Sabtu 15 Mar 2025 19:18 WIB

Morfologi Kubah Merapi Alami Perubahan Akibat Aktivitas Guguran Lava

Pada periode pengamatan 7-13 Maret 2025 terjadi lebih dari 100 kali guguran lava.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Karta Raharja Ucu
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/2/2024). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 28 Februari 2024 pukul 00.00 - 24.00 WIB telah terjadi sembilan kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.300 meter dan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran Gunung Merapi.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/2/2024). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 28 Februari 2024 pukul 00.00 - 24.00 WIB telah terjadi sembilan kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.300 meter dan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran Gunung Merapi.

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan, morfologi kubah Gunung Merapi mengalami sedikit perubahan. Hal ini dikarenakan aktivitas guguran lava di Merapi.

Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, morfologi kubah Merapi yang mengalami perubahan berdasarkan analisis foto udara pada 11 Maret 2025 yakni pada kubah barat daya. “Berdasarkan analisis foto udara, volume kubah barat daya sebesar 3.626.200 meter kubik,” kata Agus, Jumat (14/3/2025).  

Sedangkan, untuk morfologi kubah tengah Merapi tidak mengalami perubahan. Volume kubah tengah terukur sebesar 2.368.800 meter kubik.

Perubahan morfologi kubah barat daya tersebut terjadi dikarenakan aktivitas guguran lava Merapi yang masih cukup tinggi. BPPTKG mencatat dalam sepekan pada periode pengamatan 7-13 Maret 2025 terjadi lebih dari 100 kali guguran lava.

Rinciannya yakni 54 kali guguran lava ke arah barat daya atau hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 2.000 meter, 33 kali guguran lava ke arah hulu Kali Krasak sejauh maksimal 2.000 meter, dan 31 kali guguran lava ke arah barat atau hulu Kali Sat/Putih sejauh maksimal 2.000 meter.

“Untuk deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan,” ucap Agus.

Terkait dengan kegempaan Merapi, dalam sepekan terakhir intensitasnya masih cukup tinggi. BPPTKG mencatat terjadi satu kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 787 kali gempa Fase Banyak (MP), 1.001 kali gempa guguran (RF), dan enam kali gempa tektonik (TT).

Melihat masih cukup tingginya aktivitas vulkanik yakni berupa aktivitas erupsi efusif, maka status aktivitas Merapi juga masih ditetapkan dalam tingkat siaga atau level 3. “Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” jelasnya.

Dengan begitu, potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya yang meliputi Kali Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Kali Bedog, Kali Krasak, dan Kali Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Selain itu, potensi bahaya Merapi juga di sektor tenggara yang meliputi Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Kali Gendol sejauh lima kilometer. "Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," ungkap Agus.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement