Sabtu 31 May 2025 23:05 WIB

Pendapat Umat Budha dan Biksu Thailand Soal Stairlift di Candi Borobudur: Ramah Lansia dan Difabel

stairlift menghemat banyak tenaga dan waktu.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono dan Banthe asal Thailand Phrakhruwinaitorn Rungdet.
Foto: Wulan Intandari/ Republika
Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono dan Banthe asal Thailand Phrakhruwinaitorn Rungdet.

REJOGJA.CO.ID, MAGELANG – Kehadiran fasilitas stairlift di Candi Borobudur, Magelang, yang disiapkan secara khusus untuk menyambut kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden  Prabowo Subianto mendapat sambutan positif dari para tokoh agama. Meski sebelumnya ramai menuai pro dan kontra, fasilitas ini dinilai menjadi solusi bagi para pengunjung lansia maupun penyandang disabilitas yang selama ini mengalami kesulitan saat menaiki anak tangga batu candi warisan dunia tersebut.

Salah satu tokoh agama yang turut merasakan manfaat stairlift adalah Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono. Ia berkesempatan menjajal secara langsung pascalawatan kedua Kepala Negara itu berakhir.

Baca Juga

“Saya sudah dijelasin kalau tumpuannya hanya dilapisi di bawah, jadi tidak ada pengeboran di lantai (seperti yang ramai di media sosial). Perhitungan bebannya sudah oke, bagus sekali, dan satu kata yang saya katakan 'luar biasa',” ujar Tanto saat ditemui wartawan usai mencoba stairlif di Candi Borobudur, Kamis (29/5/2025).

Ia menambahkan fasilitas ini sangat membantu baginya yang memiliki masalah pada kaki pascaoperasi. “Kalau dengan kaki, saya harus bawa tongkat untuk naik, untuk jaga keseimbangan. Tapi dengan stairlift ini kita duduk manis, hanya berpindah kursi sudah sampai di atas,” katanya.

Tanto yang mengaku hampir setiap pekan mengunjungi Borobudur untuk mendampingi tamu, juga menilai kehadiran stairlift menghemat banyak tenaga dan waktu. “Kalau jalan kaki, lelah dan harus berhenti dulu untuk atur nafas. Tapi ini cepat sekali, rasanya satu menit sudah sampai lantai atas.” ungkapnya.

photo
Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono dan Banthe asal Thailand Phrakhruwinaitorn Rungdet. - (Wulan Intandari/ Republika)

Senada dengan Tanto, biksu asal Thailand Phrakhruwinaitorn Rungdet juga memberikan apresiasi terhadap teknologi ini. Ia menyebut stairlift sebagai solusi nyata bagi para lansia dan tokoh agama yang memiliki keterbatasan fisik.

“Baik sekali ini, terutama untuk orang-orang yang punya penyakit dan gampang capek. Saya sangat berharap pemerintah dan semua pihak bisa mendukung, agar lift ini bisa terus digunakan,” ungkapnya.

Banthe Rungdet juga membantah anggapan bahwa pemasangan stairlift merusak struktur candi. “Tidak ada dipaku seperti yang dibicarakan orang-orang yang protes itu. Kursinya pun sangat nyaman,” katanya.

Kehadiran stairlift diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya pengelola kawasan, termasuk InJourney, untuk menjadikan Borobudur sebagai destinasi yang inklusif dan ramah bagi semua kalangan tanpa merusak nilai sejarah dan arsitektur candi. Namun demikian, keberlanjutan penggunaan stairlift masih menjadi wacana yang tergantung pada keputusan pemerintah dan pengelola situs. Bagi banyak pihak, khususnya warga lanjut usia dan difabel, fasilitas ini jelas sangat membantu dan sepatutnya dipertahankan.

photo
Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono dan Banthe asal Thailand Phrakhruwinaitorn Rungdet. - (Wulan Intandari/ Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement