Oleh : Anisa Dwi Makrufi*
REJOGJA.CO.ID, Salah satu fitrah yang telah Allah install dalam diri setiap manusia adalah fitrah keimanan. Fitrah iman merupakan fitrah yang mendorong manusia untuk melakukan hal-hal baik, sebagai bentuk pengakuan atas keesaan Allah SWT dan sikap tunduk kepada-Nya. Peran fitrah inilah yang senantiasa menjadi arah manusia menjalani kehidupan yang semestinya.
Datangnya bulan Ramadhan merupakan momentum bagi orang tua untuk lebih mengenalkan fitrah iman pada diri anak. Pemahaman akan perintah puasa dan pembiasaan amalan baik lainnya di bulan suci ini menjadi kesempatan emas para orang tua dalam mengembangkan konsep iman dan islam bagi anak.
Puasa di bulan suci Ramadhan tentu perlu disambut dengan penuh suka cita oleh umat Islam, tak terkecuali anak-anak. Karena sejatinya manusia sudah diberikan modalitas yang luar biasa oleh Allah SWT berupa fitrah iman. Lantas, bagaimana anak dapat menjalani prosesi ibadah puasa dengan bahagia dan bermakna? Berikut beberapa bekal yang bisa orang tua berikan:
Pertama, tazkiyyatun nafs. Orang tua perlu menghadirkan antusiasme yang tinggi menjelang datangnya bulan Ramadhan, sounding kepada anak bahwa sebentar lagi bulan puasa telah tiba. Sampaikan kepada mereka bahwa kita perlu menyambutnya dengan mensucikan hati dan pikiran, serta menghadirkan niat yang lurus.
Kedua, membudayakan atmosfer kebaikan. Beberapa hal menyenangkan bisa orang tua dan anak lakukan dalam mengisi waktu berpuasa di bulan mulia ini. Misalnya dengan mendekorasi rumah, aktivitas berkisah (reading aloud dan sejenisnya), membuat kalender hitung Ramadhan (counting days), membuat kue bersama, menyiapkan makanan untuk berbuka puasa, bersedekah, persiapan mudik, dan masih banyak hal menarik lainnya yang bisa didiskusikan bersama anak.
Ketiga, momen berdialog iman. Selama bulan Ramadan, anak tentu mempunyai pengalaman yang cukup berbeda dibandingkan dengan bulan lainnya. Di mana mereka akan sering melihat orang tuanya tidak makan dan minum di siang hari, salat tarawih di malam hari, sahur menjelang subuh, membaca Alquran lebih sering, dan melakukan aktivitas kebaikan lebih dari biasanya.
Mungkin anak akan bertanya-tanya, mengapa ayah dan ibu berpuasa? Mengapa shalat tarawih? Mengapa perlu sahur? Dan lain sebagainya. Nah, kesempatan seperti inilah yang bisa orang tua gunakan untuk berdialog tentang iman secara lebih mendalam dengan anak.
Diawali dengan melihat dan menjalani rutinitas yang baru, rasa ingin tahu anak yang tinggi bisa orang tua jadikan momentum untuk menumbuhkan fitrah iman pada anak. Sehingga mereka berpuasa tanpa paksaan tapi murni karena cinta pada Sang Pencipta. Tak lupa, orang tua bisa memberikan rewards kepada anak atas prestasi yang mereka raih di bulan penuh berkah ini.
*Dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta