Israel, menurut Meron Rapoport, analis Israel dalam tulisannya pada +972 Magazine, bahkan gagal mewujudkan tiga tujuan utamanya kala menyerang Iran. Ketiga tujuan yang pernah diutarakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu beberapa saat setelah menyerang Iran pada 13 Juni itu adalah (1) melucuti program nuklir Iran, (2) memupus kemampuan serangan rudal balistik Iran, dan (3) memutuskan hubungan Iran dengan proksi-proksinya.
Menteri Pertahanan Israel Katz bahkan menambahkan satu tujuan lagi, yakni membunuh Pemimpin Spiritual Ayatullah Ali Khamenei guna memicu pergantian rezim di Iran. Ternyata, menurut Rapoport, tujuan-tujuan itu tak tercapai, termasuk program nuklir Iran karena sampai kini tak ada informasi yang valid bahwa bombardemen AS ke fasilitas nuklir Isfahan, Natanz dan khususnya Fodrow, telah total melumpuhkan kemampuan Iran dalam mengembangkan nuklir.
Yang terjadi kemudian, Iran malah semakin keras kepala. Mereka menyatakan tak akan terburu-buru kembali ke meja perundingan, apalagi merasa dikhianati AS yang membiarkan Israel menyerang justru ketika Iran sedang berunding diam-diam dengan AS.
Sejak hari pertama perang, Iran telah menegaskan tak akan berunding di bawah todongan senapan. Sebaliknya, Netanyahu ingin terus menyerang Iran, dengan keyakinan bahwa metode ini akan sama efektifnya dengan mereka melumpuhkan Hamas.
Netanyahu salah perhitungan karena Iran melawan dengan kemampuan yang melebihi ekspektasi Israel. Iran bahkan memanfaatkan medan perang untuk ajang pembuktian keandalan rudal dan pesawat nirawak buatannya, sekaligus kemampuan berperang siber.

Rudal hipersonik yang mulus melewati pertahanan Israel menunjukkan Iran tak hanya sukses melakukan inovasi taktis, tapi juga memamerkan kematangan berstrategi. Doktrin militer Iran telah berkembang jauh sampai bisa mengantisipasi peperangan multidomain.
Iran juga tahu betul harus melancarkan perang urat syaraf. Untuk pertama kalinya sebuah negara Timur Tengah mencampakkan "tabu kawasan" bahwa jangan pernah menyerang langsung Israel.
Iran melanggar tabu itu dengan serangan-serangannya yang berkelanjutan dan dengan presisi tinggi. Tapi ini membuat Israel dihadapkan pada realitas baru bahwa Iran kini tak lagi memanfaatkan proksi-proksinya untuk menyerang Israel.