Ia memperinci, tercatat lima kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 180 kali gempa fase banyak (MP), 568 kali gempa guguran (RF), tiga kali gempa low-frequency (LF), dan tujuh kali gempa tektonik (TT). “Intensitas kegempaan pada pekan ini masih cukup tinggi,” ucap Agus.
BPPTKG juga mencatat, tidak ada penambahan lahar dingin di sungai-sungai yang berhulu di Merapi selama sepekan terakhir. Hal ini lantaran tidak turunnya hujan di sekitar kawasan Merapi sejak 31 Januari hingga 6 Februari 2025.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BPPTKG selama sepekan ini, dapat disimpulkan bahwa aktivitas Gunung Merapi masih tinggi, yakni berupa aktivitas erupsi efusif. Untuk itu, statusnya ditetapkan dalam tingkat siaga atau level III.
“Data pemantauan (sepekan ini) menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di daerah potensi bahaya,” jelasnya.
Potensi bahaya Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara. Pada sektor selatan-barat daya, potensi bahaya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
“Pada sektor tenggara (potensi bahaya) meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” katanya.