Rabu 02 Oct 2024 14:55 WIB

Google Kenalkan AI Overviews, Media Massa Disebut Hadapi Disrupsi Digital yang Sebenarnya

Media berbasis pageviews diprediksi kehilangan pendapatan antara 40-90 persen.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Komisi Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Dewan Pers, Tri Agung Kristanto (kiri) dan Kepala Tim Implementasi Kajian Ekonomi Daerah (KEKDA) BI DIY, Dian Wening Tiastuti (kanan) dalam kegiatan Capacity Building Wartawan Ekonomi DIY di Hotel Sensa, Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/9/2024).
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
Komisi Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Dewan Pers, Tri Agung Kristanto (kiri) dan Kepala Tim Implementasi Kajian Ekonomi Daerah (KEKDA) BI DIY, Dian Wening Tiastuti (kanan) dalam kegiatan Capacity Building Wartawan Ekonomi DIY di Hotel Sensa, Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/9/2024).

REJOGJA.CO.ID, BANDUNG — Teknologi informasi terus berkembang dan mengalami perubahan, hingga merubah sistem media massa di Indonesia saat ini. Inovasi dan perubahan akibat hadirnya teknologi digital menyebabkan terjadinya disrupsi teknologi digital di lanskap media massa. 

Salah satunya dengan hadirnya fitur Artificial Intelligence (AI) Overviews di Gooogle Search yang akan menyebabkan disrupsi digital ‘sebenarnya’ pada media massa. AI Overviews merupakan fitur di Google Search yang mempermudah pencarian dengan menyediakan rangkuman. 

Hal ini menjadi tantangan berat bagi media massa, terutama media yang berbasis online dalam menghadapi Google AI Overviews. Tantangan ini menjadi pembahasan dalam Capacity Building Wartawan Ekonomi DIY yang digelar Bank Indonesia (BI) DIY di Hotel Sensa, Bandung, Jawa Barat pada 26-27 September 2024. 

Kegiatan ini menghadirkan pemateri dari Komisi Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Dewan Pers, Tri Agung Kristanto yang menyoroti terkait masa depan media massa dengan hadirnya Google AI Overviews tersebut. Di Indonesia, AI overviews ini baru diterapkan pada Agustus 2024 dan masih dalam tahap uji coba. 

Menurut Tri Agung yang biasa disapa Tra, dengan hadirnya AI overviews yang dikembangkan Google ini akan menghapus alamat domain dari media-media di Indonesia. Hal ini dikarenakan yang muncul saat seseorang mencari informasi di Google Search yakni overview atau rangkuman. 

“Padahal, nyaris tidak ada media di Indonesia maupun di dunia yang orang sekarang nyari berita di Google atau link yang dikasih di media sosial, itu enggak akan ada lagi (ke depannya). Hari ini masih ada karena sekarang Google Search AI Overviews itu posisinya masih di beta,” kata Tra. 

Dikatakan, saat ini media online basisnya masih pageviews. Namun, jika AI Overviews ini akan betul-betul diterapkan secara penuh ke depannya, maka media massa diperkirakan akan kehilangan pendapatan yang cukup besar. 

“Media yang basisnya pageviews akan kehilangan pendapatannya antara 40 persen sampai 90 persen,” jelas Tra. 

Menurutnya, inilah yang merupakan disrupsi digital sebenarnya. Dikatakan Tra, yang selama ini terjadi justru belum sepenuhnya masuk dalam disrupsi digital.

“Itu situasinya, jadi disrupsi digital itu yang terjadi justru sekarang ini. Yang sebelum-sebelumnya kita merasa bahwa itu disrupsi digital, sebenarnya bukan. Karena pada saat yang sama, ketika digital itu mendisrupsi, itu juga memberikan peluang,” katanya. 

Untuk itu, media massa di Indonesia mau tidak mau dihadapkan dengan tantangan disrupsi digital ini. Media massa juga harus bersiap agar tetap bisa bertahan di tengah perkembangan teknologi informasi yang begitu masif, dan tetap mengedepankan independensinya. 

“Jumlah (media massa) yang akan terpangkas lagi karyawannya akan lebih banyak lagi, itulah situasi media saat ini. Sejumlah media merumahkan karyawannya, sejumlah media memangkas karyawannya, termasuk Kompas Gramedia,” kata Tra yang juga jurnalis senior di Indonesia tersebut. 

“Kalau nanti betul-betul Google menerapkan Google Search AI Overview, maka nanti akan semakin banyak lagi yang tumbang,” ungkap Tra.

Lebih lanjut, Tra menuturkan media yang bisa selamat dari ‘disrupsi digital sebenarnya’ tersebut yakni media yang bisa menghasilkan video, tidak hanya pemberitaan lewat tulisan. Hal ini dikarenakan Google belum menemukan cara untuk bisa merangkum video.

“Hari ini yang bisa selamat adalah media-media yang bermain-main dengan video, karena video tidak bisa dirangkum. Sekarang siapa yang mau meng-overview-kan video? Video tidak bisa dirangkum, dan itu sampai kapan? Sampai Google menemukan cara merangkum video-video itu,” jelasnya.

Dalam kegiatan Capacity Building ini, juga menghadirkan Kepala Tim Implementasi Kajian Ekonomi Daerah (KEKDA) BI DIY, Dian Wening Tiastuti. Wening berharap materi yang disampaikan terkait dengan tantangan media massa kedepannya ini dapat bermanfaat bagi insan pers di Indonesia, termasuk di DIY. 

“Harapan kami yang disampaikan Pak Tra menjadi ilmu yang bermanfaat dan berkenan,” kata Wening. 

Melalui kegiatan tersebut, juga diharapkan dapat mempererat kerja sama antara BI DIY dengan jurnalis khususnya di Provinsi DIY. “Semoga silaturahmi dan hubungan baik yang sudah terjalin selama ini, ke depannya bisa tetap dipupuk, semakin subur, kita semakin bisa bermitra dengan lebih baik lagi,” ucap Wening. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement