REJOGJA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, R Wing Wiyarso, mengaku bangga Kota Semarang dipilih memjadi tempat pertunjukan seni Muslim Xinjiang, melalui kegiatan Republika Festival Hijriah.
Menurutnya, ini menjadi salah satu momentum bagaimana warga Kota Semarang bisa menyaksikan secara langsung budaya masyarakat Muslim yang juga berkembang di salah satu provinsi (Xinjiang) di Negara Tiongkok.
"Ini sangat luar biasa karena ini ada 'benang merah' antara budaya yang juga berkembang di indonesia dengan di Xinjiang," ungkapnya, usai menghadiri acara Republika Festival Muharam, yang dihelat di Gedung Serbaguna MAJT, Semarang, Rabu (2/8) malam.
Wing mengatakan, beberapa kesenian yang ditampilkan ada unsur kemiripan dengan budaya Islam yang berkembang di Indonesia, termasuk juga di Kota Semarang.
"Karena kalau kita lihat terkait dengan penampilan kesenian Muslim Xinjiang juga ada musik rebana dan ini memang sedikit ada kemiripan dengan kesenian rebana yang ada dan berkembang di sini," jelasnya.
Ia juga ingin, keberagaman budaya, ras, dan agama di Kota Semarang dapat ditunjukkan ke dunia luar melalui wisata seni dan budaya. Apalagi sudah sejak dulu Kota Semarang terkenal wisata religi seluruh agama di Indonesia.
Ia menyebut hal ini menjadi poin penting bagaimana Kota Semarang bisa menjual, mengemas dengan segala keberagaman budaya keberagaman ras dan agama menjadi satu potensi yang dapat kita sampaikan ke dunia luar.
"Apalagi wisata religi di Kota Semarang bukan hanya yang Muslim saja, tetapi yang non Muslim juga banyak kita punya Viraha Watugong, Budagaya, kemudian kelenteng- kelenyeng yang sangat terkenal bukan hanya di Indonesia tapi juga di Asia," jelasnya.
Selain tauziah Habib Husein Ja'far, kesenian Muslim Xinjiang menjadi magnet para pengunjung Republika Festival Hijriah yang digelar di Gedung Serbaguna MAJT, Kota Semarang, Jawa Tengah ini.
Mereka mengaku juga ingin melihat penampilan kesenian Muslim Xinjiang, Tiongkok, yang diboyong dalam hajat yang digelar di delapan kota tersebut.
Setidaknya ini diungkapkan oleh Hasan (23), salah satu mahasiswa Universitas Semarang (USM), kepada Republika. "Ya ingin tahu, seperti apa kesenian Muslim Xinjiang yang ditampilkan di festival ini," ungkapnya.
Ia mengaku belum banyak tahu tentang kesenian dari Xinjiang tersebut, hingga ia tertarik untuk melakukan pendaftaran secara online untuk hadir di MAJT ini.
Secara umum, beberapa jenis kesenian Islami sudah sering dilihatnya, namun tidak dengan kesenian Muslim dari Xinjiang. "Makanya ada rasa penasaran untuk bisa melihat budaya masyarakat Muslim dari Tiongkok ini," katanya.
Tak hanya Hasan, hal yang sama juga diungkapkan oleh Nilam (24), pengunjung lain dari Kota Semarang. Ia juga tertarik untuk menyaksikan kesenian yang akan dibawakan oleh saudara-saudara Muslim dari Xinjiang.
Maka selain memang ingin mendengarkan langsung tausiyah Habib Husein Ja'far, tentu juga untuk menyaksikan kesenian dari masyarakat Muslim di Tiongkok seperti apa.
Sehingga pada acara Republika Festival Hijriah ini dapat menikmati kedua-duanya. "Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, bagaimana Islam berkembang dan keseniannya berkembang," jelas dia.