tersendiri. Tentu banyak yang secara organik dapat mencapainya namun tidak sedikit pula yang menggunakan berbagai trik untuk dapat memenuhinya.
Salah satu ayat panjang dalam Alquran yang berkaitan dengan ibadah puasa yang perlu untuk direnungkan dalam menjalani berbagai kegiatan, termasuk akademik adalah ayat 185 surat Al Baqarah, "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah.” Wallahu a’lam. Selamat menjalankan ibadah puasa tahun 1545 Hijriyah.