Rabu 28 Aug 2024 09:04 WIB
Lentera

Mitigasi dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Universitas Amikom Yogyakarta memiliki perhatian besar terhadap perkembangan AI.

Red: Fernan Rahadi
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)

REJOGJA.CO.ID, Setelah sekian lama tidak merasakan guncangan gempa, masyarakat Yogyakarta dikagetkan dengan adanya gempa pada Senin malam, 26 Agustus 2024 dan dapat dirasakan sampai di daerah Sleman, tempat kami tinggal. Guncangan gempa kali ini memicu banyak pembahasan berkaitan dengan megathrust.

Gempa berkekuatan magnitudo 5.8 yang berpusat di barat daya kabupaten Gunungkidul tersebut berasal dari lempeng zona megathrust. Megathrust, gempa berskala besar yang terjadi oleh karena satu lempeng tektonik masuk ke dalam lempeng lainnya.

Pulau Jawa sendiri disebut diintai oleh empat zona megathrust yang berada di sisi selatan pulau. Para pakar menyebutkan bahwa telah lama terjadinya kekosongan gempa pada zona megathrust menjadikan potensi terjadinya gempa pada zona tersebut semakin membesar.

Gempa Jogja kali ini seiring dengan adanya guncangan-guncangan politik yang terjadi di Indonesia yang juga masih menjadi pembahasan hangat di banyak media. Penentuan pasangan calon kepala daerah dan wakilnya terus mengalami dinamika yang menarik untuk disimak. Perubahan pasangan calon kepala daerah dan tarik ulur dukungan partai politik beserta ulasan para pengamat politik menjadi topik berita di banyak media.

Peta politik di Indonesia terasa dinamis seiring dengan masa senja pemerintahan saat ini. Peta politik khususnya pada pasangan calon kepala daerah mengalami jungkir balik seiring disahkan peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 10 tahun 2024.

Sebuah peraturan yang diawali oleh putusan Mahkamah Konstitusi sebelumnya yang memicu demonstrasi di banyak kampus di Indonesia. Tentu adanya megathrust di bidang politik ini tidak diharapkan terjadi seiring disahkan peraturan tersebut. Walau terjadi banyak perubahan, prediksi peta perpolitikan di Indonesia jauh lebih mudah ditebak dibandingkan dengan terjadinya suatu gempa.

Sampai saat ini kemajuan teknologi belum dapat menghasilkan alat atau metode yang dapat memprediksi dengan tepat waktu dan lokasi terjadinya suatu gempa. Berbagai upaya penelitian mengenai prediksi terjadinya gempa sampai saat ini terus menjadi kajian para ilmuan. Penggunaan kemajuan teknologi, khususnya IoT yang dapat memberikan berbagai data dan AI untuk melakukan pemrosesan data terus dikembangkan.

Data dari berbagai sensor berbasis IoT, seperti sistem mikromekanik, seismometer bawah laut, GPS, dan lainnya menjadi umpan pengembangan algoritma berbasis AI untuk melakukan prediksi terjadinya gempa. Di sisi lain pengembangan teknologi juga terus memperbaiki mitigasi terhadap salah satu bencana alam ini. Berbagai antisipasi berbasis teknologi untuk mengurangi resiko saat terjadi bencana juga terus dikembangkan.

Universitas Amikom Yogyakarta memiliki perhatian besar terhadap perkembangan AI ini. Penelitian dan publikasi ilmiah berkaitan dengan AI selalu didorong untuk dilakukan mahasiswa dan dosen, termasuk berkaitan dengan kebencanaan. Penggunaan AI untuk melakukan prediksi juga telah dihasilkan oleh mahasiswa dan dosen Universitas Amikom Yogyakarta.

Prediksi dan mitigasi bencana alam, seperti gempa bumi merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama. Penelitian kolaborasi antar program studi yang ada, seperti Arsitektur, Geografi, Perencanaan Wilayah Kota, Ilmu Komunikasi, dan lain sebagainya dengan bidang Informatika tentu masih sangat terbuka luas, khususnya berkaitan dengan bencana alam, seperti gempa bumi ini.

Perlunya mitigasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam menghadapi gempa bumi ini juga diisyaratkan dalam ayat 155 dari surat Al-A'raf berikut ini, “Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohon taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Ketika mereka ditimpa gempa bumi, Musa berkata, “Ya Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? (Penyembahan terhadap patung anak sapi) itu hanyalah cobaan dari-Mu. Engkau menyesatkan siapa yang Engkau kehendaki dengan cobaan itu dan Engkau memberi petunjuk siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Pelindung kami. Maka, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah sebaik-baik pemberi ampun.”“ Wallahu a’lam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement