REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Teknologi Informasi dan Komunikasi mengalami perkembangan pesat. Tren perkembangan diprediksi mengalami lompatan setiap 10 tahun. Termutakhir, pada tahun 2030 teknologi 6G yang mengadopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) diprediksi mulai diterapkan. 6G diklaim seribu kali lebih cepat dari 5G dan berpengaruh terciptanya potensi baru dari berbagai sektor industri hingga pelayanan medis.
Dekan Fakultas Teknologi informasi UNU Yogyakarta, Mochamad Syamsiro menjelaskan kuliah ihwal 6G merupakan wujud komitmen UNU Yogyakarta untuk memperkuat kapasitas mahasiswa di bidang science, technology, engineering, and mathematics (STEM).
“UNU Yogyakarta ingin tampil beda dari kampus-kampus nahdliyn yang lain dengan menggarap bidang STEM yang selama ini belum banyak digarap,” ujarnya dalam sambutan kuliah umum Preparing Generation on 6G Technology and Career in ICT Industry, Senin (10/3/2025).
Ia menyatakan ypaya pengembangan bidang STEM di UNU Yogyakarta diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada bangsa dalam menciptakan profesional dan talenta-telenta di bidang teknologi.
“Siapa tahu mahasiswa-mahasiswa di sini 10-20 tahun lagi bisa menjadi ahli-ahli di Huawei,” katanya.
Selanjutnya dalam pemaparan materi di kuliah umum tersebut terdapat dosen Teknik Elektro UNU Yogyakarta, I Nyoman Apraz Ramatryana menjelaskan evolusi teknologi informasi dan komunikasi dapat diibaratkan moda transportasi seperti yang kita kenal. Jika teknologi 1G adalah sepeda, 2G dan 3G seperti motor dan mobil, maka teknologi 4G dan 5G layaknya pesawat terbang dan pesawat ruang angkasa.
“Teknologi 6G nanti sudah disebut space communication karena dapat digunakan sebagai satelit bahkan dikirim ke Mars,” ujar doktor di bidang Wireless Communication dari Kumoh National Institute of Technology, Korea Selatan ini.
I Nyoman juga menjelaskan perbedaan paling signifikan dari tiap jaringan teknologi informasi tersebut soal kecepatan dan cakupan. Pengembangan teknologi tersebut dimulai dengan teknologi 1G pada 1981 dan mengalami perubahan hampir setiap satu dekade, yakni 2G pada 1992, 3G pada 2001, 4G pada 2011, dan 5G pada 2020.
“Tren perkembangan tiap 10 tahun, sehingga diperkirakan teknologi 6G akan diterapkan pada tahun 2030 dengan AI akan mengambil peran penting,” tuturnya.
Teknologi 6G kemudian membawa pengaruh yang sangat signifikan pada lanskap dunia industri. Hal tersebut dijelaskan oleh pembicara selanjutnya, Muhammad Mushonnif, selaku GM NPM XLMS East Region Huawei, teknologi 6G dapat diterapkan di berbagai bidang, seperti telekomunikasi, medis, manufaktur, transportasi, hingga permainan atau gaming. Di bidang kesehatan misalnya, oenangan Kesehatan kelak dapat dilakukan dari mana saja.
“Misalnya karena keterbatasan ruang di rumah sakit, sebuah operasi tak harus menghadirkan semua dokter. Dokter dapat melakukan tindakan jauh,” bebernya.
Penerapan lainnya seperti melalui ambulans berbasis teknologi 6G yang mampu mengantisipasi pasien-pasien dengan kondisi tertentu yang membutuhkan penanganan cepat, seperti pasien stroke. Teknologi 6G juga diterapkan dalam smart manufacturing di mana teknologi AI melakukan pemerikasaan dan pemantauan terhadap kualitas produk. Negara-negara seeperti Amerika Serikat, Inggris, China, Jerman, dan Korea Selatan saat ini menjadi yang terdepan dalam pengembangan 6G.
“Huawei secara aktif berkontribusi pada pengembangan 6G dan memiliki portofolio signifikan dalam teknologi ini. Teknologi 6G akan meleburkan dunia fisik dengan dunia siber, mendorong inovasi dan transformasi di berbagai sektor, menciptakan peluang baru, dan mengubah cara manusia hidup dan kerja,” tuturnya sambil menambahkan komitmen Huawei untuk terus berkolaborasi bersama UNU Yogyakarta dalam pengembangan bidang STEM.