Selasa 29 Oct 2024 17:36 WIB

Sejarah Sritex, dari Pasar Klewer Menjelma Jadi Raksasa Asia, Pailit karena Utang Segunung

Sritex menanggung utang Rp 25 trilun.

Red: Karta Raharja Ucu
Buruh mengendarai sepeda keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (24/10/2024). Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang menyatakan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex dinyatakan pailit, hal tersebut tercantum dalam putusan dengan nomor perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Semarang.
Foto:

Produksi Sritex Masih Berjalan

Meski menanggung utang dan kerugian yang menggunung hingga dinyatakan pailit oleh pengadilan, manajemen PT Sritex memastikan operasional pabrik masih berjalan normal hingga saat ini.

General Manager Human Resource Development (GM HRD) Sritex Group Haryo Ngadiyono mengatakan ada empat perusahaan yang tergabung dalam Sritex Group, yakni Sritex yang berlokasi di Sukoharjo, PT Sinar Pantja Djaja di Semarang, PT Bitratex Industries di Semarang, dan PT Primayudha Mandirijaya di Boyolali.

Meski sudah dinyatakan pailit, empat perusahaan ini masih beroperasi secara normal. Menyikapi putusan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang, manajemen perusahaan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung yang saat ini juga masih berproses.

Soal nasib karyawan, manajemen sudah mengumpulkan dan memberikan penjelasan mengenai kondisi perusahaan. "Kami minta karyawan bekerja seperti biasa, normal saja. Proses hukum biar jalan, itu sudah ada yang menangani," katanya.

Soal efisiensi karyawan, perusahaan masih akan melihat situasi ke depan. Jika produksi masih berjalan baik, pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak akan dilakukan.

Namun demikian, jika ada efisiensi karyawan maka akan dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundangan. Perusahaan memastikan hak-hak karyawan akan tetap dipenuhi sesuai dengan aturan.

 

Lini Bisnis

Meski dikenal sebagai perusahaan tekstil, keluarga Lukminto diketahui memiliki sejumlah lini bisnis lain, salah satunya yang populer adalah Gedung Olahraga (GOR) Sritex yang berada di tengah Kota Solo. GOR Sritex menjadi salah satu tujuan utama untuk arena atau venue bola voli dan basket. Tak jarang, lokasi ini juga dijadikan sebagai penyelenggaraan acara yang melibatkan massa.

Hingga kini, GOR tersebut masih aktif digunakan untuk menyelenggarakan turnamen olahraga. Terbaru, GOR Sritex menjadi salah satu lokasi yang ditunjuk untuk pertandingan para basket Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII Solo 2024.

Selain GOR Sritex yang aktif disewakan, keluarga Lukminto juga diketahui masih mengoperasikan Museum Tumurun. Di museum ini berisi berbagai seni instalasi. Ada pula seni kontemporer, lukisan, dan koleksi mobil antik. Awalnya, museum ini merupakan museum pribadi milik keluarga, namun saat ini sudah dibuka untuk umum dengan sistem berbayar.

Selain itu, di bawah anak perusahaan PT Wisma Utama Binaloka, Sritex Group juga mengoperasikan sejumlah hotel dan restoran yang tersebar di sejumlah kota, termasuk Restoran Diamond, Grand Orchid, dan @Hom, serta satu Hotel Grand Quality di Yogyakarta. Dua Hotel Holiday Inn Express di Yogyakarta dan Bali, serta ada Holiday Inn, Holiday Inn Express, Horison, dan Solo Mansion.

Sementara itu, menyikapi kondisi Sritex, Presiden Prabowo Subianto telah mengutus empat menterinya, yakni Menteri Perindustrian, Menteri Keuangan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Menteri Tenaga Kerja untuk segera mengkaji beberapa opsi dan skema untuk menyelamatkan Sritex. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan Pemerintah segera mengambil langkah untuk menyelamatkan karyawan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) usai perusahaan tersebut dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang.

Dia menuturkan prioritas Pemerintah saat ini adalah menyelamatkan karyawan PT Sritex dari pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, Pemerintah segera mengambil langkah-langkah agar operasional perusahaan tetap berjalan.

Opsi dan skema penyelamatan ini akan disampaikan dalam waktu secepatnya setelah empat kementerian selesai merumuskan cara penyelamatan. Pemerintah memang tidak bisa menutup mata melihat fakta banyaknya belasan ribu tulang punggung keluarga yang mengandalkan hidup dari perusahaan tersebut.

Kebijakan konkret harus diterbitkan untuk memperbaiki kondisi perusahaan sekaligus menyelamatkan nasib para karyawan. Dari gurita bisnis keluarga Lukminto yang masih berjalan dan mengalirkan uang, hal ini menandakan masih ada sumber keuangan lain yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi perusahaan yang pernah menjadi raksasa tekstil di Asia Tenggara itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement