Senin 16 Jun 2025 07:05 WIB

Pembimas Dorong Kontribusi Nyata Umat Beragama Wujudkan Indonesia Emas 2045

Yogyakarta memiliki sejarah panjang sebagai wilayah inklusif.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Perayaan HUT ke-16 Gereja Bethel Indonesia (GBI) Teleois Yogyakarta, Ahad (16/6/2025).
Foto: Wulan Intandari
Perayaan HUT ke-16 Gereja Bethel Indonesia (GBI) Teleois Yogyakarta, Ahad (16/6/2025).

REJOGJA.CO.ID, SLEMAN -- Momentum perayaan ulang tahun ke-16 Gereja Bethel Indonesia (GBI) Teleios Yogyakarta tidak hanya menjadi ajang syukur atas perjalanan iman, tetapi juga penegasan peran gereja dalam pembangunan bangsa. Dalam perayaan tersebut, hadir berbagai tokoh lintas sektor yang menggarisbawahi pentingnya peran nyata jemaat dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Plt Pembimas Kristen Kanwil Kemenag DIY, Abd. Su'ud, menyampaikan refleksi mendalam tentang Indonesia Emas 2045. Ia mengatakan jargon Indonesia Emas 2045 bukan sekadar slogan, tetapi harus dipahami sebagai sebuah kerangka berpikir yang menuntut tindakan nyata dari semua elemen bangsa, termasuk gereja. Ia mengajak jemaat GBI Teleios untuk memaknai jargon tersebut sebagai panggilan aksi.

"Ada dua hal yang ingin saya sampaikan, yang pertama, kita hari ini sudah diberikan satu frame mindset kita sudah ditanamkan dan diajak berpikir untuk kita akan menyongsong Indonesia emas tahun 2045. Jargon atau kemudian tagline atau apapun namanya Indonesia emas 2045, itu bukan sekedar slogan, maka mari kita wujudkan," ujarnya, Ahad (16/6/2025), malam.

Su’ud menekankan bahwa Yogyakarta memiliki sejarah panjang sebagai wilayah inklusif yang menampung keberagaman dengan tata letak yang dirancang langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Ia menyebut kampung Sayidan untuk keturunan Arab, Ketandan untuk Tionghoa, dan Kota Baru untuk Jawa, yang semuanya disatukan dalam kedekatan dengan Keraton sebagai simbol pusat kehidupan.

Su’ud juga menyoroti fenomena anomali di DIY di mana provinsi ini masuk daftar 10 besar termiskin di Indonesia, namun memiliki usia harapan hidup tertinggi di negeri ini. Ia melihat bahwa kehidupan yang harmonis dan religius menjadi faktor utama yang membuat masyarakat tetap sejahtera secara sosial meski tantangan ekonomi tetap ada.

Ia mengingatkan bahwa “Jogja Istimewa” bukan sekadar slogan administratif, tetapi warisan filosofi hidup dari Ngarso Dalem yang mesti dijaga dan dilanjutkan oleh semua umat beragama, termasuk jemaat GBI Teleios. Oleh karenanya, di jaman modern seperti saat ini, Ia mengajak seluruh umat beragama, khususnya jemaat GBI Teleios, untuk mengambil peran dalam visi besar bangsa dengan menjadi garam dan terang dunia.

"Nuansa keagamaan memiliki ruang tersendiri dalam pola kehidupan kita melalui kita umat-umat beragama. Ini kan luar biasa. Mari kita sebagai umat beragama bisa memberikan kontribusi di situ, lewat apa yang bisa kita lakukan," ucapnya.

Mewakili Wakil Bupati Sleman, Kepala Kesbangpol Sleman, Indra Darmawan, turut mengapresiasi perjalanan pelayanan GBI Teleios yang sudah berlangsung selama 16 tahun. Ia menyebut kontribusi gereja dalam menjaga kerukunan antarumat beragama sebagai pilar penting pembangunan Sleman. Ia juga menegaskan pentingnya menjadikan ulang tahun gereja sebagai momentum untuk merenungkan kembali komitmen spiritual dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Selama 16 tahun GBI Teleios telah memberikan dedikasinya dalam membangun kerjasama umat beragama. Saya mengajak seluruh jemaat gereja untuk bersama berkontribusi serta berpartisipasi aktif dalam membentuk masyarakat Sleman yang maju, adil, lestari dan berkeadaban," ujarnya.

Gembala GBI Teleios, Pdt Arif Ariyanto, menyampaikan bahwa bertahannya gereja hingga usia ke-16 bukan karena kekuatan manusia semata, melainkan karena anugerah Tuhan. Namun menurutnya, gereja tidak boleh berhenti pada perayaan, melainkan harus terus memberi dampak nyata. Pdt. Arif menjelaskan bahwa gereja harus selalu dekat dengan masyarakat dan juga pemerintah.

"Gereja tidak boleh jauh dari pemerintah, harus menjadi mitra dari pembangunan. Gereja harus menjadi pilar bagi masyarakat, harus menjadi berkah bagi masyarakat, harus bertumbuh dan bergandengan tangan dengan para pemimpin," ucapnya.

Sementara itu, Ketua panitia perayaan, Subworo Hadi, turut menyoroti transformasi GBI Teleios dari awal yang sederhana hingga kini melayani ratusan jemaat. Menurutnya, ini merupakan tanda kehadiran Tuhan yang harus dijawab dengan pelayanan yang berkelanjutan. Ia juga menyampaikan tak hanya pada acara ini saja, nantinya juga akan ada bakti sosial yang akan dilakukan pada tanggal 20 Juni mendatang melibatkan 200 warga sekitar, dengan layanan berupa pemeriksaan kesehatan gratis, donor darah, dan pembagian kacamata gratis.

"Kami siap melanjutkan bahwa tidak cukup sampai di sini, kami harus terus melanjutkan karena banyak jiwa yang harus diselamatkan. Rencananya tanggal 20 akan ada bakti sosial, ada 200 warga sekitar yang akan kita lakukan pengecekan kesehatan gratis," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement