REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faizol Nurofiq akan mengirimkan tim penyidik untuk menyelidikan permasalahan sampah di Kota Yogyakarta. Menurutnya permasalahan sampah yang terjadi baik di kabupaten/ kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) relatif tidak sederhana, sehingga butuh kerja sama untuk menyelesaikannya.
Menanggapi rencana itu, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo menyambut baik apabila pemerintah pusat akan terjun langsung bersama pemerintah di daerah, mengingat Presiden Prabowo Subianto sangat concern terhadap masalah sampah dan menargetkan penyelesaiannya secara menyeluruh pada tahun 2029.
"Saya kira kalau Pak Menteri ber-statement seperti itu sebagai tindak lanjut dari statement pak Presiden pada retreat di Magelang bahwa sampah kota ini menjadi bagian yang prioritas untuk dibersihkan," kata Hasto saat dijumpai setelah rakor penanganan sampah di Balaikota Yogyakarta, Selasa (24/4/2025).
Dia menyampaikan progres penanganan sampah terutama tumpukan di seluruh depo dan Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang sempat menggunung pada tahun lalu kini sudah mulai teratasi. Sejauh ini, penanganan sampah di Kota Yogyakarta sudah mengikuti arahan dari Pemda DIY untuk penggunaan TPA Piyungan dalam mengolah sampah. Bahkan, selain pengolahan di TPST Piyungan, sampah juga dikelola di Unit Pengolahan Sampah (UPS).
"Kita jelas kok, di Yogyakarta ini, kita mengikuti arahan provinsi. Kita menggunakan Piyungan kemudian di-list yang menggunakan Piyungan, kita juga menggunakan insinerator," ucap dia.
Upaya Pemkot Yogya dalam Penanganan Sampah
Hasto juga menyampaikan upaya yang sudah dilakukan pemkot dalam mengatasi masalah sampah itu. Katanya, kondisi 46 depo sudah bersih saat ini, sehingga penanganan sampah dilakukan secara real time atau mengolah jumlah sampah harian yang dihasilkan masyarakat. Jika sampah menginap, katanya, minimal hanya sehari di atas truk.
Kemudian sampah-sampah itu akan dikelola oleh Unit Pengelola Sampah milik Pemkot Yogyakarta dan bekerja sama dengan mitra. Terkait volume sampah saat ini, Hasto menyebut sekitar 226 ton per hari.
"Hari ini kita mengevaluasi ada 226 ton. Tapi kan berfluktuasi, cuma tadi ketika bank sampah kita cek ada sekitar 50 ton (yang dikelola), sehingga produksinya tetap mendekati 300 ton," ujarnya.
Sedangkan pengendalian 31 Tempat Pembuangan Sampah (TPS) juga sudah ditutup dan 19 di antaranya sudah dibongkar. Untuk jumlah kelurahan yang berstatus hijau bertambah menjadi 30 kelurahan dan berwarna kuning 10 kelurahan kelurahan. Status hijau berarti kelurahan dalam pengelolaan sampah sudah baik dan kuning masih ditemukan pembuangan sampah di luar depo.
Kendati begitu, Hasto tak menampik bahwa masih ada masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya, seperti di tepi-tepi jalan. Oleh sebab itu, kedepan pengawasan atau pemantauan di lokasi rawan pembuangan sampah liar ditingkatkan.
Hasto menuturkan Pemkot Yogyakarta selama ini sudah mendirikan sejumlah posko siaga darurat sampah untuk memantau dan mencegah pembuangan sampah liar.
"Kalau ini sudah berjalan masih tetap ada (pembuangan sampah liar) kita akan menerapkan sanksi sesuai dengan aturan yang ada. Artinya sekarang ini (masih) diedukasi. Tapi nanti setelah kita tunggu beberapa saat kita kasih punishment. Saya menerapkannya bertahap, pelan-pelan bertahap tapi pasti,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta Octo Noor Arafat mengatakan akan menambah 3 posko siaga darurat sampah dalam pekan ini, sehingga totalnya menjadi 26 posko.
Penambahan tersebut akan berada di Jalan Hos Cokroaminoto 2 posko dan Jalan Magelang 1 posko. Menurutnya wilayah yang masih terjadi kerawanan pembuangan sampah liar adalah Kemantren Umbulharjo dan Gondokusuman.
"(Wilayah rawan pembuangan sampah masih terjadi) di Umbulharjo seperti di Jalan Kerto, Kenari dan Semaki di dekat SMK 6 Yogya, Pandeyan dan ring road selatan yang masuk wilayah Giwangan. Jumlahnya relatif sedikit, dua sampai tiga bungkus (sampah)," kata Octo.