Senin 28 Jul 2025 01:36 WIB

Merasakan Denyut Nadi Yogyakarta di Kampung Wisata Cokrodiningratan

Cokrodiningratan diyakini mampu menjadi kampung yang mendunia tanpa kehilangan akar.

Red: Karta Raharja Ucu
Potret Kampung Wisata Cokrodiningratan atau Kasaningrat.
Foto: Wulan Intandari/ Republika
Potret Kampung Wisata Cokrodiningratan atau Kasaningrat.

Menjadi Ikon Baru Yogyakarta

Bukan hal mustahil jika kelak nama Kampung Wisata Cokrodiningratan akan sejajar dengan Malioboro atau Taman Sari sebagai destinasi favorit wisatawan. Berbekal kekuatan sejarah, keberagaman budaya, dan semangat warga yang tidak pernah padam, Cokrodiningratan diyakini mampu menjadi bukti bahwa kampung bisa mendunia tanpa kehilangan akarnya.

Dedy juga menyampaikan Kampung Cokrodiningratan memiliki daya tarik yang unik. Dari klenteng Poncowinatan yang merupakan klenteng tertua di Yogyakarta dan masih aktif hingga kini. Selain itu, terdapat Gereja Katolik St. Albertus, serta bangunan sekolah peninggalan kolonial seperti ex-Kweekschool, ex-Holand Indische School yang sekarang SMP 6 Yogyakarta, dan ex-Princess Juliana School.

Selain itu, kawasan ini juga memiliki Pecinan Kranggan, yang sejak dulu menjadi tempat bermukim masyarakat Tionghoa. Kehidupan masyarakat di sini menunjukkan akulturasi yang kuat antara budaya Jawa, Tionghoa, dan Belanda (Indische), yang masih bisa dirasakan dari arsitektur, kuliner, hingga nilai-nilai sosial.

Tak hanya aspek budaya, Dedy menyampaikan Cokrodiningratan juga menjadi contoh pengelolaan lingkungan berbasis komunitas. Sekolah Sungai, konservasi bulus, hingga taman kota bawah jembatan (Taman Robin) menjadi bukti nyata bahwa ruang-ruang publik bisa hidup kembali jika dikelola bersama. Bahkan kampung ini kian berkembang menjadi ruang belajar hidup, ruang untuk mengenal sejarah, dan ruang interaksi budaya.

Dedy mengatakan banyak wisatawan dari berbagai kampus seperti yang belum lama ini yakni Monash University Australia hingga mahasiswa dari Singapura datang untuk belajar soal mitigasi bencana, pengelolaan ruang publik, dan melihat lebih dekat bagaimana kearifan lokal masyarakat bantaran sungai.

"Rata-rata untuk saat ini, kunjungan itu dipenuhi oleh instansi-instansi pendidikan dan ada juga tamu luar negeri yang mereka konsern berbicara tentang lingkungan dan tata kelola ruang publik disini," kata Dedy.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement