Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)
REJOGJA.CO.ID, Kecepatan dan luasnya penyebaran informasi melalui jaringan Internet menjadi salah satu nilai lebih dari kemajuan teknologi saat ini yang dapat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa lebih dari 76 persen masyarakat pengguna Internet di Indonesia menggunakan Internet untuk mendapatkan informasi atau berita.
Jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan Internet menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di awal tahun 2024 adalah lebih dari 221 juta pengguna yang didominasi oleh kelompok pengguna generasi milenial dan Z. Luas dan cepatnya sebuah informasi dapat disebarkan melalui media Internet tersebut menjadi tulang punggung dalam viralnya sebuah kabar atau peristiwa.
Pada akhir tahun 2024 ini beberapa kabar viral meramaikan jagat maya, salah satunya peristiwa “Es Teh” yang memantik banyak perhatian masyarakat Internet di Indonesia. Catatan dari Google Trend, frasa “Es Teh” ini mengalami puncak popularitas di tanggal 4 Desember 2024.
Peristiwa tersebut merujuk pada rekaman kejadian sebuah pengajian di Kabupaten Magelang di tanggal 20 November 2024 yang kemudian viral melalui media sosial. Penghinaan pada seorang pedagang es teh yang kemudian diketahui bernama Sunhaji oleh penceramah kelahiran Lampung, Miftah Maulana.
Sunhaji sendiri kemudian juga tercatat oleh Google Trend mencapai popularitas pencarian tertinggi di tanggal 5-6 Desember 2024. Tampak bahwa viralnya sebuah berita memicu pengguna untuk mengetahui lebih banyak hal yang terkait dengan objek yang sedang viral.
Keingintahuan tersebut yang kemudian bisa tergali banyak informasi lain yang saling berkaitan. Koneksi antara satu titik dengan titik lainnya dalam kumpulan titik yang tersebar dapat menghasilkan suatu pola tertentu yang dapat memberikan pengetahuan atau informasi lebih lanjut.
Di bidang Informatika, pembelajaran di mata kuliah seperti Data Science, Machine Learning, Natural Language Processing, dan Artificial Intelligence merupakan sebagian dari mata kuliah yang mempelajari keterkaitan antar titik tersebut. Pengembangan sebuah sistem berbasis pengetahuan dengan berbagai jenis sumber data dan pemrosesan yang diperlukan menjadi semakin penting seiring dengan peningkatan dan kompleksitas data yang ada di saat ini. Universitas Amikom Yogyakarta yang memiliki program studi rumpun Informatika mulai dari jenjang D3 sampai dengan S3 sangat konsen dengan bidang ini.
Program Doktoral di Universitas Amikom Yogyakarta menjadikan kemampuan dalam melakukan berbagai proses dan analisis dalam menemukan pola data dan menjadikan sebagai sumber pengetahuan ini sebagai salah satu keunggulan yang ditawarkan. Pemahaman atas bagaimana proses berjalannya data, mulai dari sumbernya sampai dengan pengetahuan atau informasi yang dapat dihasilkannya di era digital saat ini menjadi mutlak harus dipahami, khususnya oleh mahasiswa di bidang Informatika dan umumnya oleh semua lapisan masyarakat.
Cepat, luas, dan dalamnya penggalian data saat sebuah peristiwa viral sudah berulang kali terjadi dan dapat menyebabkan berbagai efek lanjutan. Dengan demikian pemahaman atas pentingnya pengetahuan dalam bidang ini menjadi sangat diperlukan di saat sekarang dan ke depan.
Bahwa aktivitas saat berselancar di Internet dengan berbagai aplikasi yang ada dapat meletakkan benih-benih data yang kemudian dapat diproses dan dipanen untuk menghasilkan pengetahuan atau informasi harus benar-benar dipahami oleh penggunanya. Benih data yang berbentuk tulisan, gambar, suara, maupun video yang disebar dengan segala jenisnya dapat dianalisis dan menghasilkan berbagai informasi lanjutan.
Kontrol terhadap benih data yang disemai di era digital ini sangat bergantung dari diri kita sendiri. Jika merujuk berbagai ayat yang ada di Alquran, cukup banyak yang bisa jadi pengingat untuk melakukan kontrol diri tersebut. Salah satunya adalah terdapat dalam ayat ke-11 Surat Al Hujurat: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.” Wallahu a’lam.