Rabu 12 Jul 2023 22:18 WIB

Wujudkan Budaya Baru di Dunia Pendidikan, MPLS Menyenangkan Diluncurkan 

Sasaran MPLS ini sekolah pinggiran dan sekolah negeri yang tak memiliki dana cukup.

Red: Fernan Rahadi
Logo Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM)
Foto: gerakansekolahmenyenangkan.or.id
Logo Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM)

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menyambut tahun ajaran baru 2023/2024, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) meluncurkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Menyenangkan. Pendiri GSM Muhammad Nur Rizal mengatakan, MPLS Menyenangkan ini diluncurkan untuk mewujudkan budaya baru di dunia pendidikan Indonesia.

Sebelumnya, kata Rizal, Masa Orientasi Siswa (MOS) atau yang kini disebut MPLS adalah sarana bagi siswa baru untuk mengenali siswa barunya, lingkungannya, guru-gurunya, kakak kelasnya, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah tersebut.

"Kami ingin membalik. Jadi bagaimana sekolah-sekolahnya, guru-gurunya, dan kakak-kakak kelasnya bisa mengenali diri para siswa baru tersebut," kata Rizal saat konferensi pers yang digelar secara daring, Rabu (12/7/2023).

Menurut Rizal, logika yang di balik seperti itu sangat penting dan sangat fundamental. "Mengenali itu tampak sederhana, tetapi ini adalah hal yang paling fundamental dalam diri kemanusiaan. Ketika manusia tidak bisa mengenali dirinya, maka dia tidak akan pernah menemukan kelebihan dan kelemahannya. Bahkan dia tidak akan  tahu apa yang diinginkannya," ujar Rizal.

Kesuksesan atau kebahagiaan, kata Rizal, muncul ketika setiap manusia bisa menemukan dirinya lalu mengabstraksikan kelebihan dan kelemahannya untuk mengukur bagaimana dia merespons lingkungan sekitarnya dengan tepat, serta bertanggung jawab terhadap dirinya kala membuat keputusan di dalam situasi kehidupan yang semakin bergejolak seperti saat ini. 

"Kalau hal fundamental ini tidak dibenahi, maka dunia pendidikan tidak akan pernah menyumbangkan keadilan, kebahagiaan, kesenangan, kesuksesan, ataupun peningkatan-peningkatan pro-sosial dalam diri manusia," kata Rizal.

Rizal memaparkan, MPLS Menyenangkan memiliki 2M sebagai prinsip utama dan 3M sebagai prinsip pelaksanaan. 2M adalah Meraki dan Memanusiakan, sedangkan 3M adalah Mengenalkan dan Memaknai, Melibatkan seluruh pihak, serta Murah dan Menyenangkan. 

Dalam praktiknya, kegiatan ini juga mengaitkan dengan metode PLAY, yaitu tradisi kuno yang dapat mengeluarkan emosi pro-sosial manusia yang berdampak positif pada ikatan persahabatan atau pengasuhan manusia. Dalam metode PLAY terdapat ikatan, tantangan, dan saling memahami dalam menegakkan aturan permainan, sehingga tidak ada dominasi dan kesetaraan akan muncul. 

Metode ini juga pada akhirnya akan berintegrasi dengan prinsip Melibatkan untuk dapat mengajak teman lain ikut bermain dalam kesepakatan yang dibangun bersama.Adapun prinsip Memaknai bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berefleksi, berkontemplasi, dan berinspeksi diri. Hal ini dapat melatih kesadaran diri untuk mengenali pikiran kita, dan bagaimana cara mengendalikan diri. 

Selain itu, prinsip Mengenali dalam MPLS Menyenangkan bertujuan untuk mengenali apa yang ada di dalam diri dan luar diri kita. Pada akhirnya, siswa akan mengenali kelemahan dan kekuatan dalam diri mereka. Minat dan bakat juga akan muncul sebagai upaya untuk menemukan tujuan moral hidup manusia yang berujung pada penemuan versi terbaik dirinya. MPLS Menyenangkan dipersiapkan untuk menjadi obat massal untuk pendidikan.

"Seringkali permasalahan seperti kenakalan remaja tidak dianggap sebagai permasalahan pendidikan. Upaya untuk mengubah budaya lebih sering terfokus pada kurikulum, akademik, dan hal-hal pembelajaran. Namun, untuk menghilangkan kekerasan dalam sekolah dan menciptakan pendidikan memanusiakan, dibutuhkan obat massal yang diberikan kepada pendidikan, yaitu dengan menanamkan budaya meraki di tahun ajaran baru," kata Co-Founder GSM, Novi Poespita Candra.

Saat ini, sebanyak 1.300 lebih sekolah di seluruh jenjang pendidikan di seluruh wilayah Indonesia seperti Aceh, Riau, Cirebon, Pekalongan, dan Katingan terlibat dalam MPLS Menyenangkan. Keterlibatan tidak hanya berasal dari komunitas GSM melainkan 45 persen dari 100 persen berasal dari luar komunitas GSM.

"Hal yang unik adalah MPLS ini juga menjadi sarana bagi guru-guru dari sekolah yang terlibat nantinya untuk berkolaborasi dalam menyiapkan dan menerapkan MPLS Menyenangkan. Kolaborasi dilakukan secara lintas jenjang dan lintas daerah yang akan menciptakan jejaring ide, jejaring pengalaman, serta praktik agar semakin meluas. Sehingga, tidak perlu melaksanakan pelatihan khusus untuk guru karena akan berdampak pada kualitas guru secara tidak langsung dengan menyelenggarakan program massal. Ini menjadi wadah bagi guru untuk menjadi pelaku utama yang mengajar murid, orang tua, dan masyarakat dalam menciptakan budaya baru sekolah," jelas Rizal.

Rizal menegaskan, tidak ada panduan khusus dalam menyelenggarakan MPLS ini, tetapi justru prinsip-prinsip MPLS Menyenangkan yang dijaga, diterapkan, dan dikolaborasikan. Sengaja tidak dibuatkan juknis secara detail agar sekolah dan guru dapat memahami sepenuh jiwa bahwa mereka sendiri dapat menjawab persoalan-persoalan yang muncul. Jadi, guru dapat dipantik agar bisa menemukan dan menjawab masalahnya sendiri secara lintas jenjang dan lintas daerah.

"Gurulah sistem pendidikan itu sendiri, gurulah Sang Kurikulum itu sendiri. Itulah keunggulan dari program MPLS Menyenangkan," kata Rizal.

Rizal juga mengungkapkan sasaran MPLS ini adalah sekolah pinggiran dan sekolah negeri yang tidak memiliki dana cukup. Sehingga, MPLS yang menyenangkan bisa juga terjadi di sekolah-sekolah rakyat dan dirasakan oleh seluruh siswa tanpa terkecuali. Ini menjadi upaya untuk adanya semangat belajar dan semangat interaksi baru untuk seluruh pihak sekolah. Maka MPLS Menyenangkan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan kronis di dunia pendidikan," kata Rizal.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement