REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA - Fenomena komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) yang kembali marak di berbagai daerah Indonesia menjadi perhatian serius aparat penegak hukum, tak terkecuali di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari pantauan Republika di media sosial, Facebook, banyak grup yang terang-terangan menunjukkan identitas seksual mereka, salah satunya bernama "Gay Jogja" yang kini sudah diikuti oleh 13 ribu pengguna. Ada juga "Gay & Bi jogja community" yang juga memiliki 4,3 ribu anggota. Selain itu, grup serupa dengan cakupan lebih sedikit juga ditemukan, seperti grup "Gay Sleman Jogja" yang terpantau memiliki sekitar 284 anggota.
Grup-grup ini menjadi wadah berbagi cerita, membangun komunitas, dan mencari pasangan, yang kerap menjurus pada aktivitas seksual terbuka. Terkait hal ini, Kapolresta Yogyakarta yang baru, Kombes Pol Eva Guna Pandia angkat bicara. Ia menyampaikan komitmennya untuk menanggapi fenomena ini secara serius namun tetap mengedepankan pendekatan edukatif dan pembinaan sosial.
"Kami akan memperkuat patroli siber dan melakukan pemetaan potensi masalah secara menyeluruh," ujar Pandia saat dijumpai di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (15/7/2025).
Kata dia, tim intelijen dan siber Polresta Yogyakarta akan dikerahkan untuk mulai mengumpulkan data awal terkait aktivitas daring kelompok tersebut. Koordinasi dengan Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda DIY juga dilakukan guna menentukan langkah penanganan yang komprehensif.

Selain pendekatan penegakan hukum, Kapolresta juga akan mengedepankan fungsi Binmas (Pembinaan Masyarakat) untuk memberikan edukasi dan imbauan kepada masyarakat. Menurutnya, fenomena ini tidak bisa ditanggapi hanya dari sisi hukum semata. Perlu pendekatan dari berbagai aspek, seperti psikologis, edukatif, hingga keagamaan.
"Fungsi Binmas akan kami kedepankan. Masyarakat perlu diedukasi agar tidak salah jalan. Jangan sampai fenomena ini berkembang tanpa kontrol sosial," ucapnya.
"Kita akan menggandeng psikolog, memberikan edukasi yang seimbang. Dari sisi agama juga akan kita perkuat, dengan menggandeng ormas keagamaan seperti NU dan MUI agar masyarakat mendapat pemahaman (yang utuh dan tidak bias -RED)" ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, langkah sosialisasi juga direncanakan untuk dilakukan secara langsung ke sekolah-sekolah, guna melindungi generasi muda dari potensi paparan informasi yang menyesatkan. "Termasuk ke sekolah-sekolah, untuk memberi edukasi, membentuk pemahaman dan karakter yang kuat. Kita kedepankan fungsi pembinaan masyarakat," kata Pandia.