REJOGJA.CO.ID, SURABAYA -- Kehadiran media sosial baru rilisan Meta, yaitu Threads, disambut cukup antusias oleh masyarakat. Di mana media sosial tersebut mampu meraih lebih dari 100 juta pengguna hanya dalam lima hari.
Threads bahkan digadang-gadang bakal mampu menyaingi media sosial berbasis teks pendahulunya, yakni Twitter. Guru Besar Studi Media Universitas Airlangga (Unair), Prof Rachmah Ida menyebutkan, persaingan merupakan hal yang wajar dalam industri media, tidak terkecuali media sosial.
Selain itu, lanjut Ida, Threads sebenarnya tidak hanya bersaing dengan Twitter saja, namun juga media sosial yang lain. "Dalam lingkup ekonomi digital, sebenarnya semua media sosial dibuat bersaing untuk mendapatkan pengguna sebanyak-banyaknya. Hal ini disebabkan karena industri digital media sama halnya dengan industri media massa mainstream, di mana sumber pendapatannya berasal dari pelanggan, serta iklan," kata Ida, Jumat (14/7/2023).
Meski banyak masyarakat yang hanya ikut-ikutan mendaftar karena sekadar penasaran, menurutnya Threads masih memiliki potensi untuk tetap bertahan dalam industri media. Menurut Ida, fakta bahwa Threads merupakan buatan dari salah satu Tech Giant, busa semakin memuluskan jalannya untuk dapat bersaing dengan media sosial lain.
Apalagi, bila dilihat secara historikal, media sosial kenamaan seperti Twitter awalnya mulai diminati karena banyaknya politikus serta pemimpin dunia yang bergabung. "Orang-orang mulai ikut-ikutan masuk ke media sosial itu karena merasa dapat mengikuti dan mengomentari isu global dengan mudah, merasa bagian dari network pemimpin dunia," ujar profesor kajian media pertama di Indonesia tersebut.
Memiliki tampilan serta fitur-fitur yang hampir sama, pengguna Threads bisa jadi tetap menyenangi atau mencari hal-hal yang ditemukan di Twitter. Tak hanya karena interaktivitas, Twitter diakui memiliki lebih banyak varian platform yang disediakan.
Sebut saja fanbase, roleplay, dan anonimitas yang digandrungi kawula muda untuk mengekspresikan diri mereka dengan bebas. "Namun kembali lagi, sukses atau tidaknya sebuah media sosial dapat dilihat dari bagaimana pengembang media sosial dapat memahami tren yang disukai oleh masyarakat," kata Ida.