Rabu 26 Feb 2025 14:59 WIB

Pemkot Yogya Ajak Sekolah-Sekolah Tangani Persoalan Sampah

Permasalahan sampah jadi prioritas Pemkot Yogyakarta.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Karta Raharja Ucu
Foto udara tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (7/3/2024). Pemerintah DIY akan menutup permanen TPST Piyungan pada April 2024 dan mendorong masyarakat untuk mengolah sampah secara mandiri serta desentralisasi penuh pengolahan sampah oleh kabupaten/kota di wilayah DIY.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Foto udara tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (7/3/2024). Pemerintah DIY akan menutup permanen TPST Piyungan pada April 2024 dan mendorong masyarakat untuk mengolah sampah secara mandiri serta desentralisasi penuh pengolahan sampah oleh kabupaten/kota di wilayah DIY.

REJOGJA.CO.ID,  YOGYAKARTA — Pemerintah Kota Yogyakarta memprioritaskan menyelesaikan persoalan sampah. Dalam mengatasi persoalan ini, seluruh pihaknya dilibatkan termasuk sekolah-sekolah yang juga digerakkan untuk menangani permasalahan sampah di Kota Yogyakarta. 

Melalui pelibatan sekolah ini, Pemkot Yogyakarta meluncurkan Gerakan Sekolah Bersih dengan kegiatan kerja bakti massal seluruh warga sekolah, Rabu (26/2/2025). Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan mengatakan, gerakan ini sebagai upaya mendukung pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta. 

Selain itu, gerakan ini juga dalam rangka menjadikan para pelajar sebagai agen perubahan untuk menggerakkan masyarakat mengelola sampah secara mandiri. Sekolah-sekolah yang dilibatkan mulai dari TK, SD, SMP, hingga tingkat SMA/SMK di Kota Yogyakarta.  

“Ini langkah konkret Pemerintah Kota Yogyakarta bahwa kita serius menangani sampah. Jadi kita juga menggerakan sekolah-sekolah SMP. Kita juga bekerja sama dengan Pemda (DIY) SMA/SMK ikut dalam gerakan sekolah bersih,” kata Wawan saat peluncuran Gerakan Sekolah Bersih di SMP Negeri 5 Yogyakarta, Rabu (26//2/2025). 

Wawan juga menuturkan, kegiatan Gerakan Sekolah Bersih ini juga menjadi upaya untuk menggugah kesadaran masyarakat bersama Pemkot Yogyakarta dan pemangku kepentingan dalam mengelola sampah, memilah, dan mengurangi sampah. Gerakan itu dilaksanakan di sekolah sampai di lingkungan 200 meter di sekitar sekolah. 

Untuk itu, pihaknya mendorong semua sekolah di Kota Yogyakarta agar menumbuhkan peduli lingkungan terhadap pengelolaan sampah. SMP N 5 Yogyakarta dipilih sebagai lokasi peluncuran Gerakan Sekolah Bersih ini karena menjadi percontohan pengelolaan sampah secara mandiri menggunakan mesin incinerator.

Selain sudah bisa melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, Wawan turut mengapresiasi adanya kegiatan Zero Trash Community (Zetra) Pawitikra di SMP Negeri 5 Yogyakarta yang melakukan pengelolaan sampah.

“Mulai dari pengurangan sampah di sekolah, budaya mengenai penanganan sampah. Di SMP 5 ini sudah ada penangananya, ada incinerator kecil untuk internal sekolah. Anak-anak muda di sini adalah agen perubahan untuk mengajak pengurangan dan pengelolaan sampah,” ucap Wawan. 

Kepala SMP Negeri 5 Yogyakarta, Siti Arina Budiastuti mengatakan, pihaknya selama ini telah mengelola sampah secara mandiri berupa pemilahan sampah dan penggunaan mesin incinerator. Mesin ini menggunakan teknologi carbonizer yang tidak menimbulkan emisi seperti dioxin, furan maupun sulfur dioksida ke lingkungan.

Sudah hampir dua tahun pengelolaan sampah di SMP Negeri 5 Yogyakarta ini berjalan. Pengelolaan sampah secara mandiri di sekolah ini bahkan dilakukan oleh seluruh warga sekolah, baik itu siswa hingga guru dan kepala sekolah. 

“Kami sudah masuk tahun kedua untuk pengelolaan sampah. Kami memiliki garda Zetra Pawitikra. Seluruh siswa di sini setiap hari sudah memilah sampah dan setor sampah tiap hari Jumat oleh tim sekolah, ada guru, karyawan termasuk kepala sekolah,” kata Rina.

Dalam pengelolaannya, sampah organik dikelola sendiri oleh SMP Negeri 5 Yogyakarta. Sedangkan, untuk sampah anorganik disetor ke bank sampah. 

Untuk sampah residu, kata Rina, diolah menggunakan mesin incinerator dengan kapasitas sekitar 70 kilogram dan hasilnya menyusut menjadi sekitar 10 persen berupa briket arang untuk bahan bakar. Bahkan, sudah ada pihak yang memanfaatkan hasil briket arang tersebut. 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement