REJOGJA.CO.ID, MALANG — Polisi mengungkap hasil pengujian di laboratorium forensik (labfor) terkait kasus satu keluarga yang diduga bunuh diri di Dusun Boro Bugis, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Polisi menyebut soal sampel darah dan cairan obat antinyamuk.
Sebelumnya, pada 12 Desember 2023, dilaporkan ada satu keluarga yang diduga bunuh diri di satu rumah. Ketiga korban meninggal dunia adalah sang ayah berinisial WE (43 tahun), ibu berinisial S (40), dan satu anak berinisial ARE (12).
Terkait kasus itu, salah satu yang diperiksa polisi adalah sampel darah di lokasi kejadian. Seperti darah di kamar, pisau, dan gelas. “Dari sampel darah yang berceceran, kemudian darah yang menempel di pisau, kemudian di gelas, itu memiliki DNA yang dinyatakan identik dengan identitas almarhum Bapak W,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat, Rabu (10/1/2024).
Menurut Gandha, berdasarkan hasil uji labfor yang dilakukan Polda Jawa Timur, WE merupakan sosok yang meminumkan cairan obat antinyamuk kepada istri dan seorang anaknya. WE disebut orang terakhir yang memegang gelas berisi cairan obat antinyamuk tersebut.
Dari hasil uji labfor, disebut ditemukan kandungan transflutrin atau bahan aktif dalam obat antinyamuk pada potongan lambung S dan ARE. Hal itu sesuai dengan bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).
Selain itu, Gandha mengatakan, ditemukan pula karton teh kemasan di TKP. Diduga air teh kemasan tersebut dicampur dengan obat antinyamuk sebelum diberikan kepada S dan ARE. “Jadi, saat menuangkan, obat antinyamuk tersebut dicampur dengan teh kemasan untuk menghilangkan rasa tidak enak dari obat antinyamuk,” kata dia.
Menurut Gandha, tidak ada upaya kekerasan yang dilakukan WE saat meminumkan cairan tersebut kepada istri dan anaknya. Sebab, kata dia, berdasarkan hasil visum, tidak ditemukan bekas luka cakar maupun bekas lebam di tubuh mereka. “Setelah ini, kami akan melaksanakan gelar perkara apakah ada peristiwa pidana atau tidak,” katanya.
Pasangan WE dan S mempunyai anak kembar, berinisial ARE dan AKE. Kondisi AKE masih hidup dan merupakan orang yang berteriak meminta tolong kepada tetangganya. WE diketahui merupakan seorang guru di salah satu SDN di Kecamatan Sukun, Kota Malang. Sedangkan S sehari-hari berjualan kue di rumah. Adapun kedua anaknya masih kelas VII SMP.
Menurut Gandha, keluarga tersebut diduga bunuh diri karena masalah ekonomi atau utang. Dari informasi yang dikumpulkan selama proses penyidikan, WE disebut memiliki utang sekitar puluhan juta rupiah. “Saya hanya bisa bicara karena kita juga harus menjaga korban (AKE) dari trauma mendalam. Kewajiban keuangannya hanya berkisar puluhan juta saja,” ujar Gandha.