Bagian 5
SOPIR GRAB
Mereka bertiga riuh rendah saling menceritakan kisah masing-masing, bagaimana Karlin mendapat hadiah ulang tahun pernikahan dari suaminya dan sekarang sedang mengandung anaknya yang kedua, hanya saja dalam pertemuan mereka bertiga kali ini suami Karlin ikut mengantar istrinya, Rahmat tak ingin melepas istrinya yang sedang hamil sendirian naik travel untuk pergi ke Bandung, dia mengantarnya dan memesan kamar sendiri. Rahmat memberi kebebasan kepada istrinya untuk kangen-kangenan bersama sahabat-sahabatnya, dia sendiri stay dikamar menikmati tayangan cable television.
Emma dan Dafa melihat aura kebahagiaan di wajah Karlin yang sekarang badannya mulai gemuk bawaan kehamilan. Emma melihat juga kebahagiaan memancar di wajah Dafa, kebahagiaan sekaligus harapan bahwa calon suaminya adalah pria terbaik untuk hidupnya hingga akhir hayat.
Delapan bulan berlalu hubungannya dengan Daeng Dadin sudah agak merenggang, Emma berpikir ada kesamaan antara Daeng Dadin dan Rudy, mereka sama-sama tidak bisa menolak hubungan baru dengan wanita dan cenderung menjadikan teman wanitanya sebagai teman pribadi tanpa memberikan batasan hubungan, entah karena tidak nyaman dengan memberikan batasan atau memang tipe pria seperti itu cenderung menikmati setiap interaksi yang ada, yang pasti satu hal pria-pria seperti itu tidak menghargai pasangannya dan tidak patuh pada komitmen yang mereka nyatakan, mungkin pria-pria seperti yang disebut lelaki tak setia.
Sebagai seorang muslim yang taat, Emma kadang merasa bingung bagaimana kitab suci al-Qur’an malah memberi tempat bagi pria-pria tak setia semacam itu dengan menyatakan dalam sebuah ayat untuk membolehkan pria beristri hingga empat orang, juga sejarah mengatakan bahwa sebagian besar nabi beristri lebih dari satu orang, apakah nabi juga seorang pria tak setia..? Apa sih sebenarnya kesetiaan itu..? Pertanyaan-pertanyaan itu sering muncul di benaknya, terutama saat dia membutuhkan dukungan untuk memutuskan hubungan dengan Daeng Dadin, karena Daeng Dadin pernah mengatakan jika aku menikahimu itu tidak melanggar aturan apapun, termasuk aturan agama. Ya mungkin itu benar, tetapi itu akan menyakiti hati perempuan lain..
Pernah Emma berdiskusi dengan guru agama di sekolah mereka, Emma mengajukan semua kebingungan itu kepada Pak Subki, guru agama lulusan Kairo bergelar Lc (Licence) yang menempuh pendidikan Islam melalui beasiswa Islamic Development Bank. Pak Subki mengatakan bahwa Al-Qur’an itu kitab suci untuk semua umat manusia, mulai dari level nabi hingga level penjahat paling jahat, sikap dan pola hidup manusia dengan spektrum selebar itu harus mampu diakomodasi oleh Al-Qur’an.
Jika Al-Qur’an melarang laki-laki beristri lebih dari satu maka pertama akan lebih banyak manusia yang akan masuk neraka, yang kedua akan mengurangi fungsi kemanfaatan ekonomi, dan ketiga akan mengurangi fungsi dakwah dan penyebaran agama, fungsi ke empat adalah perlindungan bagi kehormatan perempuan. Emma mengerutkan kening tanda tak sepenuhnya paham.
“..Begini..” Kata Pak Subki
“..Seumpama saya punya istri dan sangat sayang pada istri saya serta tidak ingin menduakannya, semua tercukupi dengan satu istri, tapi tiba-tiba istri saya sakit, sebutlah sakitnya itu kanker rahim..” katanya sambil menatap Emma.
“..Otomatis istri saya jadi tidak berfungsi secara seksual, padahal saya sebagai suami sangat membutuhkan aktifitas seksual, sebutlah saya ditakdirkan dengan libido yang besar dan tiap malam ingin mencumbu istri saya dan berakhir dalam kepuasan dan kebahagiaan manusiawi, sementara istri saya sakit dan tidak bisa melayani saya di bagian itu..” katanya, dengan tetap menatap Emma.
“..Nah jika Qur’an melarang laki-laki untuk beristri lebih dari satu maka saya akan berada di ujung tanduk dosa, disatu sisi ada dorongan yang tak selalu mampu ditahan, disisi lain ada larangan untuk itu, itu akan membuat saya menjadi gila kemudian pasti frustasi dan terjerumus kedalam dosa..” jelas Pak Subki, sambil tersenyum menatap Emma dan seakan memberi waktu kepada Emma untuk memahami.
“..Nah Al-Qur’an mengantisipasi ini dengan membuka kemungkinan itu sampai dengan empat istri, tentunya banyak contoh lain, misalnya saya jadi orang kaya, uang saya banyak sekali, tiba-tiba saya bertemu janda, punya anak empat, suaminya sudah meninggal, saya ada rasa suka sama janda itu, ya sudah saya nikahi sekaligus saya nafkahi, saya memberi solusi ekonomi bagi si ibu janda itu..”
“..Kira kira begitu bu Emma, jadi Al-Qur’an tidak mungkin melarang sesuatu yang itu akan terjadi pada banyak orang, terutama jika itu berkaitan dengan keadaan alamiah manusia yang tidak bisa dihindari, misalnya ya adanya dorongan libido itu tadi yang berbeda-beda pada tiap orang, itu takdir..”
“..Itulah bijaksananya kitab suci al-Qur’an..” tutup pak Subki, dia hendak beranjak dari duduknya..
“..Tapi pak subki..” kata Emma, Pak Subki duduk lagi..
“..Jika memang Al-Qur’an membolehkan seperti itu, maka kenapa Tuhan memberikan rasa cemburu yang begitu tinggi pada perempuan, itukan sesuatu yang saling bertentangan..” Tanya Emma lagi.
“..Sifat cemburu perempuan pada suaminya itu sebenarnya kontrol atau peringatan kepada suami bahwa istri itu juga memberi pengorbanan kepada suami, dia yang menanggung kehamilan dengan sebegitu kesakitan, melahirkan anak dan membesarkannya, itu semua pengorbanan perempuan yang harus sangat dihargai dan dihormati oleh para suami..” jelas Pak Subki.
“..Poligami pastinya bukan untuk semua laki-laki, itu dulu kita pahami, poligami boleh dilakukan jika ada perlunya, jadi Al-Qur’an memberi payung hukum dengan membolehkan sampai empat, kemudian juklak juknis ada pada Nabi Muhammad SAW, kan tidak ada istri nabi yang berikutnya yang umurnya lebih muda dari Siti Aisyah, semua lebih tua dari Aisyah, bahkan ada yang lebih tua dari Nabi sendiri, ini memberi gambaran bahwa poligami bukan untuk petualangan seksual dan pemuasan nafsu belaka, tapi lebih kepada kemanfaatan dan pertolongan..” jelas Pak Subki lagi.
“..Tapi..” kata Emma
“..Banyak laki-laki yang beristri lagi kepada perempuan yang lebih muda, itu gimana..?” kata Emma.
“..Menurut saya itulah salah kaprah, keliru memahami dan hanya melihat dari satu sisi, yaitu pembolehan al-Qur’an saja, padahal jelas Firman Allah ‘Laqod kaana lakum fii Rasulillah uswatun hasanah’, jadi al-Qur’an itu book of life, teori dasar, tata aturan tertulis sekaligus payung hukum, sementara pelaksanaanya ya ada pada Nabi, apa-apa yang kita akan lakukan itu harus mencontoh Nabi..” pak Subki menatap Emma sambil tersenyum..
“..Kalimat uswatun hasanah disini berarti contoh terbaik, terbaik menurut ukuran siapa..? ya ukuran Allah, bukan ukuran manusia, sekarang tinggal pilihan ada pada kita, mau pake ukuran Tuhan apa ukuran manusia..?” Pak Subki mengakhiri wejangannya kali dengan senyum lebar.
“..Sudah ya, saya ada jam mengajar tiga menit lagi, kapan-kapan kita teruskan..” katanya sambil melirik jam tangannya dan beranjak dari kursi di depan meja Emma. Tinggal Emma yang agak puyeng mendapat penjelasan sepanjang itu..
Apa aku dalam keadaan perlu pertolongan? Demikian Emma membathin, ah tidak, hidupku mandiri dan baik-baik saja, jika aku terima lamaran Daeng Dadin berarti aku menutup kesempatan pada perempuan yang lebih membutuhkan peranan Daeng Dadin, sudah benar apa yang dilakukan Dafa terhadap Rudy, dia putuskan hubungan walaupun bukan atas dasar pemahaman agama tapi atas dasar solidaritas sesama perempuan, tidak salah juga, dan berkah dari keputusannya dia dapatkan Jet Li yang baik dan kaya raya, coba kalau dia tetap bertahan dengan Rudy mungkin kehancuran yang akan dia dapatkan, Emma tersenyum sendiri, hidup memang punya jalannya sendiri dan tiap orang punya takdirnya masing-masing, begitu pikirnya.
Terus kesetiaan itu apa? Bukankan itu sebuah sikap yang mulia, tapi bagaimana jika ternyata kitab suci mengijinkan beristri sampai empat? Bukankah itu menjadikan sikap setia sebagai sesuatu yang tidak ada dan seperti tidak diperlukan? Emma membathin lagi. Tapi suami Karlin itu benar-benar setia pada istrinya, dihatinya hanya ada Karlin dan setiap pergaulannya dengan teman-teman wanita di kantornya memiliki batas yang jelas. Rahmat akan menghindar jika situasi mulai mengarah pada kedekatan yang lebih personal dengan teman wanita, itukah setia?. Emma memikirkan itu dan tidak menemukan jawaban yang memuaskan, nantilah aku tanya lagi Pak Subki bathinnya..
Jam dinding di belakang meja Emma menunjukkan pukul 16.24, waktunya go home pikir Emma, dia keluarkan smartphone dan aplikasi grab, motor apa mobil..? Emma melihat keluar jendela, mendung ternyata sudah berat, menggulung hitam, sore begini pasti macet di tiap lampu merah, Bandung pasti macet parah pada tiap sore bubaran jam kantor, Emma tak ingin kehujanan di lampu merah, udahlah grabcar aja pikirnya
Sepuluh menit Emma berdiri didepan sekolahan grabcar datang, sopir membuka kaca jendela kiri.
“..Dengan bu Emma..?” Katanya.
“..Iya..” Kata Emma, dia buka pintu belakang dan naik.
Tapi si sopir menatapnya terus..
“..Emma.. Emma Laila Fatimah..” Sapa pak Sopir sambil menatapnya.
Emma mengangkat wajahnya menatap pak sopir.
“..Iyaa..” katanya lagi berusaha mengenali sopir grab yang senyum-senyum menatapnya, dia membuka topinya, Emma surprise menutup menutup mulutnya..
“..Agus..?” katanya.
“..Iyaa..” kata pak sopir grab. Kemudian mereka bersalaman.
Agus teman SMA Emma sewaktu mereka di SMA 2 Bandung. Mereka dulu sahabatan, pramuka dan vocal grup bersama.
Mobil belum berjalan.
“..Pindah ke depan aja biar ngobrolnya enak..” kata Agus.
Emma membuka pintu dan pindah ke kursi depan.
Dan mereka ngobrol sepanjang perjalanan ditengah kemacetan kota Bandung yang tiap sore semakin menggila.
“..Kamu dimana sekarang..” Emma membuka percakapan.
“..Aku berhenti bekerja di kontraktor, baru sebulan ini jadi sopir grab..” kata Agus
Agus bercerita dia kerja di kontraktor sipil bangunan, pekerjaan utamanya mengerjakan proyek-proyek pemerintah, tapi lama kelamaan Agus merasa tidak cocok karena sistem yang digunakan selalu mengalokasikan dana untuk suap-menyuap, sehingga dana yang dialokasikan untuk pekerjaan tinggal 60% belum termasuk keuntungan perusahaan, Agus sebagai orang teknik sangat paham bahwa pekerjaan dengan dana minim seperti itu akan jauh dari kualitas yang dijanjikan, dan jika pekerjaan itu berupa pembangunan jembatan maka akan sangat beresiko roboh sebelum waktunya, dia tidak mau tertimpa masalah yang akan terjadi, dia hanya bertahan tiga tahun dan empat bulan lalu dia ajukan pengunduran diri.
“..Kamu kan dulu masuk politeknik Swiss kan..?” kata Emma.
“..Iya, jurusan teknik pengecoran logam..” Kata Agus
“..Kan ga ada hubungannya dengan sipil bangunan..” Kata Emma
“..Iya sih tapi kan semua itu sama saja Emm, menghitung beban pada semen cor dengan beban pada besi atau jalan prinsipnya kan sama saja, materialnya aja yang berbeda..”
Emma masih ingat Agus adalah murid kesayangan Pak Wawan guru fisika mereka, jika ada tugas pekerjaan rumah genk mereka sudah nongkrong di parkiran dan mencegat Agus untuk menyalin hasil kerjaannya, udah pasti benar, Agus jago fisika dan matematika, tapi sekarang dia jadi sopir grab..
“..Gimana kabarnya Rita..?” tanya Emma, Rita adalah istri Agus, dia adik kelas dua tingkat dibawah, mereka menikah setelah Agus lulus dari politeknik, Emma dan genk mereka menghadiri resepsinya.
“..eee.. Rita baik aja..” kata Agus, tersimpan sesuatu di jawabannya. Emma dapat merasakannya.
Sejenak Agus melirik Emma..
“..Aku sudah bercerai dengan Rita Emm..” katanya lagi.
“.. Oh yaa.. kenapa atuh..?” kata Emma sekenanya, dia sedang tidak ingin mendengar masalah orang lain, diapun sedang dalam masalah yang belum selesai dengan seseorang dari Toraja..
“.. Enam bulan aku nganggur sejak resign dari kontraktor, hidup kami susah, aku tidak dapat pesangon karena mengundurkan diri dengan alasan pribadi..”, Agus memulai bercerita.
“..Rita mulai sering ikut-ikut reunian, kemudian berhubungan dengan temannya seangkatan, Yudi, sementara pemasukan ga ada, aku benar-benar nganggur dan terpuruk hingga kebutuhan sehari-hari dibantu seadanya oleh orang tuaku yang pensiunan, hanya cukup untuk makan..” Agus bercerita sambil menerawang.
“.. Tapi kamu punya anak kan..?” Tanya Emma.
“..Iya, laki-laki umur setahun setengah, baru satu..” kata Agus.
“..Dua bulan lalu Rita minta aku ceraikan, ya udah, aku juga gak punya penghasilan, perkawinan tidak bisa aku pertahankan..” kata Agus, ada kesedihan dibalik ceritanya.
Emma tersenyum kecut, ternyata bukan hanya laki-laki saja yang tidak setia, soal alasan bisa apa saja..
“..Trus kamu bisa beli mobil ini..” kata Emma sambil menatapnya.
“..Ya aku dibantu kawan orang Jakarta, dia anak pengusaha kaya, waktu kuliah aku sering kasih dia contekan tugas, skripsinya juga aku bantu..” Kata Agus sambil menatap Emma dan tersenyum jenaka. Dalam hati Emma membathin anak pinter punya aja jalan keluar.
“..Dia kasih uang muka untuk ambil mobil ini, katanya pakai aja sambil sambil nyicil dan cari kerja lain, kalau sudah dapet pekerjaan mapan kembalikan mobilnya..” kata Agus.
“..Harusnya Rita bisa lebih bersabar dengan keadaan..” kata Emma.
“..Seharusnya..” kata Agus menggumam.
“..Kamu gimana, sudah punya putra berapa..?” tanya Agus.
Ini pertanyaan yang paling tidak Emma inginkan..
“..Belum..” kata Emma sambil matanya menatap lurus kedepan.
“..Oh.. “ kata Agus.
Kemudian keduanya terdiam sejenak.
“..Sayang orang sepinter kamu hanya jadi sopir grab..” Kata Emma menggumam.
“..Si Hendra temen aku yang kasih mobil ini kemarin telpon, dia mau ngajak aku bikin usaha pengecoran plat galvanis untuk produksi genteng spandek pasir, aku belum mengiyakan, bapaknya kan pengembang rumah, jadi nanti gentengnya produksi sendiri..” kata Agus.
“..Itu peluang bagus, bidang kamu itumah..” kata Emma.
“..Kenapa gak kamu iyakan..” Tanya Emma lagi
“..Kamu punya kesempatan rujuk lagi sama Rita..”
Agus menggelengkan kepala..
“..Rita udah nikah sama si yudi, anakku dibawanya..” kata Agus.
“..Dan juga aku belum tahu pasti pekerjaannya gimana, dimana pabriknya, berapa dia mau gaji aku..” Kata Agus.
Tak terasa mobil sudah masuk Jalan Asia Afrika, sebentar lagi belok kanan, menuju kosan Emma tinggal sepuluh menit.
“..Emm, kalau kamu sering pake grabcar pake aja aku ya, aku jadi grabcar pribadi kamu, aku siap mengantarmu walau keujung dunia.. ” kata Agus sambil tertawa jenaka.
“..Yaa.. siap bos..” kata Emma
“.. Jangan panggil aku bos, aku sopir..” Kata Agus tertawa.
“..Halah, orang model kamu kalau terpuruk paling juga cuma sebentar, habis itu jadi bos lagi..”
“..Amiiin ya Alloohh..” kata Agus sambil menengadahkan kedua tangannya dan tertawa terbahak.
-------------
Emma selesai berdandan, tinggal pakai sepatu, saat terdengar suara klakson dari depan kosan, Emma menyingkapkan tirai, oh si Agus udah datang bathinnya. Dia segera keluar, mengunci pintu dan berjalan keluar pagar menuju mobil, Agus sudah menunggunya, dia mengenakan batik, mereka mau menghadiri resepsi pernikahan Dafa dengan Theo Jet Li. Agus diajak Emma agar ikut resepsi, itung-itungan grab dihitung aja kata Emma. Siap tuan putri kata Agus.
Emma mengenakan celana panjang, tidak straight, cukup longgar, Kemeja warna orange segar ditutup outfit jas ringan warna hitam, kerudungnya juga hitam, komposisi warna yang unik dan eyes catching, tubuhnya terlihat ramping . Agus menatapnya nanar, cantik bener ternyata temanku ini bathinnya.
Emma masuk mobil dan seketika wangi parfumnya meruap ke seluruh ruangan mobil, Agus menatapnya terpana hingga Emma balik menatapnya keheranan.
“..Apa..?” kata Emma
“..Kamu itu cantik benar deh, kenapa dulu aku ga jatuh cinta sama kamu ya..” kata Agus bercanda sambil agak serius, hati Emma berbunga, sejak jaman sekolah dulu sebenarnya Emma pengagumnya, silence admirer, Emma sering terpesona karena keenceran otaknya, apalagi jaman itu saat Agus menerangkan sebuah rumus misalnya, kadang Emma tidak melihat kertas coretan-coretan Agus, matanya menatap wajah Agus secara sembuyi-sembunyi. Pria cerdas itu ternyata seksi pikirnya.
“..hmph.. rayuan gombal..” kata Emma,
“..Dasar lalaki..” katanya lagi, Agus tergelak.
--------------
Karlin diantar suaminya, mereka langsung dari Cianjur, mereka janjian ketemu di parkiran Hotel Pullman, acaranya di convention hall hotel itu, mobil mereka parkir agak berjauhan, Emma berjalan anggun disamping Agus, tangannya berpegang pada lengan Agus, itu membuat Agus seperti menjadi Captain America, dari jauh sejak turun dari mobil Karlin menatapnya dengan sejuta keheranan, mereka berpelukan dengan hati-hati karena perut Karlin sudah semakin besar. Emma kenalkan Agus kepada karlin
“.. Kenalkan, ini Agus..” kata Emma sambil senyum penuh arti. Karlin dan Agus bersalaman.
Saat berjalan menuju meja tamu, Karlin berbisik ke Emma
“..Daeng Agus..?” Emma tergelak.
“..Tidak ada daeng-daengan, Agus temanku sekolah di SMA..” kata Emma sambil menatap sahabatnya dengan tatapan jangan bertanya panjang-panjang dulu, Karlin mengangguk angguk dalam senyum, dicubitnya tangan Emma, dan mereka berdua tertawa..
Ruangan ditata bergaya mandarin, lampion-lampion berwarna merah berukir tinta emas bergatungan, semua serba merah, kuning dan putih, batang-batang Dracaena Sanderiana atau pohon Suji bermunculan dari gentong-gentong keramik, Ukiran-ukiran Yanggu dengan dua ekor naga berhadapan mejadi sketsel utama, disana berdiri Dafa dan Theo dalam pakaian khas Muslim Uighur yang didominasi warna merah bersalur kuning, emas dan putih. Dafa cantik sekali, Jet Li juga tampan dan memang mirip Jet Li. Meriah sekali.
Sejak tadi Dafa bolak balik menatap Emma, dalam tatapannya seakan Dafa bertanya itu siapa?, Emma senyum-senyum saja, tiba giliran mereka bersalaman, saat bersalaman dengan Dafa ditariknya Emma dan Dafa berbisik di telinga Emma..
“..Itu siapa..?” tanyanya.
“..Sopir grab pribadi..” kata Emma
Dafa menatapnya dengan sejuta pertanyaan.
“..nanti ceritanya..” bisik Emma dengan mengedipkan mata.
Dafa mengacungkan telunjuk seakan berkata, awas nanti aku tunggu ceritanya.
Emma tergelak, Agus dibelakang Emma senyum-senyum saja, Dafa sekali-sekali menatapnya.
Pesta itu meriah, terdengar lagu mandarin, dulu dinyanyikan oleh Teresa Teng, 月亮代表我的心 Moon Representing My Heart (Yue Liang Dai Biao Wo De Xin)
Ni wen wo ai ni you duo shen
Wo ai ni you ji fen
Wo de qing ye zhen
Wo de ai ye zhen
Yue liang dai biao wo de xin
Ni wen wo ai ni you duo shen
Wo ai ni you ji fen
Wo de qing bu yi
Wo de ai bu bian
Yue liang dai biao wo de xin
Qing qing de yi ge wen
Yi jin da dong wo de xin
Shen shen de yi duan qing
Jiao wo si nian dao ru jin
Ni wen wo ai ni you duo shen
Wo ai ni you ji fen
Ni qu xiang yi xiang
Ni qu kan yi kan
Yue liang dai biao wo de xin
Qing qing de yi ge wen
Yi jin da dong wo de xin
Shen shen de yi duan qing
Jiao wo si nian dao ru jin
Ni wen wo ai ni you duo shen
Wo ai ni you ji fen
Ni qu xiang yi xiang
Ni qu kan yi kan
Yue liang dai biao wo de xin
Ni qu xiang yi xiang
Ni qu kan yi kan
Yue liang dai biao wo de xin