REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Belakangan ini, kasus leptospirosis di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus menunjukkan lonjakan signifikan. Hingga pekan kedua Juli 2025, tercatat 282 kasus leptospirosis, dengan 24 pasien meninggal dunia. Rinciannya, Kabupaten Bantul mencatat kasus terbanyak di DIY, yakni 165 kasus, disusul Sleman 53 kasus, Kulon Progo 32 kasus, Kota Yogyakarta 21 kasus, dan Gunungkidul 11 kasus.
Menanggapi situasi ini, Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengingatkan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit yang ditularkan melalui urine tikus ini. Ia menekankan faktor lingkungan dan perilaku masyarakat sangat berperan dalam penularan leptospirosis.
"Termasuk di perkotaan berkaitan dengan masalah persampahan dan kebersihan got atau gorong-gorong," ujar Pembajun, Selasa (15/7/2025).
Sedangkan untuk wilayah pedesaan, kata dia, penularannya banyak terkait dengan aktivitas pertanian. Karena itu, pihaknya menilai kolaborasi lintas sektor mutlak diperlukan dalam upaya pengendalian.
Dinkes DIY juga menekankan pentingnya deteksi dini serta perilaku hidup bersih dan sehat. Ia menegaskan penggunaan alat pelindung saat bekerja di lingkungan kotor, menjaga kebersihan rumah dan saluran air, serta segera memeriksakan diri saat muncul gejala, menjadi kunci utama pencegahan.
"Masyarakat juga diharapkan lebih peduli, memperhatikan terhadap tanda dan gejala dari penyakit ini sehingga tidak terlambat mengakses pelayanan kesehatan," ungkapnya.