Rabu 18 Jun 2025 13:45 WIB

Flores Hujan Batu Kerikil dan Pasir dari Letusan Gunung Lewotobi

Kolom abu berwarna kelabu tebal, menyebar ke hampir seluruh penjuru mata angin.

Red: Karta Raharja Ucu
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki teramati dari Lembata, Nusa Tenggara Timur, Selasa (17/6/2025). Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi Laki-laki melapokan  Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur kembali erupsi pada Selasa 17 Juni 2025 pukul 17.35 WITA dengan kolom abu teramati setinggi sekitar 10 Km di atas puncak atau setara 11.584 meter di atas permukaan laut. , Indonesia, Tuesday, June 17, 2025.
Foto: AP Photo/Andre Kriting
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki teramati dari Lembata, Nusa Tenggara Timur, Selasa (17/6/2025). Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi Laki-laki melapokan  Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur kembali erupsi pada Selasa 17 Juni 2025 pukul 17.35 WITA dengan kolom abu teramati setinggi sekitar 10 Km di atas puncak atau setara 11.584 meter di atas permukaan laut. , Indonesia, Tuesday, June 17, 2025.

REJOGJA.CO.ID, FLORES TIMUR -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hujan abu, pasir, dan batu kerikil masih terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, usai erupsi eksplosif Gunung Lewotobi Laki-laki. Erupsi yang terjadi pada pukul 17.35 Wita memunculkan kolom abu hingga 10.000 meter di atas puncak, atau sekitar 11.584 meter di atas permukaan laut. Kolom abu berwarna kelabu tebal, teramati menyebar ke hampir seluruh penjuru mata angin.

“Hasil laporan tim reaksi cepat di lapangan menunjukkan situasi di sekitar gunung sangat terbatas untuk dijangkau karena gelap dan disertai hujan kerikil serta abu vulkanik yang menyulitkan proses penelusuran lebih lanjut,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Selasa (17/6/2025) malam.

Meskipun intensitas erupsi tergolong tinggi, hingga laporan ini diturunkan belum terdapat informasi resmi mengenai korban atau kerusakan dari pemerintah desa sekitar. "BPBD Flores Timur belum menerima laporan adanya warga terdampak dari para kepala desa," ujar Abdul.

Hujan pasir terpantau di sejumlah wilayah permukiman yang sebenarnya berada di luar radius kawasan rawan bencana (KRB), seperti Desa Boru, Desa Hewa, dan Desa Watobuku. Sementara itu, warga Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura, dilaporkan telah mengungsi ke titik aman di Konga untuk menghindari paparan material letusan.

Dia memaparkan, Pos Pemantauan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki yang berada di lokasi yang lebih dekat ke pusat erupsi di Desa Pululera juga terdampak hujan kerikil. Para petugas pos dilaporkan telah melakukan evakuasi ke Gereja Pululera yang berjarak sekitar 1,2 kilometer dari lokasi pos.

Beberapa warga lainnya juga telah bergerak ke Desa Nileknoheng, yang terletak sekitar 5 kilometer dari pos atau 12 kilometer dari kawah gunung. BNPB bersama dengan Badan Geologi Kementerian ESDM memastikan bahwa aktivitas vulkanik masih terus dipantau secara intensif. Alat pemantauan seismik PGA di Pululera menunjukkan gempa-gempa yang mencerminkan dinamika magma di bawah permukaan.

“Masih terdeteksi tremor. Hasil pengamatan Badan Geologi juga menunjukkan satu kali gempa hembusan, tremor non-harmonik, dua kali gempa vulkanik dalam, serta empat kali gempa tektonik jauh,” jelas Abdul Muhari.

Berdasarkan laporan Badan Geologi Kementerian ESDM aktivitas erupsi masih terjadi setidaknya sampai dengan pukul 19.37 Wita. Meskipun kolom abu tak lagi teramati, tapi aktivitas gempa di seismogram mencatat amplitudo maksimum 47,3 mm dengan durasi gempa bertambah menjadi sekitar 8 menit 22 detik.

BNPB mengimbau masyarakat tetap tenang, mengikuti instruksi dari pemerintah daerah, serta menggunakan masker atau pelindung mulut dan hidung saat beraktivitas di luar ruangan, khususnya di wilayah terdampak hujan abu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement