REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Program pendidikan inklusif Sekolah Rakyat (SR) akan resmi dimulai serentak hari ini, Senin (14/7/2025). Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ada dua lokasi SR yakni di Sonosewu, Bantul dan Purwomartani, Sleman yang telah siap menerima total 275 siswa dari keluarga miskin ekstrem.
Inisiatif ini merupakan bagian dari program nasional yang digagas Presiden sebagai bentuk nyata pendidikan berkeadilan dan berbasis kesejahteraan sosial. Kepala Dinas Sosial DIY, Endang Patmintarsih, menyampaikan seluruh persiapan teknis dan non-teknis sudah tuntas, termasuk agenda hari pertama berupa pemeriksaan kesehatan bagi seluruh siswa.
"Sudah siap semua. Pada 14 Juli besok kami menghadirkan para siswa SR untuk mengikuti tes kesehatan. Tes kesehatan itu tidak menggugurkan status diterimanya mereka di SR. Walaupun ditemukan penyakit, hasil tes sebagai rujukan untuk penanganan pengobatan selanjutnya," kata Endang, Sabtu (12/7/2025).
Pemeriksaan kesehatan ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan puskesmas setempat. Setelah itu, para siswa akan memasuki masa orientasi selama 1–2 bulan untuk membiasakan diri dengan sistem pendidikan berasrama serta pola hidup baru yang lebih disiplin.
"Itu bagian dari pengenalan. Mereka sudah tahu gedung sekolahnya, kamarnya, dan sebagainya," ujarnya.
Lebih lanjut, Endang menjelaskan Sekolah Rakyat 19 di wilayah Sonosewu, Bantul, akan menampung 200 siswa untuk jenjang setara SMA kelas 10, sedangkan SR di Purwomartani menampung 75 siswa. Ia tak menampik bahwa peminat SR sangat tinggi, mencapai 700 anak, namun kapasitas tahun pertama masih terbatas karena kesiapan sarana dan prasarana.
Endang menyebut bangunan SR menggunakan model rehabilitasi gedung lama yang disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan dan hunian. Dua lokasi ini memiliki perbedaan dalam penataan asrama.
"Kalau di Purwomartani itu satu kamar dua orang. Kalau di Sonosewu, satu kamar bisa bertiga, berempat bahkan enam karena ada yang model dormitory seperti guest house. Kami menyesuaikan kondisi gedung yang ada,” kata Endang.
Terkait dengan fasilitas, Endang menjelaskan semuanya ditanggung oleh pemerintah, termasuk fasilitas pendukung belajar. Selain ruang kelas, asrama, dan ruang belajar, di SR 19 juga dilengkapi fasilitas penunjang seperti laboratorium, perpustakaan, ruang kesehatan (UKS), ruang bimbingan konseling (BK), serta sarana olahraga seperti lapangan voli, badminton, tenis, dan futsal.
Dijumpai terpisah, Kepala Sekolah SR 19 di Bantul, Agus Ristanto menegaskan bahwa konsep Sekolah Rakyat merupakan implementasi visi Presiden untuk menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Berbeda dari sekolah pada umumnya, siswa Sekolah Rakyat tidak mendaftar sendiri. Mereka dipilih berdasarkan Data Tunggal Kesejahteraan Nasional (DTSN) dan diverifikasi oleh para pendamping Program Keluarga Harapan (PKH).
"Konsep awal SR ini rintisan dari Bapak Presiden, yaitu sekolah yang menampung para siswa dari latar belakang ekonomi miskin bahkan ekstrem, berdasarkan data tunggal kesejahteraan nasional (DTSN). Sistem pendidikannya berasrama dengan kurikulum yang merujuk pada Kemendikbudristek,” ujar Agus.
Ia menjelaskan di SR 19 akan membuka 10 rombongan belajar (rombel) dengan total 200 siswa. Untuk menunjang pembelajaran, 19 guru telah siap bertugas dari formasi yang ditentukan. Semua guru telah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan memiliki sertifikasi pendidik. Tidak hanya guru, tenaga kependidikan lainnya seperti wali asrama direkrut dari para pendamping PKH yang sebelumnya sudah bekerja mendampingi keluarga peserta program sosial pemerintah.
"Mereka sudah diperkenalkan dan siap mendampingi siswa sehari-hari di lingkungan asrama," ungkapnya.