Mengenang Hamzah Sulaiman, sosok di balik Tokoh Raminten
Parjirono mengatakan bahwa Hamzah Sulaiman telah dikenal luas di kalangan masyarakat dan juga wisatawan. Dia tidak hanya membesarkan panggung hiburan, namun juga turut menjaga dan mempopulerkan budaya lokal melalui karya dan dedikasinya.
Di kalangan masyarakat Yogyakarta, nama Hamzah Sulaiman sendiri dikenal sebagai pemilik atau salah yang membesarkan Raminten Cabaret Show. Ia pernah berperan dalam ketoprak komedi dengan judul "Pengkolan" sebagai seorang wanita Jawa Tua bernama Raminten.
Hamzah sendiri mulai masuk dunia akting secara profesional setelah pensiun dari bisnisnya karena dilanjutkan oleh putra putrinya. “Bagi kami, sosok beliau adalah sebagai pelestari budaya yang selalu berjuang menjaga tradisi budaya,” ucapnya.
Awal Mula Munculnya Nama Raminten
Parjirono juga menceritakan awal mula munculnya nama Raminten. Nama itu adalah sosok yang diperankan Hamzah saat pentas ketoprak semasa muda. Kemudian nama itu digunakan Hamzah untuk membangun usaha kuliner, oleh-oleh, hingga batik.
Gerai Mirota Batik salah satu contohnya yang sudah menjadi jujukan wisatawan di Malioboro. Akan tetapi Mirota Batik kemudian berganti nama menjadi Hamzah Batik dan tetap menjadi tujuan utama di Malioboro.
Dia juga memiliki usaha hiburan Raminten Cabaret Show. “Pada masa itu, ada tv lokal Yogya yang bekerja sama untuk membuat sitkom, ya. Jadi, sosok Raminten ini memang nama beliau ketika memang dia berada di panggung ketoprak, begitu. Dan akhirnya dalam sitkom itu dipakai beliau untuk nama Raminten," imbuhnya.
"Akhirnya itu menjadi sebuah inspirasi bagi kami, akhirnya kita kuatkan dengan dipakai brand-brand di bisnis beliau," katanya menambahkan.
Selain itu, Hamzah Sulaiman juga memakai nama itu di bisnis kulinernya yakni House of Raminten di Yogyakarta. Bisnis kuliner yang sekarang jadi salah satu ikon Kota Gudeg itu dirintisnya pada 1979. Nama Raminten diambil dari karakter yang diperankan Hamzah di acara komedi sebuah stasiun televisi lokal.
Raminten sendiri merupakan karakter Jawa berkebaya tradisional, lengkap dengan kain batik, sanggul, dan kacamata khas. Sosoknya sangat menginspirasi sutradara Nia Dinata untuk membuat film dokumenter yang digarap bersama Kalyana Shira Films.
Terkait kelanjutan film dokumenter yang mengupas warna-warni dunia Raminten, memotret perjalanan sang pendiri dalam membina dan membesarkan Raminten itu sendiri, disampaikannya akan didiskusikan dengan pihak keluarga. “Tentu nanti kami akan diskusikan dulu dengan pihak keluarga (terkait kelanjutannya bagaimana),” ujarnya.
Hamzah juga disampaikannya mendapatkan gelar dari keraton dengan nama gelar Kanjeng Mas Tumenggung Tanoyo Hamidjinindyo. "Salah satunya karena beliau rasa ingin berbakti pada Keraton Yogyakarta. Salah satunya itu melestarikan budaya-budaya Yogyakarta," ungkapnya.
Kata Karyawan tentang Hamzah Sulaiman
Dijumpai di lokasi, salah satu karyawan Hamzah Batik, Listiani (54), mengaku merasa terpukul dan berduka cita atas kepergian Hamzah Sulaiman. Ia mengenang sosok Hamzah Sulaiman sebagai seorang pemimpin paling baik yang pernah ditemuinya. Selain itu, Listiani juga menilai Hamzah Sulaiman memiliki jiwa sosial yang tinggi.
"Tapi memang, semenjak sakit, beliau jarang ke toko. Saya juga sudah jarang ketemu beliau karena saya sekarang kerja di bagian kantor, kalau dulu pas kerja di toko ya sering ketemu beliau," kata Listiani yang sudah berkerja di Hamzah Batik selama 34 tahun.