Jumat 06 Dec 2024 16:39 WIB

Ditanya Soal Miftah Hina Penjual Es, Gus Baha: Semoga Diampuni Allah

Gus Baha menekankan pentingnya menjaga harmonisasi.

Red: Karta Raharja Ucu
KH Ahmad Bahauddin alias Gus Baha merespon polemik Miftah Maulana yang menghina penjual es teh.
Foto: Tangkapan layar
KH Ahmad Bahauddin alias Gus Baha merespon polemik Miftah Maulana yang menghina penjual es teh.

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Saat mengisi satu kajian di Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (5/12/2024) tentang meneladani tafsir Alquran di Indonesia, Gus Baha dan Profesor Quraish Shihab mendapatkan pertanyaan tentang kelakuan Miftah Maulana yang menghina penjual es teh. Gus Baha dan Quraish Shihab pun menjawabnya dengan bijak isu yang sedang memanas tersebut.

Dari video yang beredar, pemilik nama asli KH Ahmad Bahauddin itu terlihat tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut. Bahkan, terlihat tak ingin banyak berkomentar. Ulama asal Rembang tersebut mengaku tidak memiliki media sosial sehingga tidak mengetahui kejadian pastinya meski mengaku mendapatkan beberapa informasi tentang Miftah.

"Ini (jawab pertanyaan) yang provokatif dulu itu, ya, semoga diampuni oleh Allah Ta'ala," kata Gus Baha sambil tertawa.

Gus Baha pun mengalihkan dengan menceritakan kisah Nabi Musa yang Sholat Istisqa dengan berbagai doa, tapi ternyata tak dikabulkan Allah Swt. Alasan doanya tidak dikabulkan ternyata lantaran terdapat orang yang suka mengadu domba dalam komunitasnya.

Maka, kata Gus Baha bercerita, Nabi Musa pun akan mengusir orang tersebut jika ditunjukkan Allah Swt. "Allah Swt. mengharamkan provokasi, karena tindakan provokatif tersebut juga bisa terjadi saat Nabi Musa meminta petunjuk soal siapa orang yang suka mengadu domba tersebut," kata dia.

Gus Baha secara tegas menekankan pentingnya menjaga keharmonisan dan menghindari provokasi dibandingkan dengan memperpanjang perdebatan. Menurut Gus Baha, menjaga keharmonisan lebih penting dibandingkan dengan memancing masalah baru.

Pendapat serupa disampaikan Quraish Shihab. Ulama yang terkenal dengan buku Tafsîr al-Mishbâh tersebut menegaskan pentingnya meneladani Nabi Muhmmad berdasarkan tafsir Alquran. Ada sikap-sikap Nabi sebelum Rasulullah yang juga perlu diteladani.

"Kita ambil contoh, kamu boleh contohi Nabi Ibrahim kecuali satu, bahwa dia setelah mengetahui bahwa ayahnya tidak mungkin akan beriman, dia masih mau doakan. Jangan tiru itu, jadi tidak mutlak, kan?" kata Quraish Shihab.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement