REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA — Potensi bahaya Gunung Merapi masih berupa awan panas guguran (APG) dan guguran lava. Dalam sepekan terakhir, Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat setidaknya Merapi mengeluarkan satu kali APG dan 111 kali guguran lava pada periode peringatan 12-18 April 2024.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, sekali luncuran APG merapi mengarah ke barat daya atau ke hulu Kali Bebeng dengan jarak luncur 1.000 meter. Begitu pun dengan 111 guguran lava mengarah ke barat daya sejauh maksimal 1.700 meter.
“Suara guguran terdengar dua kali dari Pos Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang,” kata Agus, Jumat (19/4/2024).
Akibat aktivitas APG dan guguran lava tersebut, BPPTKG mengamati adanya perubahan morfologi kubah barat daya Merapi. Sedangkan, untuk morfologi kubah tengah masih relatif tetap.
“Berdasarkan analisis foto udara tanggal 30 Maret 2024, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.054.600 meter kubik, dan kubah tengah sebesar 2.358.200 meter kubik,” ucap Agus.
Terkait dengan kegempaan Merapi, BPPTKG mencatat adanya masih cukup tinggi. Setidaknya, terjadi satu kali gempa APG, 85 kali gempa vulkanik dangkal, 382 gempa fase banyak, 22 kali gempa frekuensi rendah, 508 kali gempa guguran, dan 16 kali gempa tektonik.
“Intensitas kegempaan minggu ini masih cukup tinggi,” jelasnya.
Melihat aktivitas Merapi yang masih cukup tinggi, status Merapi masih dalam tingkat siaga atau level 3. Potensi bahaya berupa APG dan guguran lava juga dapat terjadi pada sektor selatan-barat daya, dan sektor tenggara.
Pada sektor selatan-barat daya, potensi bahaya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Sedangkan, potensi bahaya pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol lima kilometer.
“Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” jelas Agus.
Agus juga menyebutkan bahwa data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung. Hal ini dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.
Untuk itu, masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Agus juga meminta masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
“Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi,” kata Agus.