REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota Yogyakarta menargetkan untuk mengurangi sampah hingga 100 ton per hari pada akhir 2023. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan distribusi dan pengelolaan sampah organik dan residu kepada mitra pengelola di luar Yogyakarta.
Upaya ini merupakan bagian dari gerakan Zero Sampah Anorganik yang dicanangkan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.
Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya menjelaskan, melalui gerakan tersebut, saat ini volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan telah berkurang 75 ton dari 300 ton pada akhir 2022 menjadi 225 ton pada tahun ini.
"Fakta menunjukkan 75 ton itu ekuivalen dengan 25 persen total sampah awal di akhir 2022. Artinya gerakan zero sampah anorganik bisa dianggap berhasil,"ujar Aman dalam peluncuran Program Pengelolaan Sampah Residu Plastik, Selasa (4/7/23).
Langkah selanjutnya, pemkot melalui DLH berupaya menangani sampah anorganik dan sampah residu yang dilakukan bekerja sama dengan lima mitra. Nama gerakan ini adalah Zero Sampah Anorganik Plus.
Kata 'plus' ini menunjukkan bahwa gerakan ini juga menyentuh sampah residu yang biasanya sulit terjual, seperti plastik bungkus makanan kecil. Potensi sampah residu ini sekitar 25 persen dari volume sampah seluruh kota Yogyakarta.
"Potensinya 25 persen antara 50-75 ton per hari. Ini baru tahap awal, tapi sudah kita kembangkan dengan mitra yang ada di Bantul, Boyolali, dan lainnya," ungkap Aman.
Mitra-mitra tersebut akan menerima hibah sampah dari Kota Yogyakarta dan akan mengolahnya menjadi berbagai produk seperti produk kesenian, bahan bangunan, dan lainnya.
Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko menambahkan, data terbaru saat ini jumlah sampah yang dibawa ke TPST Piyungan berkurang sekitar 80 ton, dan hanya 214 ton per hari.
"Tapi ini fluktuatif ya karena sekarang musim kemarau jadi otomatis sampah kita kering semua yang dikirim ke Piyungan. Memang angka 75 itu yang harus kita pertahankan dengan target 100 ton per hari di Desember 2023," jelas Haryoko.
Untuk gerakan mengurangi sampah residu, upaya yang dilakukan yakni dengan memasang tempat sampah di depo yang khusus menampung sampah residu. Kemudian sampah residu akan dibawa ke TPS3R Nitikan untuk nantinya di-press lalu dikirim ke mitra.
Sebelum menandatangani kerja sama dengan lima mitra pengolahan sampah anorganik, DLH sudah mengirimkan sampel sampah residu untuk para mitra uji coba. Nantinya ditargetkan per harinya akan dikirim sekitar tiga ton sampah residu ke mitra
"Kita gilir dulu di lima mitra, karena belum semua mitra ini bisa mengolah maksimal, jadi kita pertahankan sekitar tiga ton per hari dikirim ke mitra. Karena masih hanya sekedar pemilahan sampah, sekarang kita kerja sama dengan mitra, maka bisa lebih maksimal," ujar dia.
Kerjasama ini nantinya akan ditindaklanjuti oleh bank sampah induk yang nanti akan dibentuk. "Makanya dalam MoU itu ada disebutkan juga akan dilanjutkan oleh forum bank sampah, kerja samanya lebih fleksibel," imbuhnya.
Selain penandatanganan kerja sama juga diluncurkan Laboratorium Pengolahan Sampah Rumah Tangga Perkantoran (Laron Sarungan) di TPS3R Nitikan. Laron Sarungan merupakan rebranding dari edukasi mengenai pengolahan sampah yang telah dilakukan oleh TPS3R Nitikan.
Edukasi yang diberikan disini yakni bagaimana mengolah sampah rumah tangga di perkotaan dengan keterbatasan lahan. Melalui Laron Sarungan, pihaknya memberikan metode pengolahan sampah untuk masyarakat, baik organik maupun anorganik.
Seperti pembuatan ecobrick, kompos, ataupun biopori. "Nantinya kita juga berharap di sini menjadi sekolah sampah, menerbitkan semacam sertifikat yang belajar di sini. Karena di sini setiap bulan ada yang magang dan studi banding," ungkapnya.