Kamis 26 Jun 2025 13:42 WIB

Yogyakarta Didorong Miliki Museum Sejarah Pahlawan yang Hijau dan Berkelanjutan  

Eko menekankan pentingnya pendekatan keberlanjutan dalam pembangunan museum.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Para anggota DPRD DIY saat berkunjung ke Monumen Perjuangan Rakyat Bali beberapa waktu lalu.
Foto: Wulan Intandari
Para anggota DPRD DIY saat berkunjung ke Monumen Perjuangan Rakyat Bali beberapa waktu lalu.

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -  Gagasan menghadirkan museum sejarah pahlawan di Yogyakarta dengan pendekatan ramah lingkungan dan berkelanjutan kembali digaungkan oleh DPRD DIY setelah berkunjung ke Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Museum tidak hanya dilihat sebagai tempat menyimpan artefak, tetapi juga sebagai ruang publik yang sehat, hidup, dan mencerminkan nilai Pancasila.

Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto melihat bahwa Yogyakarta memiliki modal besar untuk mewujudkan museum sejarah pahlawan yang menyatu dengan alam dan nilai-nilai kebangsaan. Yogyakarta, menurunya, memiliki situs-situs perjuangan yang layak diangkat menjadi bagian dari narasi besar perjuangan nasional. Dengan lahan dan dukungan regulasi seperti Perda Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, Eko yakin konsep museum ramah lingkungan dapat terwujud di DIY.

"Kita lihat tadi diorama bagaimana perjuangan rakyat Bali yang dijalankan juga rakyat Yogyakarta yang berjuang membawa Indonesia merdeka. Ini luas sekali, luasnya 13 hektar dan rasanya bisa jadi inspirasi bagi Pemda DIY, maupun kabupaten/kota untuk tidak semata bangun museum tapi juga produksi oksigen bagi semua orang," ujar Eko, Selasa (24/6/2025).

Eko juga menekankan pentingnya pendekatan keberlanjutan dalam pembangunan museum. Menurutnya penting ada penataan ulang kawasan budaya di Yogyakarta agar menyatu antara pelestarian sejarah dan pelestarian lingkungan. Ia menyebut masih minimnya situs atau museum yang secara utuh merekam peristiwa penting seperti penangkapan Bung Karno oleh Belanda pada 29 Desember 1929 di Yogyakarta, atau perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Jogja saat masa revolusi.

"Belum ada situs atau museum resmi yang membahasnya secara utuh. Ini bisa jadi proyek strategis ke depan," ujarnya.

"(Apalagi) DIY sudah memiliki Perda Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Rasanya pas inspirasi dari museum perjuangan rakyat Bali dalam melawan penjajah Belanda segera dibangun, bisa jadi tempat belajar sejarah kaum muda," katanya menambahkan.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya membangun museum yang tidak hanya sebagai tempat menyimpan artefak sejarah, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan. Ketua Komisi A ini menyoroti bagaimana Monumen Bajra Sandhi di Bali menjadi ruang edukatif yang bebas plastik, asri, dan mampu menyatu dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.

"Jadi kita bisa minum teh dan kopi tanpa ada unsur plastik, aspek lingkungan hidup ini menopang bagaimana pembangunan museum dilakukan. Ke depan penting bagi Pemda DIY mengembangkan situs bersejarah dalam rangka sinau Pancasila seperti yang sudah ada di Bali. Leluhur Bung Karno ada di Bali, media punya peran strategis untuk tetap sinau Pancasila," ucapnya.

Yogyakarta Kaya Sejarah, Perlu Dimaknai dalam Ruang Hijau

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DIY, Imam Taufik mengatakan museum berkelanjutan yang terintegrasi dengan ruang publik menjadi konsep sangat layak diadopsi di Yogyakarta. Apalagi, museum seperti Bajra Sandhi bisa menjadi tempat berkegiatan anak-anak muda, olahraga, hingga diskusi kebangsaan.

"Saling gali inspirasi adalah bentuk kerjasama saling belajar antara Yogyakarta dan Bali. Kami menilai Bali sangat care dengan museum dan monumen yang ada dan ini menjadi inspirasi,” ucap Imam.

"Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini salah satunya. Kita lihat lokasinya nyaman dan bagus sekali. Ada ruang publik, ada tempat yang asri dan bisa untuk berkegiatan. Ini jadi inspirasi kami untuk mewujudkan di Jogja," kata dia menambahkan.

Anggota Komisi A DPRD DIY, Radjut Sukasworo, menyampaikan bahwa Yogyakarta kaya dengan narasi perjuangan, mulai dari masa pra-kemerdekaan hingga perjuangan tokoh lokal. Semua itu menurutnya bisa dirangkum dalam satu ruang sejarah yang edukatif dan ramah lingkungan.

"Di Yogyakarta, ada banyak narasi sejarah hadir di situs budaya, ada beragam perjuangan sebelum kemerdekaan yang penting dirangkum dan disinkronkan dengan nilai Pancasila. Di Bantul ada makam Imogiri, perjuangan para leluhur bangsa yang ada perlu dipahami. Museum sejarah bisa hadir dalam satu kesatuan langkah menjaga Pancasila lestari," katanya.

Hal senada juga disampaikan oleh Akhid Nuryati, anggota DPRD DIY yang menyebut museum perjuangan di Bali menjadi inspirasi untuk menggambarkan nilai Pancasila melalui simbol-simbol bangunan yang penuh makna.

"Penampakan bangunan di museum perjuangan rakyat Bali, disimbolkan tangga 17, tiangnya ada 8, panorama ada 45 tergambar setiap penampakan bangunan. Ini ingatkan pentingnya terus pahami prosesi sejarah yang dilakukan oleh tokoh. Ada spirit memperjuangkan kemerdekaan dan Pancasila harus terus digelorakan agar di hati kita ini tidak akan lepas bagaimana digali dari isi bumi Pertiwi agar Pancasila bisa dijalankan dan dihikmati,” ujar Akhid.

Kepala UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Gede Nova Widiarta, menjelaskan bahwa seluruh aspek Monumen Bajra Sandhi dirancang dengan filosofi sejarah dan keterbukaan ruang. Monumen yang diresmikan pada 14 Juni 2003 ini memiliki simbol 17 anak tangga, 8 tiang, dan tinggi 45 meter melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia.

"Ada 33 diorama, menceritakan sejarah Bali mulai prasejarah hingga kemerdekaan. Jadi kita bisa belajar asal mula masyarakat Bali, sampai pada masa perjuangan merebut kemerdekaan. Semua tertuang dalam diorama yang bisa disaksikan pengunjung,” katanya.

Sementara Kepala UPTD Museum, Ida Ayu Made Sutariani, menyampaikan sejak diberlakukannya kebijakan lingkungan dari Pemprov Bali, museum melakukan banyak penyesuaian, termasuk penyediaan air minum isi ulang dan tidak menjual minuman dalam botol plastik kecil. Bali memiliki model yang relevan terutama dalam mengelola kawasan-kawasan strategis pariwisata yang bebas dari sampah plastik.

"Kami selalu mengimbau pengunjung agar membawa tumblr. Agen perjalanan biasanya sudah memberi informasi bahwa makanan dan minuman tidak diperbolehkan dibawa masuk, karena kami menjaga kawasan tetap bersih dari sampah plastik.Tentu saja (memiliki dampak positif bagi pariwisata berkelanjutan), kalau plastik kan tidak bagus untuk kedepannya," kata Ida.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement