REJOGJA.CO.ID, SLEMAN -- Seluruh Sekolah Rakyat akan menerapkan sistem berupa kartu akses pintar bagi para siswanya. Kartu ini tidak hanya berfungsi sebagai alat absensi, tetapi juga dapat merekam dan melacak aktivitas harian serta keberadaan siswa selama berada di lingkungan sekolah.
Dalam kunjungannya ke Sekolah Rakyat Menengah Atas 20 Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul menjelaskan penggunaan kartu akses ini dirancang untuk memantau kegiatan siswa secara menyeluruh.
"Ada kartu yang disiapkan. Ya, untuk absen, untuk mengikuti aktivitas siswa. Dia lagi di kelas, dia lagi di kamar, dia lagi makan, dia lagi shalat atau dia lagi di mana bisa kita ketahui keberadaannya," kata Gus Ipul saat berbincang santai dengan para siswa di kelas, Rabu (16/7/2025).
Cara kerja teknologi ini dengan sistem tap-in. Nantinya siswa akan menempelkan kartu mereka saat memasuki ruangan atau mengikuti suatu kegiatan. Gus Ipul memastikan setiap lokasi di lingkungan sekolah akan dilengkapi dengan pemindai kartu sehingga data kehadiran siswa tercatat secara otomatis.
Melalui sistem ini, lanjutnya, pihak sekolah juga dapat memantau keaktifan siswa secara digital, mulai dari jadwal harian hingga kebiasaan mereka. Bahkan tidak hanya sekolah, orang tua juga dapat mengetahui keberadaan anak mereka secara real-time. Ia berharap penerapan kartu akses ini dapat menciptakan sistem monitoring yang lebih efisien serta meningkatkan transparansi antara pihak sekolah dan orang tua.
"Itu akan langsung diketahui oleh pihak sekolah dan orang tua karena tersambung. Jadi orang tuamu di rumah juga tau anaknya sedang di mana atau sedang belajar atau mungkin lagi makan," ucapnya.
Dalam kunjungan ini, Gus Ipul juga memantau langsung proses pembelajaran yang berlangsung di SR 20. Terdapat tiga kelas yang disambangi oleh Mensos. dengan total siswa sebanyak 75 anak.
Mereka berasal dari keluarga dalam kategori ekstrem yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Gus Ipul juga menjelaskan kembali bahwa proses penerimaan siswa di Sekolah Rakyat tidak dilakukan secara terbuka, melainkan melalui metode seleksi yang berbasis data nasional.
"Saya juga ingin sampaikan dulu, Sekolah Rakyat ini tidak ada pembukaan pendaftaran, yang ada melalui DTSEN akan didatangi oleh tim. Setelah itu koordinasi dengan pemerintah daerah. Kalau dinyatakan memenuhi syarat karena datanya sama, setelahnya diskusi dengan orang tua. Kalau orang tuanya mau, ya ditindaklanjuti, terus kalau orang tuanya tidak mau dan anaknya tidak mau ya tidak diteruskan," ungkapnya.
Selain berkunjung ke SR 20, Gus Ipul juga meninjau langsung Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 19 yang berlokasi di Sonosewu, Kasihan, Bantul. Ia menerima sejumlah masukan terkait kondisi asrama, seperti masalah aliran air yang kerap mampet dan keterbatasan perlengkapan tidur seperti sprei.
"Meskipun mereka ada yang memberikan catatan di antaranya airnya kadang mampet, kurang ada aliran yang cukup tapi itu bisa segera diatasi. Selain itu ada yang spreinya masih kurang tapi bisa diatasi," ujarnya.
Meski diwarnai dengan beberapa kekurangan teknis, Gus Ipul menegaskan bahwa secara umum para siswa merasa nyaman dengan suasana dan fasilitas yang ada. "Meski dalam masa-masa awal ini ada kekurangan-kekurangan, secara umum murid merasa nyaman," katanya.