Tahun ini merupakan tahun keempat Sunarti menjalani Ramadhan di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang. Dia mengungkapkan, menjalani Ramadhan di lapas memiliki rasa dan makna tersendiri.
"Dulu kan kalau di luar kita masih banyak kegiatan yang duniawi. Di sini Alhamdulillah kegiatan Ramadhan ini kita bisa lebih fokus ke ibadah," kata Sunarti.
Saminah atau Minah (59 tahun), napi kasus pembunuhan, adalah salah satu peserta kegiatan tadarus di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang. Dia merupakan napi pindahan dari Banyumas.
"Di sini (Lapas Perempuan Semarang) sudah tiga tahun. Masa hukumannya (yang sudah dijalani) enam tahun," ucap Minah.

Minah mengungkapkan, keinginannya mengikuti tadarus datang dari hati. "Tapi memang saya lebih sering datang untuk menyimak. Saya lebih suka menyimak," ujarnya.
Minah mengatakan, dengan kondisinya saat ini, ditambah usia yang tak lagi muda, urusan akhirat benar-benar menjadi perhatiannya. "Saya sudah tua, mau mikir apa? Pikirannya sudah akhirat saja," ucapnya.
Selama mendekam di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang, Minah mengaku tak pernah dijenguk keluarganya. "Dua anak saya yang laki-laki juga saat ini dipenjara di Lapas Purwokerto," kata Minah.
Minah menambahkan, kedua putranya dihukum dalam kasus yang sama dengannya, yaitu pembunuhan. "Anak saya yang melakukan (pembunhan), bukan saya. Tapi saya ikut menyembunyikan, jadi ikut (terseret)," ujarnya.
Korban pembunuhan kedua putra Minah adalah anggota keluarga mereka sendiri berjumlah empat orang. Tiga korban di antaranya adalah saudara kandung Minah. Sementara satu korban lainnya adalah keponakan Minah.
"Masalah warisan," kata Minah singkat ketika ditanya perihal motif di balik pembunuhan tersebut.
Minah dan kedua putranya divonis penjara seumur hidup. Namun Minah mengajukan banding dan kasasi. Hal itu membuat hukumannya berubah menjadi 20 tahun penjara.

Minah mengaku mempunyai satu anak perempuan yang bekerja di Jakarta. Namun putrinya pun tak pernah menjenguknya. "Jakarta ke sini kan jauh, kasihan dia tenaganya. Tapi setiap hari saya telepon sama dia, nanya kabar," ucapnya.
Minah mempunyai suami. Namun suaminya meninggal Ramadhan tahun lalu. Saat Minah tengah menceritakan kisahnya sebelum akhirnya mendekam di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang, lantunan ayat-ayat Alquran masih terdengar. Pada satu momen, Minah menghentikan ceritanya. Tebersit raut sesal yang sepi.
"Saya sudah merasa bosan dan ingin pulang, kumpul dengan anak-anak dan ibu saya yang sekarang berumur 83 tahun. Saya kangen mereka," kata Minah.
Ketika wawancara usai, Minah kembali membuka lembaran Alquran di atas sebuah rehal. Dia duduk di sudut mushala, sendiri saja, sambil melafalkan ayat-ayat dengan suara lirih.