Ahad 11 Feb 2024 11:31 WIB

Masyarakat Diajak Awasi Jalannya Pemerintahan Usai Pemilu

Perlu dilakukan edukasi agar masyarakat memiliki demand besar terhadap krisis iklim.

Red: Fernan Rahadi
acara Diskusi & Pemutaran Film bertema Malam Mingguan - #pilahpilih untuk Masa Depan di Sleman Creative Space, Yogyakarta, Sabtu (10/2/2024).
Foto:

Michelle pun kembali memaparkan hasil survei pilahpilih.id yang mengungkapkan sebanyak sembilan dari 10 pemilih muda khawatir dengan isu lingkungan.  Survei yang sama pun juga menunjukkan bahwa isu lingkungan menjadi faktor kunci pemilih muda di pemilu tahun ini. 

"Anak muda nantinya 20-30 tahun ke depan akan berhadapan dengan berbagai bencana dan akibat lainnya kalau krisis iklim ini tidak ditangani, itu mengapa isu iklim dan lingkungan harus menjadi isu prioritas pemilih muda di antara agenda-agenda politik yang berkompetisi satu dengan yang lain," ujar Michelle.

Sementara itu, Abdul Gaffar, menyayangkan karena tidak ada satu pun calon presiden dan wakil presiden yang memiliki perhatian serius pada krisis iklim. Hal ini, kata dia, tak lepas dari hakikat politik Indonesia hari ini yang ibarat barang dagangan.

"Kenapa mereka (paslon capres dan cawapres-Red) tidak bicara krisis iklim? Karena demand-nya tidak ada. Masyarakat kita cenderung mengabaikan isu iklim," kata Abdul Gaffar menegaskan.

Abdul Gaffar memaparkan hanya 15 persen pemilih memandang isu iklim penting. Sedangkan hanya 12 persen yang sudah sadar bahwa krisis iklim itu berbahaya. Ia mengungkapkan bahwa yang isu yang paling banyak diinginkan pemilih adalah lowongan kerja dan pemenuhan kebutuhan primer.

"Memang menyedihkan sekali negeri kita. Oleh karena itu mari kita perkuat edukasi publik tentang krisis iklim agar masyarakat kita memiliki demand yang besar terhadap krisis iklim," kata pengajar Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM itu.

Sana Ullaili pun menambahkan setelah ditelaah ia menyimpulkan bahwa para paslon capres dan cawapres berbicara isu lingkungan yang tak jauh-jauh dari aspek ekonomi.  Oleh karena itu, anak muda perlu memastikan sistem yang ada di belakang masing-masing calon. Sehingga tidak terjebak hanya pada gimmick dan pada satu sosok tertentu. 

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya untuk tetap fokus dan konsisten menyuarakan isu-isu lingkungan ini setelah pemilu. "Kalau menempatkan isu lingkungan sebagai collective demand sangat mungkin dalam 2-5 tahun yang akan datang kita bisa membatalkan semua regulasi yang mengeksploitasi alam, tapi kita butuh kekuatan masyarakat atau people power. Sama-sama kita kritisi, lihat rekam jejak mereka, dan siapa pun yang menang kita harus kawal dengan menjadi warga yang kritis," ujarnya.  

Film Pendek...

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement