Rabu 17 Apr 2024 15:37 WIB
Lentera

Refleksi dan Introspeksi untuk Memperbaiki Diri

Penulisan artikel ilmiah dengan mahasiswa dapat menjadi praktik akademik tercela.

Red: Fernan Rahadi
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)

REJOGJA.CO.ID, Pada pekan pertama Idul Fitri 1445 Hijriyah, dunia akademik dihebohkan dengan pemberitaan dari situs retractionwatch.com. Sebuah tulisan tentang seorang dekan dari salah satu universitas di Indonesia melakukan forged authorship yakni menambahkan nama penulis dalam suatu artikel tanpa sepengetahuan penulis tersebut. Pencatutan nama dosen dari universitas di Malaysia tersebut menjadi ramai diperbincangkan di media sosial di sela-sela riuhnya perayaan Idul Fitri.

Ramainya pemberitaan kasus tersebut menjadikan netizen melakukan penggalian lebih dalam terhadap dosen yang akhir tahun lalu ditetapkan sebagai guru besar tersebut. Selain kasus pencatutan nama penulis, banyaknya artikel ilmiah yang ditulis di tahun 2024 telah mencapai lebih dari 160 artikel yang memuat namanya menjadi buah bibir lainnya.

Penulisan artikel ilmiah dari seorang dosen secara umum dapat dilakukan seorang diri atau berkolaborasi baik dengan sesama dosen atau dengan mahasiswa. Penulisan artikel ilmiah dengan mahasiswa ini yang seringkali disorot dapat menjadi salah satu praktik akademik tercela yang dilakukan oleh seorang dosen. Pemaksaan kepada mahasiswa untuk menyertakan nama dosen walau tanpa adanya kontribusi dari dosen tidak dimungkiri dapat terjadi. Tentu banyak faktor yang disebut dapat menjadi penyebab hal tersebut terjadi. Permasalahan penulisan artikel ilmiah yang merupakan salah satu kewajiban yang dibebankan kepada dosen untuk bisa mendapatkan atau mempertahankan tunjangan sertifikasi dosen yang didapatkan merupakan salah satu faktor.

Beban kewajiban yang kemudian dapat memaksa dosen untuk mencari celah usaha dalam bagaimana meringankan beban tersebut. Salah satunya dengan memaksa mahasiswa untuk melakukan publikasi dengan menambahkan nama dosen. Penyertaan nama dosen dalam makalah yang dituliskan oleh mahasiswa tentu bukan semuanya menjadi praktik yang tercela. Kontribusi dosen dalam memberikan arahan, bimbingan, koreksi, pemilihan jurnal, dan lain sebagainya dalam penulisan artikel tentu juga harus diberikan apresiasi.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebutkan bahwa integritas, moral, dan etika menjadi faktor dalam kasus ini. Namun demikian tidak dimungkiri bahwa adanya metrik tertentu yang digunakan sebagai ukuran kinerja baik dosen maupun Perguruan Tinggi dapat menjadi faktor pendorong terbukanya celah praktik akademik tercela.

Perbaikan dan penyesuaian berbagai metrik yang telah ada tentu harus dilakukan dalam upaya meminimalkan terjadinya berbagai praktik tercela tersebut. Sebuah pernyataan dari komunitas peneliti yang berjudul 'Deklarasi Barcelona tentang Informasi Penelitian Terbuka' (Barcelona Declaration on Open Research Information) disampaikan pada tanggal 16 April 2024 melengkapi berbagai deklarasi serupa lainnya. Deklarasi yang intinya mendorong penggunaan metrik terbuka dalam penelitian, seperti metadata bibliografi, perangkat lunak, data, pendanaan dan lain sebagainya. Deklarasi ini menyusul deklarasi yang sebelumnya telah disuarakan dari beberapa organisasi lainnya, seperti Declaration on Research Assessment (DORA), Coalition for Advancing Research Assessment (CoARA), Leiden Manifesto, Hong Kong Principles, dan lain sebagainya.

Sudah barang tentu perlu banyak dukungan, baik dari pemangku kebijakan maupun seluruh civitas academica untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan di negeri tercinta ini. Di bulan Syawal yang dikenal sebagai bulan peningkatan ini tentu tepat digunakan sebagai momentum refleksi dan introspeksi untuk memperbaiki diri.

Bagaimana menjadi seorang dosen untuk terus mampu meningkatkan diri dengan semua tantangan dan tuntutan yang ada tanpa mengabaikan berbagai norma dan etika yang harus dijaga. Bulan Syawal yang juga banyak digelar acara Halal Bihalal, seperti hari ini yang dilakukan di Universitas Amikom Yogyakarta tentu momen yang tepat untuk kembali memulai berbagai aktivitas termasuk berkolaborasi dalam berbagai bidang. Ayat pertama dari Surat An-Nisa berikut ini semoga bisa menjadi pengingat bersama dalam upaya memperbaiki diri, "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari-Nya menciptakan pasangannya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan(peliharalah) hubungan silaturahmi. sesungguhnya Allah selalu menjaga dan  mengawasi kamu." Wallahu a’lam.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement