Sabtu 31 May 2025 23:18 WIB

Setelah Kunjungan Presiden Prabowo dan Macron, Bagaimana Nasib Stairlift Candi Borobudur?

Penggunaan stairlift belum dibuka untuk umum,

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono dan Banthe asal Thailand Phrakhruwinaitorn Rungdet.
Foto: Wulan Intandari/ Republika
Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono dan Banthe asal Thailand Phrakhruwinaitorn Rungdet.

REJOGJA.CO.ID, MAGELANG --Kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Candi Borobudur membawa dampak besar, bukan hanya dari sisi diplomatik, tetapi juga terhadap wacana pelestarian dan aksesibilitas situs budaya yang menjadi ikon spiritual umat Buddha di Indonesia dan dunia. Salah satu fasilitas yang menjadi sorotan dalam kunjungan tersebut adalah stairlift, alat bantu naik-turun candi yang dihadirkan untuk memfasilitasi sekaligus mempermudah kedua Kepala Negara mengelilingi candi tersebut. Namun, stairlift tersebut dalam sepekan ini mendapat perhatian luas publik, termasuk pascakunjungan tersebut, muncul pula informasi bahwa teknologi itu tidak akan permanen dan hanya dipasang sementara waktu.

Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Prof. Philip Wijaya, menyampaikan pemasangan stairlift memang mengundang pro dan kontra, tetapi pastinya dilakukan dengan pertimbangan yang sangat matang oleh pemerintah. “Memang ada pro dan kontra. Pemasangannya tentu bukan asal-asalan. Pemerintah dalam upaya menjaga Borobudur itu sudah sangat maksimal, mengikuti semua saran dari UNESCO,” kata Prof. Philip di Kompleks Candi Borobudur, Kamis (29/5/2025).

Ia menegaskan masyarakat perlu memberi kepercayaan penuh kepada pemerintah yang dalam setiap tindakannya sudah melewati pengkajian teknis dan pertimbangan konservasi. “Kita percaya bahwa pemerintah dalam mengambil setiap action itu ada pertimbangannya, ada pengkajiannya, sangat hati-hati. Pasti lebih sempurna pertimbangannya,” ujarnya.

photo
Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Prof. Philip Wijaya - (Wulan Intandari/ Republika)

Prof. Philip menyebut penggunaan stairlift belum dibuka untuk umum, terutama karena saat ini masih dalam tahap evaluasi pascakunjungan kenegaraan. Soal masa depan stairlift, Prof. Philip menyebut bahwa dirinya mendengar rencana fasilitas tersebut akan dilepas, dan memang tidak dipasang secara permanen.

“Kita tidak tahu pemerintah maunya apa. Kita hanya berangan-angan saja,” ungkapnya.

“Dengarnya ini akan dilepas, dikembalikan, jadi bukan permanen," ucap dia menambahkan.

Pernyataan ini juga merespons kekhawatiran dari sejumlah pihak yang sempat mengkritik pemasangan stairlift karena dianggap berpotensi merusak cagar budaya. Pemerintah sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi soal apakah fasilitas tersebut akan digunakan secara permanen atau hanya pada waktu-waktu tertentu.

Sementara itu, publikasi dan dokumentasi penggunaan stairlift oleh Presiden Prabowo dan Presiden Macron telah mencuri perhatian publik global. Banyak yang mengapresiasi langkah Indonesia dalam mengupayakan aksesibilitas, tetapi juga menantikan kejelasan soal bagaimana fasilitas seperti ini dapat dipadukan dengan prinsip konservasi warisan dunia.

"Yang penting, semua pihak saling mendukung. Masyarakat, umat Buddha, dan pemerintah. Kalau pemerintah memutuskan untuk mengevaluasi atau melepas, kita mendukung saja. Kita happy-happy saja,” kata dia.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement